Enenga memberi tanda kepada neneknya jika di belakang terlihat sosok yang dinantikan. Wajah merek terukir senyum ketika melihat pemuda itu lari mendekat. "Natura, akhirnya kau ikut bergabung juga," ucap nenek Alia dengan wajah bahagia.
"Tuan petualang muda, perkenalkan, namaku Inggira. Aku akan ikut menuju gunung walau level petualangku hanya berada di angka lima belas," ucap pria yang mengantar rombongan nenek Alia.
"Namaku Natura, salam kenal. Mohon maaf jika tuan Inggira aku sarankan untuk kembali ke desa saja. Kami pun hanya akan kabur jika keadaan tidak memungkinkan. Aku takut tuan Inggira dalam masalah besar."
Ucapan Natura membuat pria itu maupun Enenga canggung, tidak terkecuali nenek Alia.
"Ba-baiklah. Kalau begitu terimalah ini sebagai pembayaran awal," ucap Inggira sambil mengeluarkan banyak botol kecil berwarna hijau dan biru (potion darah dan mana).
"Kami tidak bisa menerima hadiah itu, sebab anda juga membutuhkannya. Kami tidak akan mengambil keuntungan dari orang yang sedang tertimpa musibah. Mohon mengertilah niat baik kami," ujar Natura.
Setelah berterima kasih, Inggira pun berlari kembali menuju desa. Dia tak lupa menyampaikan imbauan Natura untuk memberi peringatan kepada warga apabila keadaan diluar kendali.
Selama perjalanan, mereka mendiskusikan rencana untuk mendekati Dragon Sunguungu. Dari ucapan nenek Alia dapat diketahui bahwa ada cara lain supaya kehadiran monster yang merusak dapat menggerakkan para bangsawan. Terlebih yang menerror adalah Dragon Sunguungu. Dragon yang belum pernah terlihat lagi setelah mencoba menginvasi daratan hunian manusia sekitar seratus tahun lalu.
Rencana yang dikemukakan yaitu terkait pendekatan terhadap Dragon Sunguungu. Jika seseorang dapat mendekati monster yang ditargetkan dalam kurun waktu setara 100 kali detak jantung, maka orang tersebut dapat melaporkannya kepada bangsawan. Dengan item khusus, kejadian itu dapat ditampilkan pada batu berkekuatan khusus layaknya fungsi monitor. Menggunakan bukti tersebut maka bangsawan akan mendiskusikan tingkat kedaruratan bencana. Semakin besar kerusakan yang mungkin timbul, maka akan semakin diperhatikan oleh mereka. Mengingat Dragon yang muncul adalah jenis Sunguungu, nenek Alia yakin para bangsawan tak akan mengabaikan laporan ini.
Sesampainya di kaki gunung, mereka bertiga memperlambat langkah. Gunung yang lembab dengan pepohonan rindang membuat mereka bertiga lebih waspada. Getaran tanah yang sering terjadi membuat hewan dan monster di gunung itu lebih agresif. Semakin naik, getaran tanah semakin jelas mereka rasakan.
Mereka bertiga duduk berdiam diri ketika monster ular yang tubuhnya berdiameter satu meter sedang melintas turun gunung di depan mereka.
"Nek, apakah kau yakin akan melawan Dragon jenis Sunguungu?" tanya Natura dengan pelan.
"Jika memungkinkan, maka kita harus melawannya. Setidaknya kita berperan supaya dragon itu diketahui oleh bangsawan. Aku yakin ada petualang lain yang melakukan hal sama seperti kita. Tetapi, belum ada kamp prajurit di daerah ini menunjukkan kita harus berusaha."
Tiba-tiba getaran dan suara langkah kaki monster terdengar mendekati mereka. Mereka langsung berdiri membentuk kuda-kuda ketika melihat sosok monster pemilik suara langkah kaki. Mereka hanya terdiam dengan mata bergetar saking takutnya ketika menyaksikan Dragon setinggi tiga meter berjalan ke arah mereka.
Ketiga petualang itu terduduk lemas menyaksikan kepergian dragon berwarna hitam tersebut yang seolah tidak memedulikan mereka.
