"Mbak? Malah bengong," ucap Kiki tersenyum.
"Hah?" Lili tersentak dari lamunannya.
"Ya ampun, ternyata benar-benar bengong," ucap Kiki. Kiki pun memegang kedua sisi pundak Lili dari depan, memutar tubuh Lili hingga pandangannya mengarah ke ujung batas laut dan langit. "Gimana, suka tempat ini ga?" lanjut Kiki.
"I-iya. Suka. Makasih ya udah ngajakin ke sini," ucap Lili.
"Iya, sama-sama," ucap Kiki yang melepaskan tangannya dari bahu Lili.
Kiki pun mengambil ponselnya dari kantung. "Seperti janji saya tadi, saya akan bacakan sebuah puisi buat kamu, Mbak," ucapnya.
Lili tersenyum kikuk. Ia merasa aneh dengan kelakuan Kiki.
"Nah, ini dia. Saya ambil dari Google, ga apa-apa ya? Dengerin ya?" lanjut Kiki. Lili pun mengangguk.
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu"
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"
~Sapardi Djoko Damono
Kiki lalu memegang punggung tangan kanan Lili yang tengah memegang tongkat yang diapit di ketiaknya. Pandangan Lili pun terbelalak.
"Sekalian ada yang mau saya sampaikan. Weyli Hanggraini, sebenarnya saya menyukaimu, mencintaimu," lanjut Kiki dengan tatapan yang dalam.
Tiba-tiba pikiran Lili dipenuhi dengan terputarnya cuplikan-cuplikan film di kepalanya. Semua tentang kebersamaanya dengan Kiki.
Mulai dari pertemuan mereka yang menyebalkan itu, aksi heroik Kiki melindungi Lili dari bos nakal, perkenalan mereka di kereta, hingga kebersamaan-kebersamaan mereka pasca kembalinya Lili dari Gunung Agungra. Kiki telah banyak membantu Lili selama kakinya belum sembuh.
Wajah Kiki seketika berubah menjadi wajah Arjuna. Lili pun berkedip cepat. Tentu saja penglihatan barusan hanyalah ilusi saja.
Ya, sebenarnya orang yang telah mencuri hati Lili adalah Arjuna. Walaupun awalnya Lili menganggap Kiki adalah Arjuna karena suara mereka mirip, tapi entah kenapa saat pelarian di hutan bersama Arjuna membuat Lili merasa perasaannya begitu kuat.
Lili merasa Arjuna adalah seseorang yang pernah ia kenal sebelumnya. Seperti orang yang sudah lama ia kenal, yang tak lagi Lili kenali lebih tepatnya itu siapa.
Saat bayangan Arjuna hilang dari wajah Kiki, seketika itu juga Lili melepaskan tangan Kiki yang tengah memegangnya.
Senyuman Kiki memudar. Melihat itu, Lili pun segera meminta maaf.
"Maaf, Ki. Semua ini terlalu... terlalu... " ucap Lili terbata-bata.
"Terlalu apa?" tanya Kiki.
"Maksudnya, gue belum siap dengan semua ini," lanjut Lili.
"Apalah saya telah membuat kesalahan?" tanya Kiki lirih.
"Apakah lu pernah gue ceritain tentang masa lalu terburuk gue soal laut?" ucap Lili.
"Laut? Masa lalu terburuk? Jadi saya sudah membuka semacam luka lama karena mengajak kamu ke sini?" tanya Kiki.
Lili pun menceritakan tentang kejadian maut yang telah merenggut nyawa pacarnya di masa lalu itu. Lili mengatakan sejak saat itu ia belum pernah lagi menjalin hubungan asmara dengan siapapun.
Tanpa ekspresi diwajah, air mata Lili menetes jatuh begitu saja. Sepertinya tubuh Lili begitu lemas tetiba, hanya tongkat itu yang menopangnya agar tetap berdiri.
Kiki menyambut kepala Lili menuju bahunya. Ia mengusap-ngusapnya lembut dan meminta maaf. Kiki tidak ingin Lili menangis. Ia merasa tumpahan air mata ini adalah karena ulahnya.
"Kamu jangan mikirin apapun yang sedih-sedih lagi, Mbak. Mbak boleh menganggap saya apapun. Entah itu adik, teman, apapun itu selagi itu membuat Mbak nyaman. Saya ga akan memaksa Mbak jadi pacar saya," ucap Kiki.
Mereka berdua sama-sama memandang laut lepas. Kepala Lili masih bersandar di bahu Kiki dengan tangannya yang mengelus-elus kepala Lili lembut.
"Saya akan tetap selalu ada buat Mbak. Saya akan selalu menemani Mbak dalam suka maupun duka. Saya janji. Walaupun kita hanya berstatus sebagai teman," lanjut Kiki.
*
Waktu pun berganti. Lili kembali ke apartemennya diantar oleh Kiki.
Kiki ikut masuk ke dalam apartemen. Sementara Lili masuk ke dalam kamar sebentar, Kiki pun menyalakan TV dan menyajikan camilan yang mereka beli tadi.
Kiki lalu duduk di sofa depan TV, menekan-nekan remote sambil memakan martabak manis yang sudah ia sajikan di meja.
Kiki memang terkadang suka bersantai di apartemen Lili sebentar sebelum ia kembali pulang. Kali ini Kiki sudah kelaparan jadi ia memakan camilan baru setelahnya berniat akan pulang.
Lili yang sudah berganti pakaian pun bergabung di depan TV.
"Jasad yang diperkirakan telah satu minggu ini ditemukan di tepi Sungai Calonarang dengan keadaan yang sulit dikenali. Untungnya sebuah tanda pengenal berhasil ditemukan beserta sobekan kain yang disinyalir merupakan bagian dari pakaian korban. Tampak dari tanda pengenal tersebut identitas pria bernama Arjuna..."
Berita yang ditayangkan di TV tersebut membuat Lili terbelalak. Langkahnya ia percepat untuk sama-sama duduk di sofa itu. Langkahnya goyang nyaris jatuh.
"Ada apa, Mbak?" tanya Kiki yang mengkhawatirkan Lili.
"Catat, cepat, catat. Hotline-nya... kosong delapan satu tiga... Ayo, Ki! Bantu catat cepat!" ucap Lili.
Kiki pun menuruti apa yang Lili minta. Lili menceritakan tentang sosok Arjuna kepada Kiki. Ia adalah orang asing yang membuat Lili terlibat dalam pengejaran penculikan dan fenomena gaib di Gunung Agungra.
Kiki pun mencoba menenangkan Lili. Ia mengambilkan air minum untuk Lili walaupun Lili sempat menolaknya namun akhirnya ia minum juga. Lili menjadi sedikit lebih tenang.
Lili lalu meminta Kiki menghubungi Celine dan ponsel itu pun beralih ke tangan Lili.
...
"Iya, serius. Ini gue nonton bareng Kiki." Lili bercakap-cakap dengan Celine.
Lili meminta agar bersama Celine mendatangi pusat otopsi di rumah sakit polisi untuk memastikan apakah itu jasad Arjuna atau bukan.
Namun, sayangnya Celine menolak. Tapi Celine berjanji akan memberitahukan apabila pekerjaannya sedang lengang kepada Lili. Celine akan sama-sama Lili mendatangi tempat itu tapi ia bilang tidak untuk sekarang.
Lili begitu penasaran. Niatnya tak surut oleh ucapan Celine yang mencoba mencegahnya datang ke rumah sakit.
Usai melakukan sambungan telepon itu, mata Lili langsung menuju ke Kiki.
"Apa, Mbak? Kenapa dengan saya?" tanya Kiki saat terkejut dengan tatapan Lili.
"Temani gue ke sana!" ucap Lili sambil menarik tangan Kiki dan melangkah pelan kepayahan menggunakan tongkat.
"Tapi..." Walaupun Kiki mencoba mencari-cari alasan, ia tetap tidak dapat menolak permintaan Lili.
Akhirnya, Lili dan Kiki pun kembali berangkat bersama. Kali ini mereka benar-benar menuju rumah sakit untuk memastikan jasad itu apakah benar Arjuna atau bukan.
*
Beberapa waktu kemudian, Lili dan Kiki pun sampai di rumah sakit polisi tersebut. Ketika turun dari mobil panggilan online, Lili memimpin Kiki berjalan. Walaupun, Lili masih membutuhkan bantuan Kiki, tapi ia yang kini selangkah lebih depan daripada Kiki. Lili begitu antusias.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
non aktif
iya kak. aku jg ga tega nulisnya
2022-12-03
1
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
kasihan banget Arjuna meninggal?
2022-12-03
2