Lili baru saja usai sarapan di luar. Kini Lili sudah sampai kembali di apartemennya.
TING... TING...
Layar ponsel Lili menampilkan notifikasi pesan masuk.
Victor
Li, gue ke tempat lu ya? Gue mau minta maaf sama lu perihal project di Bundang. Sekalian gue bawain lu sesuatu.
Lili
Ga usah! Ga usah! Sekarang gue lagi ada di luar.
Victor
Tapi gue udah on the way apartemen lu. Sebentar lagi juga sampe.
"What? Tu orang udah mau sampai? Gue harus cepat-cepat kabur nih! Soalnya yang udah-udah walau gue sembunyi aja di dalam, tu orang akan gedor-gedorin pintu sampai gue keluar," batin Lili.
"Mau minta maaf lagi. Dulu sewaktu Victor minta maaf soal klien genit yang namanya Pak Sudibyo itu, yang ada malah doi bikin gue bete se-bete-betenya! Walau pun gue dibawain perhiasan lagi, gue tetep ga bisa nerima doi!" batin Lili.
Lili
Yang penting gue udah ngasih tahu elu kalau gue ga ada di apartemen. Jangan lu bikin ribut pakai acara gedor-gedor pintu apartemen gue lagi, ya!
"Sekarang gue harus melipir. Aduh, mana gue belum mandi lagi! Ah, bodo amat, yang penting gue selamat. Apa gue ke kosan Celine aja kali ya? Di sana kan nanti gue bisa mandi," batin Lili.
Lili pun menghubungi Celine.
"Duh, mana sih ni anak? Gue telepon berkali-kali ga juga diangkat," keluh Lili sembari berjalan modar-mandir.
"Udah lah. Mending sekarang gue pesan ojek motor aja. Daripada Victor keburu sampai ke sini." Lili pun menekan-nekan ponselnya untuk melakukan pemesanan jemputan ojek motor secara online.
Tak seberapa lama pesanan ojek motor itu pun datang. Lili langsung berangkat ke kosan Celine. Dalam perjalanannya menaiki motor, ia masih mencoba menghubungi Celine tapi lagi-lagi telepon darinya itu tidak diangkat.
Lili pun berada di jalan protokol kota. Pengemudi ojek tersebut dengan lincah menyalip-nyalip di antara kepadatan lalu lintas sesuai permintaan Lili.
Lalu Lili dengan ojeknya pun terhenti sebentar karena tertahan oleh sebuah metromini. Mereka berada tak jauh dari knalpot metromini tersebut.
"Uhuk... uhuk... " Lili tak tahan dengan udara buangan metromini yang tiba-tiba menyeruak di depan wajahnya.
"Duh, gini amat sih gue! Semua ini gara-gara Victor! Kenapa, sih, gue harus kenal dan berurusan dengan yang namanya Victor itu? Kalau ga gara-gara kepepet, gue ogah banget naik ojek motor kaya gini!" keluh Lili dalam batinnya.
"Biasanya gue tertutup di dalam taksi. Udah adem, wangi, dan ga bakal kena polusi kaya gini. Cuma kalau gue tadi pesan taksi, Victor keburu sampai di apartemen gue. Mau ga mau deh, gue naik ojek motor gini. Untungnya bisa lebih cepat, bisa nyelip-nyelip kaya gini," batin Lili.
Setiba Lili di depan kosan Celine, Lili lagi-lagi menghubungi Celine tapi teleponnya tidak juga diangkat. Lili pun mengetuk-ngetuk pintu kosan Celine. Sayangnya, tidak ada jawaban apa pun dari dalam kosan Celine.
"Duh, tu anak kemana sih? Astaga!" keluh Lili kesal.
Setelah lama mencoba menghubungi dan mengetuk pintu kosan Celine, bahkan sampai mengintip-intip jendelanya, Lili pun memutuskan untuk pergi.
Lili berjalan kaki sambil memikirkan rencana kemana ia akan pergi selanjutnya.
"Gue paling ga suka nih kalau badan gue lengket-lengket gini. Masa iya gue ke tempat hang out dengan posisi belum mandi kaya gini?" keluh Lili kesal sambil berjalan kaki.
Lili pun melewati sebuah taman yang berada di tepi jalan komplek yang ia lewati.
"Apa gue ke mall aja, gue kan bisa mandi di toiletnya, terus gue bisa hang out, cuci mata, belanja, atau nonton tuh," ujar Lili.
Tanpa sengaja, sorot matanya mengenai sesuatu di taman itu. Letaknya cukup jauh, tapi Lili bisa mengenali apa yang sedang ia lihat itu.
"Cel... Celine sama Kiki?" Lili terkejut.
"Oh, jadi selama ini bucinan Celine itu Kiki?" gerutu Lili.
"Selama ini lu udah jadi tempat curhat gue, Lin. Terus apa ini alasan lu selalu nolak buat ngenalin bucinan lu ini? Lagian kenapa harus sama Kiki sih, Lin?" gerutu Lili dalam hati sembari memandangi Celine dan Kiki dari kejauhan. Mereka berdua sedang duduk di bangku taman.
"Tapi, by the way, kenapa gue harus sebel gini? Biarin aja, lagi, Celine jadian sama Kiki! Apa urusan gue?" batin Lili.
"Gue suka sama siaran Arjuna bukan berarti gue suka sama Kiki yang selama ini gue anggap sebagai Arjuna kan!" batin Lili dengan tegas.
Karena selama beberapa saat Lili berdiri mematung memandangi Celine dan Kiki, tanpa sengaja Kiki pun melihat kehadiran Lili dari jauh.
Kiki tampak menunjuk ke arah Lili dengan isyarat wajahnya. Celine pun menoleh dan ia pun melihat Lili juga. Celine mengembalikan arah wajahnya sambil mengerutkan dahi.
"Aduuuh, mampus gue! Kenapa ada Lili di sini? Kenapa pas banget doi ngelihat gue lagi bareng sama Kiki?" batinnya.
Karena sudah terlanjur, Celine pun kembali menoleh dan tersenyum juga melambaikan tangan kepada Lili.
Lili pun mendatangi Celine dan Kiki.
"Hai, bestie! Kok pagi-pagi lu ke sini?" sapa Celine.
"Iya, bestie. Gue ada perlu sama lu, tapi lu ga ngangkat-ngangkat telepon dari gue!" ucap Lili.
Celine pun meraba saku-sakunya.
"Ya ampun, gue lupa bawa HP! Kayanya HP gue masih ada di bawah bantal deh," jawab Celine.
"Astaga, lu kebiasaan sih, tidur sambil nindih HP di bawah bantal! Pantes aja gue telepon-telepon ga ada tanggapan. By the way, lu ga mau ngenalin bucinan lu sama gue?" ucap Lili sambil melirik Kiki.
"Maaf? Bucinan?" ucap Kiki heran.
"Apaan sih, lu, Lik! Mana ada gue bucan-bucin, bucan-bucin! Lagian, bukannya kalian udah saling kenal kan ya?" ujar Celine.
TIRIRIIING... TIRIRIING...
Tiba-tiba saja ponsel Kiki berdering. Setelah Kiki mengintip nama pemanggil di layar ponselnya itu, ia pun tidak bisa menunda untuk mengangkatnya.
Kiki mengangkat telapak tangannya kepada Celine dan Lili sebagai isyarat meminta ijin untuk menjauh sebentar karena mengangkat panggilan telepon itu.
"Halah, ngaku aja lu, Lin... Kiki itu bucinan lu kan?" lanjut Lili setelah Kiki menjauh.
"Sumpah! Doi bukan bucinan gue, Lik!" jawab Celine.
"Ih, serem amat pakai sumpah-sumpah segala!" ujar Lili.
"Habisnya elu ngomongnya sembarangan! Oh, jangan-jangan lu cemburu ya?" balas Celine.
"Eh? Cemburu?" ucap Lili.
"Iya, lu cemburu karena ngegap gue lagi bareng sama Kiki!" jawab Celine.
"Yang bener aja, Lin? Buat apa gue cemburu?" ucap Lili.
"Emh, ladies, maaf banget... Saya harus pergi. Ada yang perlu dikerjain sekarang," ucap Kiki terburu-buru.
"Oh, gitu ya?" ucap Lili.
"Ya udah, kalau gitu kamu duluan aja ga apa-apa. Kamu hati-hati di jalan ya?" sambung Celine.
Kiki pun mengiyakan dan pergi secara terburu-buru. Lalu tampak ekspresi kelegaan di wajah Celine.
"Lu kenapa, Lin?" tanya Lili.
"Ga apa-apa. Emangnya gue kelihatan kaya gimana? Memang ga ada apa-apa kan?" tanya Celine.
"Ya, ga yakin juga sih gue. Gue heran juga, kenapa akhir-akhir ini lu kaya sibuk sendiri gitu. Yang biasanya selalu bareng gue, sekarang lu kaya sulit diajak barengan gitu," jelas Lili.
"Ya ampun, Li. Gue cuma sibuk sama kerjaan doang. Akhir-akhir ini kan memang lagi pergantian tahun ajaran baru. Pas lu sibuk dan mengabaikan gue juga gue biasa aja," jawab Celine.
"Sibuk sama kerjaan? Bukan ngebucin?" tanya Lili.
"Ngebucin? Hahaha... Sejak kapan gue ngabisin waktu yang ga bareng sama sohib gue sendiri cuma gara-gara ngebucin? Sejak kapan, Lik? Ah, elu kaya ga kenal gue aja!" ujar Celine.
"Bukan gitu. Kan sebelumnya lu jomblo akut, ya mana ada waktu buat sama yang lain kecuali sama gue. Ga tahu kenapa gue masih curiga, deh, sama lu. Pasti ada yang lu tutup-tutupin dari gue!" ucap Lili.
"Tutup-tutupin apanya?" ujar Celine sambil sedikit menoleh ke arah lain, seperti sedang menahan sesuatu dengan dahi yang berkerut.
"Eh, ngomong-ngomong lu mau ngapain pagi-pagi ke sini?" ucap Celine mengalihkan pembicaraan.
"Nah, iya, gue tuh lagi melarikan diri plus gue juga mau numpang mandi di kosan lu," jawab Lili.
"Hah? Apa yang terjadi, bestie?" tanya Celine penasaran.
"Victor! Doi ke apartemen gue, jadi sebelum doi sampe ya gue cepat-cepat melipir deh. Daripada mood gue berantakan seharian ini, mending gue menghindar dari doi," jawab Lili.
Celine pun mengajak Lili ke kosannya. Mereka berjalan kaki sambil bercakap-cakap. Namun, jauh di dalam hati Lili, ia masih merasa Celine menyembunyikan sesuatu darinya. Entah itu menyembunyikan hubungannya dengan Kiki, atau menyembunyikan hal yang lain dari Lili.
Lili berencana untuk mencaritahunya. Bagaimana pun hubungan persahabatan di antara mereka berdua begitu erat. Merahasiakan sesuatu itu membuat Lili tidak nyaman.
Namun, sebenarnya ini juga dikarenakan keberadaan Kiki yang terlihat dekat dengan Celine. Yang tidak habis pikir bagi Lili, ketika Lili bercerita tentang Kiki kepada Celine, Celine selalu menggodai Lili.
Celine mencandai Lili dengan kata-katanya, seolah bagi Celine pertemuan Lili dan Kiki akan berujung pada hubungan yang lebih dekat. Namun, bagi Lili kini justru mengapa Celine terlihat menjalin hubungan dengan Kiki?
"Seingat gue, Celine ga pernah merebut apapun dari gue deh," batin Lili sembari memandangi Celine yang sedang mengobrol dengannya.
"Lik? Lu kok bengong?" ujar Celine.
Lili pun berkedip cepat.
"Astaga, sejak kapan gue ngerasa Celine merebut Kiki dari gue? Ga logis! Ga logis!" batin Lili.
Lili pun menyeringai kepada Celine. "Enggak kok, ga kenapa-kenapa," jawab Lili.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
sunflower
bantu support karya ku juga ya kak 🥰
2022-08-21
4
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
wah bkln JD pagar makan tanaman engga tuh 🤭🤭🤭🤭
2022-08-20
2
Giri Wijaya
uuu
2022-08-19
3