"Bohong! Sungguh ini tidak nyata. Bagaimana mungkin dragon berwarna hitam yang terkenal sangat gesit dan benci manusia bisa berjalan mengendap-endap dan mengabaikan kita!?" ucap Natura tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
"Sekuat apapun Dragon Sunguungu yang ada di gunung ini, maka tidak ada alasan untuk kita pergi. Cepat atau lambat dia pasti akan menyebabkan mala petaka. Kita harus mengamati dragon itu dari dekat sebagai bukti untuk dilaporkan kepada para bangsawan."
"Hah? Tidak, Nek! Aku kira tidak semenyeramkan ini sehingga aku ikut. Lebih baik kita menggunakan rencana lain bila ada. Bukankah kita cukup menceritakan kehadiran dragon itu kepada bangsawan, 'kan?" tanya Natura.
"Kau tak ingat jika kita harus berada di dekat monster dengan hitungan seratus detak jantung guna membuktikan laporan kita?"
"Hah? Itu tidak masuk akal. Mereka pasti akan mendengarkan laporan kita mengingat Dragon Sunguungu adalah Dragon yang sangat mematikan!"
"Tidak Natura. Tidak seperti raja Highend Beast yang menakutkan namun juga memiliki ambisi besar membunuh monster, para bangsawan hanya akan mengerahkan pasukan elitnya ketika raja Highend Beast tak dapat menjangkau masalah besar akibat keterbatasan waktu. Mereka menomor satukan tahta daripada mati berjuang bersama rakyat."
Natura hanya diam tak membantah. Meski terdengar memuakkan namun dia akhirnya melangkahkan kaki tetap mengarah pada tujuan awal mengapa dia sampai berada di sana. Mereka melanjutkan perjalanan lagi dengan tetap mewaspadai lingkungan sekitar yang mulai terasa menakutkan akibat suara gemuruh.
Tidak lama menempuh perjalanan, mereka menemukan area dimana pepohonan telah mengering dan tempat itu berantakan. Di depan mereka, terlihat punggung Dragon yang diperkirakan berukuran tujuh meter berwarna coklat namun tidak bergerak.
"Enenga berhenti dan perhatikan sekitar! Aku dan Natura akan pastikan apakah Dragon itu masih hidup atau tidak. Demi keamanan, lebih baik kau bersembunyi," ujar nenek Alia dengan pelan.
Nenek Alia dan Natura berjalan mengendap-endap mendekati dragon berwarna coklat itu. Dragon itu ternyata terkapar tak bernyawa dengan luka sayatan di bagian dada. Luka yang terlihat berwarna ungu, menandakan luka dari serangan beracun yang sangat menakutkan. Natura mencoba menancapkan pisau kecil pada jasad dragon hingga tubuh dragon itu perlahan menghilang menjadi debu bercahaya. Tidak adanya hadiah yang tertinggal menandakan bahwa dragon tersebut memang mati melawan dragon atau monster lain tanpa campur tangan dari manusia.
Nenek Alia pun memberi isyarat kepada Enenga untuk bergabung kembali. Tentu dia sangat penasaran dengan kematian Dragon di hadapannya. "Natura, apakah dragon ini mati akibat serangan dari Dragon Sunguungu?"
"Dari luka serangan, aku dapat menyimpulkan demikian. Apakah nenek pernah dengar ada orang yang dapat mengalahkan Dragon Sunguungu?"
"Dulu banyak petualang hebat yang berhasil membunuh ribuan Dragon Sunguungu yang tiba-tiba menginvasi benua ini. Namun sayang, para petualang hebat itu tidak pernah kembali lagi ke dunia ini. Hanya raja Highend Beast satu-satunya sosok petualang hebat dari dunia lain yang tetap tinggal di sini. Lebih tepatnya dia ditarik untuk tetap hidup di dunia ini."
"Nek, kapan terakhir kali para petualang hebat singgah ke dunia ini?" tanya Natura yang penasaran dengan apa yang pernah terjadi.
