Hari ini Lili menghabiskan weekendnya di kosan Celine. Sebenarnya Lili mengajak Celine hang out ke mall, tapi ternyata tugas Celine sedang menumpuk.
Lili baru saja usai mandi. Ia berdiri di tepi ranjang Celine sambil menggosok-gosok rambut panjangnya yang basah dengan handuk. Sedangkan Celine, ia sedang terngkurap di ranjang sambil berurusan dengan beberapa tumpuk kertas.
"Hati-hati rambut lu, Lik. Ntar berkas-berkas gue bisa kecipratan, lagi," ucap Celine sambil mendelik ketus.
"Iyaaa... Iyaaa... Lagian, lu ngerjain apa sih? Orang kalau hari libur tuh nyantai, elu malah sibuk ngurusin kertas-kertas kaya gitu," balas Lili.
Lili semakin mendekat, ia begitu ingin tahu perihal apa yang dikerjakan Celine.
"Ijazah? Lu nulis satu-satu? Semua ini? Manual, tulis tangan?" tanya Lili heran.
"Yah, nasib punya tulisan tangan bagus. Jadi, ya ini kerjaan gue," jawab Celine.
"Bocah PAUD jaman sekarang canggih, ya? Pakai ada ijazah yang modelnya kaya gini segala," ucap Lili sembari meraih selembar di antara kertas-kertas itu dan memandanginya.
"Canggih, canggih... Air dari rambut lu tuh, kalau netes berabe gue!" ucap Celine mengambil kertas yang dipegang Lili.
"Lagian kalau yang namanya canggih itu ga begini. Apa kek, ga usah pakai acara nulis-nulis manual gini! Bete banget gue! Pakai ijazah online keq, pakai barcode QR keq, bukan beginian!" ucap Celine kesal.
Lili pun berlalu sembari meringis kecil. "Bener juga kata lu. Ya udah, selamat bertugas ya Bu Guru," ucap Lili.
"Liliiik...?" ucap Celine.
Lili pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badan. "Lu berharap gue bantuin lu? Kan lu tahu tulisan tangan gue kaya apa?" ujar Lili.
"Iya juga sih. Oh, iya... bantuin gue bikin minum aja deh! Gue haus," pinta Celine.
"Siap Bu Guru! Ibu Guru mau apa? Teh? Susu? Teh susu? Kopi? Kopi susu?" tawar Lili.
"Kopi susu tubruk!" jawab Celine.
"Oke," ucap Lili.
Setelah Lili merapikan rambutnya dan menjemur handuk, Lili pun meraih ponselnya. Ia menekan-nekan layarnya lalu meletakkannya di meja dapur. Lili pun menyeduh minuman pesanan Celine sambil sesekali menengok layar ponsel itu.
"Dih, ni orang mana sih? Tumben ga siaran lagi? Kenapa ya? Apa gue DM aja ya? Iya deh, gue tanya lewat DM aja," ucap Lili kemudian menekan-nekan layar ponselnya.
Setelah itu, ia pun mengantungi ponselnya itu lalu mengantarkan seduhan kopi susu pesanan Celine.
"Ini minumannya, Bu Guru," ucap Lili sambil menaruh minuman itu di nakas sebelah ranjang Celine.
"Nah, gitu dong. Ga bantuin ya ga apa-apa tapi minimal buatin gue minum. Sruuuulp... Ah. Lik? By the way, kenapa muka lu kusut gitu?" ujar Celine.
Lili pun meraih kembali ponselnya lalu menekan-nekan layarnya.
"Ini, nih. Si Arjuna. Weekend gini doi mustinya kan siaran dengan durasi yang lebih lama. Atau, miminal relive setelah istirahat beberapa jam lah. Kok sekarang doi ga siaran, ya?" tanya Lili.
"Mungkin harus ada yang dikerjain, Li. Tu penyiar memang rajin live, kelihatan ya gabutnya. Tapi, urusan mendadak seseorang siapa yang tahu kan?" ujar Celine.
"Ya, iya juga sih," ucap Lili lalu menaruh ponselnya lagi di kantung.
"Lu nyariin si Arjuna? Naahloh... Lu ketagihan sama siarannya doi ya?" goda Celine
"Gimana ya? Sebenarnya gue cuma gabut aja," jawab Lili.
"Halah... gabut apa gabut? Lu naksir kan sama Arjuna?" tanya Celine.
"Naksir gimana? Bisa-bisanya naksir sama cowok yang ga dikenal, cuma tahu suaranya doang," balas Lili.
"Misalnya Arjuna adalah orang yang lu kenal, lu mau sama doi?" tanya Celine.
"Apaan sih lu, Lin? Udah ah, habisin tuh kopi susunya," ucap Lili lantas berlalu dari hadapan Celine.
Lili pun duduk di teras kosan Celine sembari membawa buku novel yang ia ambil dari rak buku di ruang depan. Baru membuka bagian cover, tiba-tiba ponsel di kantungnya bergetar.
Penyiar yang kamu ikuti, Arjuna, sedang siaran. Yuk join di room!
Sebuah notifikasi muncul.
Lili pun menekan pilihan di layar untuk bergabung dalam siaran.
SEEEEEERT... SEEERT...
Tidak seperti biasanya dengan suasana suara sekitar yang kondusif, kali ini siaran Arjuna terdengar berisik, terlebih suara angin.
"Guys, maaf banget, ini bukan siaran. Saya mau mengabarkan kalau selama ini saya punya kesalahan mohon dimaafkan," ucap Arjuna dengan suara terengah-engah dan merintih.
Lili membelalakkan mata. "Ada apa ini?"
"Puisi! Baik! Puisi! BAIK!" ucap Arjuna kemudian berteriak.
Lili pun segera berdiri dari duduknya. Ia terkejut mengapa Arjuna terdengar ketakutan dan kemudian berteriak.
"Pendengar setia! Oke, emh... Teman-teman, apakah ada yang tahu puisi pertama yang saya bacakan sewaktu pertama kali saya siaran?" ucap Arjuna gemetar dan separuh berbisik.
"TUNGGU! IJINKAN SAYA MENGINGATNYA!" teriak Arjuna.
"Saya mohon teman-teman... Adakah yang tahu puisi pertama itu?" ucap Arjuna lagi.
Lili pun berlari menemui Celine. Celine ketika itu sedang duduk di tepi ranjang sambil menekan-nekan ponselnya dan tampak tersenyum-senyum sendiri. Celine lalu melihat Lili datang dengan terengah-engah dan panik sekali.
"Polisi! Lin, hubungi polisi!" ucap Lili.
"Ada apa?" tanya Celine dengan wajah heran.
"Ada penyiar yang disandera!" jawab Lili.
"Maksud lu?" tanya Celine.
Lili pun mencabut headset dan memberikan ponselnya kepada Celine. Dari ponsel tersebut terdengar suara Arjuna yang gemetar.
"Ba-baiklah, para pendengar sekalian. Saya akan membacakan sebuah puisi," ucap Arjuna.
Celine dan Lili pun mendengar Arjuna dengan saksama. Kemudian, Arjuna berhenti bicara.
"Mana puisinya?" bisik Celine.
"Itu dia masalahnya. Kayanya Arjuna lupa puisi apa yang pertama kali dia bacakan sewaktu pertama kali siaran," jawab Lili.
"Daun Jatuh! Te-terima kasih buat kamu yang typing," ucap Arjuna.
"Bukan. Bukan Puisi Daun Jatuh," ucap Celine pelan.
"Apa? Lu bilang apa?" tanya Lili. "Lama banget! Enggak! Ini ga boleh dibiarin! Cepat hubungi polisi, Lin!" pinta Lili.
Celine masih menyimak suara di ponsel Lili dengan serius, seperti sedang melamun.
"Lin! Celine!" ucap Lili sambil mengguncang-guncangkan bahu Celine. Celine pun menoleh.
"Panggil polisi buruan!" lanjut Lili.
Celine pun meraih ponselnya kembali. Ia baru saja menekan-nekan layar di ponselnya. Lalu, tiba-tiba...
"Seperti daun kepada angin... " Saat Arjuna sedang membacakan awal puisi...
DOOOR...
Terdengar suara tembakan yang terdengar berbeda tempat sumber suara. Arjuna seperti sedang terhubung dengan saluran telepon yang juga terdengar di dalam siaran.
"TIDAAAK!" teriak Arjuna kemudian menangis gemetar.
"Percuma! Menghubungi polisi itu upaya yang kelamaan," ucap Lili.
"Udah gue bilang bukan Daun Jatuh," ucap Celine.
"Lu tahu soal puisi itu?" tanya Lili.
Celine menoleh kemudian menatap Lili. "Gue adalah pendengar setia siaran Arjuna sejak awal," jawab Celine.
"Ya udah, kalau gitu apa? Apa judul puisinya?" tanya Lili tertekan.
"Guys, saya mohon. Siapapun kamu pendengar setiaku yang masih mengingatnya, tolong!" ucap Arjuna.
"Lin! Celine! Kasih tahu, Lin!" pinta Lili sambil mengguncang-guncang bahu Celine.
Dengan respons Celine yang lambat itu, maka Lili langsung merebut ponsel Celine. Ia bermaksud untuk menghubungi polisi, sedangkan ponsel Lili digunakan untuk tetap online di siaran Arjuna.
Ketika Lili hendak menghubungi polisi, pertama kali lia memegang ponsel Celine, Lili mendapati Celine masih terhubung dengan video call. Kamera di dari pihak lain yang tersambung terarah ke ubin lantai.
"Lin, lu VC-an sama siapa?" tanya Lili.
"Ga penting," jawab Celine. Ia pun segera menekan tombol untuk mengakhiri video call itu, menyentuh layar ponsel yang Lili pegang.
Lili kemudian melanjutkan niatnya untuk menghubungi polisi. Lili menekan nomor telepon darurat dari ponsel Celine.
"Halo? Pak... " ucap Celine.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
lina
semngt updat
2022-12-26
1
ɳσҽɾ
Semongko 🍓🍓🍓
2022-12-26
1
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
ada apa dengan Arjuna Icha ko JD penasaran 🤔
2022-08-25
1