Lili menelepon polisi karena ia mendengar suara mengerikan dalam siaran Arjuna.
"Lu lapor polisi?" tanya Celine.
Lili pun mengangguk cepat sambil menekan layar ponsel seusai berbicara melalui sambungan telepon.
"Terus apa kata polisinya?" tanya Celine lagi.
"Mereka akan melacak lokasi alamat IP Arjuna dalam siaran itu. Tapi... " ucap Lili lesu.
"Tapi?" tanya Celine dengan wajah yang lebih lega dari sebelumnya.
"Prosesnya katanya bakal memakan waktu. Jadi, polisi ga bisa langsung bergerak sekarang. Mereka juga minta rekaman siaran tadi," lanjut Lili.
Lili kembali menyimak siaran Arjuna. Ponsel yang dititipkannya pada Celine pun ia minta kembali.
"Kita ga punya rekamannya. Lagipula, siarannya udah endlive," ucap Celine.
"What? Astaga, kok malah endlive? Sebenarnya apa yang sedang terjadi sama Arjuna?" keluh Lili sambil memegang dahinya.
Celine pun mengendikkan bahu, mengisyaratkan ia tidak tahu apa-apa.
Lili lalu serius menekan-nekan ponselnya.
"Mau ngapain lu, Lik?" tanya Celine.
"Gua mau japri satu per satu listener. Mungkin salah satu di antara mereka ada yang merekam kejadian tadi," jawab Lili.
"Tapi udah endlive kan? Udah ga ada daftar listener lagi," ujar Celine.
"Daftar follower Arjuna!" jawab Lili.
"Lin!" Lili menoleh kepada Celine.
"Ya, Lik?" sahut Celine.
"Lu tahu puisi pertama yang Arjuna baca di siaran pertamanya kan? Kenapa lu ga bantu dia tadi?" tanya Lili.
Lagi-lagi Celine mengendikkan bahu. "Udah terlanjur, Lik. Terlambat buat ngasih tahunya tadi. Lu pun tahu," jawab Celine.
"Jadi, puisi apa itu?" tanya Lili dengan serius.
"Konstelasi Bintang Mati. Itu judul puisinya," jawab Celine.
Lili mengambil tempat duduk kemudian segera menekan-nekan ponselnya.
"Karya siapa?" tanya Lili tanpa melihat wajah Celine.
"Lu ngapa serius banget sih, Lik?" seru Celine.
"Gue ngapa serius banget? Lin? Lu ga denger apa yang terjadi di siarannya Arjuna tadi?" ujar Lili heran.
"Tapi, Lik, di antara kita ga ada yang tahu apa yang terjadi tadi. Itu terjadi secara virtual. Yang tadi tuh drama banget, bisa aja itu cuma settingan kan?" ucap Celine.
"Settingan?" Lili berpikir sejenak.
"Lu juga kan suka gabut live, masa lu ga tahu sih drama-drama di aplikasi? Drama antar agensi, drama berebut spender, drama naikin rating room," ucap Celine.
Lili memandang benda di depannya dengan pandangan kosong. Apa yang diucapkan Celine ada benarnya. Semua yang dikatakan Celine memang benarbenar ada.
Lili berkedip cepat, menghilangkan prasangka-prasangka yang diperolehnya dari Celine. Kejadian tadi terlalu nyata baginya. Sosok Arjuna terlalu sempurna untuk mempermainkan para pendengarnya.
Lili kembali meraih ponselnya. Apa yang dicarinya belum benar-benar ia dapatkan. Tidak ada jawaban yang memuaskan dari para follower Arjuna. Rekaman itu belum ia dapatkan.
Lili pun mengirimkan pesan direct message kepada akun Arjuna. Ia menanyakan keadaan Arjuna, tapi jawaban yang ditunggu tak kunjung datang. Arjuna sepertinya sedang tidak online lagi di aplikasi itu.
Lili menggigit ujung ibu jarinya. Ia berpikir keras agar benar-benar yakin dengan apa yang sedang dilakukannya.
"Aku butuh solusi! Aku butuh solusi!" batinnya.
"Lik, memangnya lu naksir berat sama Arjuna?" Celine mengalungkan tangannya di pundak Lili. Kata-katanya begitu lembut, bermaksud untuk menenangkan keadaan.
"Gue bukan naksir sama penyiar itu, gue cuma simpati dengan apa yang terjadi. Kalau penculikan, teror, entah apapun itu benar-benar terjadi gimana? Ini soal kemanusiaan, Lin," ucap Lili.
"Udah deh. Mending gini, kita main ke tempatnya Punta aja?" ucap Celine.
"Punta? Punta Damara? Udah lama banget, Lin... " ucap Lili.
"Iya, sekalian menenangkan diri, sekalian reunian juga sama si Punta. Gimana? Lu kan tau dia gimana. Siapa tahu sepulang dari Gunung Agungra kita bisa dapat pencerahan. Siapa tahu Punta bisa mendeteksi keberadaan Arjuna dan menerawang apa yang sebenarnya terjadi tadi," jelas Celine.
"Lin, itu cuma tempat wisata alam, bukan tempat praktek dukun! Si Punta juga bukan dukun, dia itu pemandu meditasi," protes Lili.
"Beti lah, beda-beda tipis," balas Celine.
"Ngarang aja lu!" protes Lili.
"Jadi gimana? Gue bela-belain nemenin elu di tengah kerjaan gue loh?" tanya Celine.
"Boleh sih. Eh, tapi serius elu mau ninggalin tugas-tugas lu itu?" tanya Lili.
"Serius. Tapi, tunggu sebentar lagi lah. Seenggaknya gue bakal ngeberesin bagian yang pentingnya aja dari dokumen-dokumen itu," jawab Celine.
*
Setengah jam pun berlalu. Celine usai membenahi tugas pekerjaannya. Ia lalu menghampiri Lili. Dari belakang, ia menepuk pelan bahu Lili.
Lili yang tengah memperhatikan ponselnya pun menoleh.
"Lagi ngapain, lu?" tanya Celine setelah mengetahui betapa seriusnya Lili dengan ponselnya.
"Ah, ga lagi ngapa-ngapain," jawab Lili kikuk.
"Jangan bilang lu lagi... " ucap Celine.
"Lu, lu dah kelar sama tugas lu itu? Kita jadi kan ke tempatnya Punta? Kalau tugas lu udah kelar, mending kita berangkat sekarang deh? Kalau kesorean ga bagus, masa ke hutan sampai gelap," ucap Lili mengalihkan pembicaraan.
"Oh, iya. Tugas gue udah gue beresin. Yuk, kita siap-siap. Gue juga mau ganti baju nih," ucap Celine
"Oke," jawab Lili. Lili pun beranjak hendak meraih tasnya yang ia letakkan di ruangan lain.
"Lik!" panggil Celine.
"Ya?" jawab Lili.
"Ingat ya, jangan pakai parfum atau wewangian apa pun! Jangan pakai losion anti nyamuk," ucap Celine.
"Lah, memangnya kenapa?" tanya Lili heran.
"Kita mau ke tempatnya Punta, Lik! Semua di sana serba alami, aroma-aroma sintetis ga akan dibolehin masuk sama Punta! Lu lupa?" ucap Celine.
"Oh, iya ya. Udah lama banget gue ga ke sana. Gue udah lupa sama yang urusan pritilan kaya gitu," jawab Lili.
Lili dan Celine pun masing-masing bersiap. Tak lama, diam-diam Celine berjalan ke dapur. Ia mengambil sebuah pisau lipat yang biasa ia gunakan untuk mengupas buah.
Celine memperhatikan pisau itu lekat-lekat sambil tersenyum tipis. Ia bisa melihat bayangan senyumannya iu dari permukaan pisau. Kemudian, ia melipatnya dan tampak memperhatikan sekeliling.
Celine menoleh meluaskan pandangannya di seluruh tempat di ruangan itu, lalu memasukkan pisau lipat itu ke sakunya.
"Udah siap, Lin?" Tiba-tiba saja suara Lili membuat Celine terkejut.
"Lu, kaget lu?" tanya Lili dengan kekehan kecil.
"Lu udah kaya hantu aja, tahu-tahu nongol gitu," ucap Celine.
"Hahaha... Masa? Terus lu ngapain di sini?" ujar Lili.
"Oh, iya ini... Gue mau bawa wadah air minum. Kan air di sana seger banget, juga kita ga boleh nyampah. Jadi ga usah beli air minum kemasan. Tapi... " jelas Celine.
"Tapi kenapa?" tanya Lili.
Celine tampak celingukan. "Gue lupa naruh botol tupperware gue dimana," ucap Celine kemudian menggaruk kepalanya.
"Hemm... " Lili lemas. "Ya udah, sini gue bantu cari," ucap Lili.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
bawa ember ajja atau galon jngn Tupperware biar kebagian sekampung.hehe
2022-08-29
2