"Mungkin sekitar seratus tahun lalu. Orang tua nenek yang menceritakan hal itu. Dulu penduduk begitu senang ketika portal antar dunia masih berfungsi. Banyak petualang dari dunia lain datang membantu kami mengalahkan monster-monster di sini. Bahkan dulu monster rendahan tidak pernah membahayakan kami karena keberadaan para petualang itu. Sungguh nenek tak dapat membayangkan kehidupan aman seperti yang ayahku ceritakan. Sayang zaman itu sepertinya telah berakhir," terang nenek Alia.
"Terima kasih atas penjelasannya, Nek. Setidaknya aku tahu jika kemungkinan di dunia ini terdapat item Over Power yang mungkin bisa aku beli."
"Item seperti itu sangatlah mahal. Sampai saat ini pun nenek belum pernah mendengar ada yang memilikinya kecuali raja Highend Beast. Beliau memiliki sangat banyak item Over Power itu. Beliau menjarah banyak item seperti itu dari para petualang dunia lain tepat sebelum para petualang lain hilang begitu saja tanpa melewati portal terlebih dahulu."
"Sepertinya aku mengetahui apa yang membuat mereka hilang dari dunia ini," ucap Natura tanpa sadar. Natura berpikir jika dunia ini memanglah dunia yang di-copy oleh developer game Deep Dive, maka ada kemungkinan jika Gnireng menyatukan game dengan dunia tersebut. Kejanggalan dapat Natura rasakan sebab Deep Dive adalah game paling terkenal yang dikarenakan gerakan karakter maupun NPC yang sangat mulus. Terlebih percakapan para NPC terlihat begitu nyata padahal tidak terdengar bagaimana mereka membuatnya demikian.
"Hah?" tanya nenek Alia memecah lamunan Natura.
"Hah apanya Nek? Sungguh Nenek membuatku bingung," ucap Natura mencoba menyembunyikan ucapannya.
"Kau baru saja bergumam seolah usiamu lebih tua daripada aku."
"Hah?"
Natura berhasil menutupi kecurigaan nenek Alia dan mereka pun memulai perjalanan kembali. Di perjalanan mereka juga menemukan beberapa makam yang di atasnya terdapat koin dan item-item dasar. Mereka mengambil dan membagi hadiah itu sama rata. Makam yang terdapat hadiah di atasnya menandakan makam orang yang dibunuh oleh monster atau kematian yang tidak disebabkan oleh pertarungan.
Hari mulai sore dan awan menyelimuti langit. Hujan juga hadir menambah berat perjalanan rombongan Natura. Mereka bertiga menggunakan jubah supaya tidak terkena efek elemen air dari hujan itu. Tentu saja Natura memakai jubah yang terlihat sangat rapuh dan kuno, sebab dia dipinjami jubah itu oleh nenek Alia daripada tidak memakai perlindungan dari hujan.
Getaran tanah semakin sering terjadi. Suara gemuruh dari arah atas sebelah kiri terdengar semakin jelas. Mereka pun mencoba melihat daerah itu.
Rombongan Natura seakan tidak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat. Hanya dipisahkan suatu lembah, mereka dapat melihat dengan jelas sosok dragon raksasa berwarna hitam corak ungu dengan dua tanduk warna ungu sedang menggali tanah guna dijadikan tempat bersarang. Suara misterius bebatuan berjatuhan akhirnya dapat terpecahkan. Itu adalah bebatuan yang jatuh bersamaan tanah longsor dari hasil dragon menggali gunung.
Dari pepohonan yang diperkirakan setinggi sepuluh meter, maka Dragon Sunguungu memiliki tinggi tiga kalinya. Itu adalah ukuran dragon yang sangat besar dibandingkan dengan monster lain yang Natura pernah hadapi, baik di game maupun di dunia yang kini menjadi tempat hidupnya.
"Apakah nenek yakin kita dapat mendekati Dragon Sunguungu yang sangat besar itu?" tanya Natura dengan wajah terlihat ketakutan.
"Tentu! Aku tak akan membiarkan dragon raksasa berkembang biak di benua ini," jawab nenek Alia.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments