Matahari perlahan meninggi, waktu menunjukkan pukul sepuluh. Tidak lagi tepat dikatakan sebagai hari yang masih pagi.
Bersama mobil travel sewaan, Lili dan Celine menuju tempat teman lama mereka, Punta Damara. Itu adalah sebuah tempat wisata alam yang dikelola keluarga Punta secara turun-temurun.
Saat hendak memasuki perbatasan daerah, Lili, Celine dan supir travel melewati sebuah hutan. Jalan yang mereka lewati membelah rumpun pepohonan yang rimbun, sehingga suasana seolah seperti di sore hari. Sedikit gelap.
"Ini jadi gelap begini ya. Apa sepertinya mau hujan?" tanya Lili sembari meluaskan pandangannya ke kaca jendela.
"Lin, lu yakin jalannya ke sini?" lanjut Lili yang kemudian menengok ke Celine.
"Eh, lu kenapa, Lin? Kok pucat gitu?" Lili baru saja mendapati wajah Celine yang seakan menahan ngilu sembari memegang perutnya.
"Gue mules," jawab Celine. Supir travel pun berkedip dan memandang spion dalam beberapa kali. Ia terlihat kikuk.
"Pak, kira-kira kita bisa berhenti di dekat-dekat sini ga ya? Mungkin ada rumah penduduk, warung atau mushala gitu?" tanya Lili kepada supir travel.
"Aduh, maaf, Nona. Saya kurang tahu. Ini pertama kalinya saya ke sini. Dari tadi sepanjang jalan kita pun belum melihat bangunan," jawab supir travel bingung.
"Pak, coba lihat di google map-nya. Masih jauh ga itu?" sambung Celine.
"Dari map sih masih tujuh belas kilo lagi, Nona. Kalau Nona mau menunggu sampai di tujuan kira-kira ya masih setengah jam lagi," jawab supir travel.
"Setengah jam, Lin. Lu sanggup nahannya?" tanya Lili mengkhawatirkan kondisi Celine.
Celine menggeleng sembari meringis. Seolah ia sudah tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya.
"Ini gelap banget loh. Ngeri juga kalau kita berhenti di tempat kaya gini. Terkecuali kalau ada tanda-tanda kehidupan. Tapi dari tadi semua yang kita lewati hutan semua," ucap Lili.
"Bapak bukannya mau menakut-nakuti, tapi Bapak juga ngeri kalau nanti ada... " ucap supir travel.
"Hantu? Ga percaya hantu, saya, Pak," ucap Celine.
"Bisa jadi ada hal begituan tapi yang lebih Bapak khawatirkan adalah begal, Non," jelas supir travel.
"Betul. Kita harus waspada karena tindak kriminal bisa terjadi di mana aja. Apalagi lingkungan sepi kaya gini. Kalau hantu paling cuma muncul buat menampakkan wujud seram, tapi kalau begal.. bisa-bisa kita di... ih amit-amit" sambung Lili.
"Terus gimana ini gue udah ga tahan, Lik," keluh Celine.
"Kita Balur perut lu pakai minyak angin ini. Sambil lihat-lihat siapa tahu ada warung atau apapun itu di sekitar sini. Pak, nanti kalau ada tempat yang aman untuk berhenti, kita berhenti saja ya Pak?" ucap Lili.
"Baik, Non," jawab supir travel.
"Ih, tapi gimana... Mules banget tahu, Lik," keluh Celine.
Sembari menenangkan Celine, Lili pun celingukan. Ia berharap bisa mendapatkan pemandangan yang diharapkan, sebuah tempat yang aman untuk berhenti.
Tidak lama kemudian...
"Nah, Non, itu ada warung di depan," ucap supir travel.
"Mana, mana?" tanya Celine.
"Itu, di depan sana. Masih agak jauh, tapi kelihatan kan?" ucap supir travel.
"Oh iya, di sana. Ada warung kecil. Kita berhenti di sana saja, Pak" ucap Lili.
Mereka pun berhenti di depan sebuah gubuk sederhana. Itu adalah warung makanan yang ada di tepi jalan. Kondisinya sangat sepi. Hanya terlihat meja dan lemari kaca berisi sajian di mangkuk dan piring.
Lili pun menggandeng Celine berjalan masuk ke dalam warung tersebut. Mereka memanggil-manggil orang sebab begitu sepi. Setelah itu muncul seorang wanita tua dengan pakaian tradisional dan rambut yang digelung.
Nenek tersebut menyambut mereka dengan ramah. Ia mempersilakan mereka mengambil makanan yang tersaji juga menawarkan minuman yang hendak dibuatkannya.
Lili mengucapkan terima kasih oleh karena sopan santunnya. Lalu, ia pun menyampaikan perihal keadaan Celine. Celine perlu tempat untuk buang hajat.
Sayangnya nenek penunggu warung tersebut tidak dapat banyak membantu. Ia hanya menunjukkan arah jalan setapak di belakang warungnya. Di sana terdapat semak dan parit beralirkan air bersih yang dapat digunakan Celine untuk buang air.
Dengan sangat terpaksa, Celine pun bergegas ke tempat yang ditunjukkan. Ia meminta Lili mengantarkannya dan menungguinya dari balik pohon.
Sementara itu supir travel beristirahat sambil menikmati gorengan dan kopi hitam di warung bersama nenek.
Celine tidak henti-hentinya mengeluh. Hal itu yang membuatnya merasa aman karena sesekali meminta Lili menyahut dari jauh.
Setelah usai menunaikan hajatnya, bersama Lili, Celine pun kembali ke warung. Mereka menghangatkan diri dengan meneguk teh buatan nenek.
Mereka juga memakan gorengan yang disajikan. Pisang goreng buatan nenek sangat nikmat sampai mereka terus memakannya.
Di waktu istirahatnya, Lili memeriksa ponselnya. Hal itu karena di suasana asri seperti ini tiba-tiba di depannya terlintas bayangan wajah Kiki.
Bangku panjang yang ia duduki seakan berubah menjadi bangku di dalam kereta di mana di sampingnya tengah duduk Kiki yang tengah tersenyum padanya.
Satu-satunya sosok dengan suara yang mewakili kehadiran Kiki adalah Arjuna. Itu sebabnya Lili reflek ingin menyalakan aplikasi untuk melihat akun Arjuna.
Rupanya di tempat itu tidak ada sinyal selular yang bisa ditangkap oleh ponsel Lili. Lili menyayangkannya.
Wajah Lili merengut, mengingat kejadian aneh yang ia jumpai tadi pagi di siaran Arjuna.
"Ga ada sinyal, ya ampun," ucap Lili sambil mengangkat ponselnya dan menggoyang-goyangkannya.
"Ngapa sih lu, Lik? Di hutan kaya gini mana ada sinyal. Kaya yang pertama kali masuk ke tempat beginian aja lu, Lik," ucap Celine.
"Ya, siapa tahu kan," ucap Lili yang masih mengarahkan ponselnya tinggi-tinggi.
"Mau kemana lu, Lik?" tanya Celine kepada Lili yang berjalan menjauh.
"Di sana tempatnya lebih terbuka. Kali aja di sana gue dapat sinyal," jawab Lili dengan sedikit berteriak.
Lili berjalan dan pada ikon sinyal muncul satu garis kecil. Lili terus berjalan dan garis baru pada ikon tersebut muncul.
TING...
Sebuah notifikasi masuk dan terbaca di layar ponsel Lili.
Host kesayanganmu, Arjuna, sedang live! Mari bergabung dengannya.
Dengan perasaan senang di mana terlihat dari senyum di bibirnya, ia bersemangat menekan layar ponselnya. Sayangnya, senyumnya itu kembali surut. Rupanya sinyal di ponselnya tidak cukup kuat.
Lili kembali berjalan mencari sinyal selular. Hingga tanpa disadari ia telah semakin menjauh dari tempat Celine, supir dan nenek berada.
Lili semakin masuk ke dalam hutan menjauhi jalan aspal. Entah apa yang sedang menguasai pikiran Lili, ia hanya berkonsentrasi pada ponselnya saja.
DOR...
Tiba-tiba suara tembakan senjata api mengejutkan Lili. Hal itu menyadarkannya hingga ia pun melihat ke sekeliling tempatnya berada.
"Suara apa itu barusan? Gue ada di mana? LIIIN? CELIN?" Lili memanggil-manggil Celine dengan perasaan takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
Icha
2022-11-17
1
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
hmmmmm ternyata engga selesai ceritanya
2022-08-29
1