Natura lalu menyerang kaki belakang badak raksasa itu. Berulang kali dia menyerang dengan sangat cepat, lagi-lagi butiran cahaya berwarna hijau misterius meresap ke dalam tubuh Alia dan Enenga. Natura benar-benar serius dalam berperan sebagai dua orang pengecoh. Gerakannya yang gesit membuat badak raksasa semakin marah karena sama sekali tidak dapat mencelakai musuhnya.
Serangan yang dilancarkan oleh Alia dan Enenga mulai berdampak pada monster badak.
"Nek, apakah badak ini memiliki pasif mengurangi kesempatan serangan kritikal lawannya?" tanya Natura sambil menjauhi serudukan badak.
"Tidak, tetapi badak ini memiliki pengurangan kekuatan serangan kritikal. Jika kau adalah penyerang yang mengandalkan serangan penetrasi, maka itu akan sangat berguna sebab kami berdua adalah tipe penyerang yang mengandalkan serangan kritikal. Imbas serangan kami tidak terlalu berdampak besar," terang Alia yang terus mencari celah untuk menyerang.
Sementara itu, Enenga terlihat berlarian mengiringi laju badak guna mengincar kelemahan yang ada pada bagian lutut dan mata.
"Nek, seranganku dapat mematikan monster ini, namun aku harus menampung sangat banyak serangan terlebih dahulu," ujar Natura bohong.
"Hah? Apakah kau tipe pengguna senjata berat yang harus mengumpulkan kekuatan terlebih dahulu?"
Natura memilih fokus terlebih dahulu, menghindari serudukan badak yang kini mulai melakukan gerakan menghempas-hempaskan ekor dan kepala.
"Hampir seperti itu. Bedanya aku harus menyerang musuh terus-menerus," ucap Natura.
"Natura, nenek mulai kehabisan stamina akibat terus melakukan lompatan kuat. Apakah kau dapat mengulur waktu untukku?"
"Ya, aku bisa."
Saat melompat menjauh dari pertarungan dan berdiri di atas pohon, Alia mulai sadar jika monster badak telah merusak banyak sekali pepohonan dan juga tanah di pinggir danau. Dia tersenyum saat melihat Natura dapat menyerang badak pada titik yang berbeda, bahkan berseberangan.
"Sungguh Natura adalah orang yang sangat unik. Dia bahkan bisa melakukan serangan dari tiga arah yang berbeda. Sepertinya dia mampu melawannya seorang diri."
Setelah beberapa kali menyerang mata kiri badak tersebut, akhirnya Enenga berhasil merusaknya. Enenga dan Natura melompat mundur karena badak raksasa melakukan serangan membabi buta.
Badak itu lalu mengangkat dua kaki depannya dan meraung. Suara itu begitu memekakan hingga lawan-lawannya terpaksa menutup telinga. Kedua kaki depannya menggebrak tanah hingga memunculkan gelombang angin yang terus melebar dan tanah pun menjadi rusak.
Natura terlempar sangat jauh namun dengan pikiran tenang dia langsung mengambil posisi lari di udara menjauhi titik tengah gelombang.
Alia dan Enenga yang tadinya khawatir mulai tersenyum ketika melihat Natura berlari di udara lalu mendarat dengan sangat mulus. Nenek Alia sampai menggeleng-gelengkan kepala sebab itu pertama kalinya dia melihat seseorang menghindari gelombang angin dengan cara demikian.
Monster badak mulai berjalan di tempat dan langkahnya seperti melompat-lompat kecil. Debu beterbangan mengiringi injakan kaki. Badannya mulai muncul asap berwarna merah. Asap itu menunjukkan bahwa Badak itu mengeluarkan skill buff yang dapat meningkatkan kekuatan serangnya.
"Enenga! Nenek Alia! Apakah kalian tahu bahwa badak raksasa ini sekarang juga telah meningkatkan kecepatan serang serta gerakan yang lebih berbahaya?" tanya Natura dengan lantang sambil berlari ke arah badak raksasa.
"Sekarang kami tahu!"
"Hah?" Kekagetan atas jawaban Alia membuat Natura kehilangan fokus dan tersandung akar pohon hingga terperosok tepat di depan badak raksasa.
"Natura!!!" teriak nenek Alia begitu lantang dengan wajah ketakutan.
Badak raksasa segera melakukan lompatan tinggi bertenaga mengincar tubuh Natura.
"Apakah kau mau melihatku melakukan lompatan kuat? Baiklah, akan aku perlihatkan sekali lagi!" ucap Natura sambil tersenyum memandang kaki badak raksasa yang kini berada di atas tepat mengincar dirinya.
Nenek Alia dan Enenga yang berdiri di pucuk pohon meneteskan air mata saat melihat badak raksasa menggebrak tanah hingga muncul gelombang angin yang sangat kencang melebihi gelombang angin sebelumnya. Bahkan hingga pepohonan di sekitar monster badak beterbangan.
"Sungguh ceroboh! Mengapa aku menganggap pemula dapat melawan monster Badak raksasa yang telah berevolusi? Sungguh nenek ini sangat bodoh. Nah, Natura kami berdua pun tidak akan bisa lepas dari penargetannya. Jadi jangan salahkan kami bila nanti kita bertemu di alam sana. Ini semua juga salahmu karena teriakkan mulutmu yang mengundang bencana ini," ucap nenek Alia sambil mengusap ari mata.
"Enenga! Kita tidak mungkin kabur, namun kita tidak boleh menyerahkan nyawa begitu saja. Kau paham?" tegas nenek Alia menatap Enenga.
Enenga mengangguk dan tersenyum sambil mengusap air mata yang masih saja menetes tanpa henti.
Saat Enenga dan Alia memperkuat kuda-kuda guna melompat cepat ke arah badak raksasa, suara tawa lantang seorang remaja menggema dari langit membuat mereka sedikit ketakutan. Mereka berdua mempertajam pandangan dengan menutup arah cahaya matahari untuk mencaritahu siapa yang sedang berputar di langit.
" ... Ha ha ha ha ha! Kemenangan di pihakku!"
Senyum lebar segera menghiasi wajah nenek Alia dan Enenga ketika menyadari orang yang membuat lintasan spiral di langit adalah Natura. "Dasar jejaka aneh! Hampir saja kami putus asa karena mengira kau telah mati," ucap nenek Alia sambil mengusap air mata tanda haru.
Tangan Natura terentang, digunakan layaknya sayap untuk menjaga keseimbangan sedangkan Kakinya melakukan gerakan berlari begitu cepat. Kedua hal itu memungkinkan Natura jatuh lebih lambat dengan membentuk lintasan jatuh berupa spiral.
Si remaja tampan kini berdiri tepat di atas tubuh badak raksasa sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Monster badak justru berdiam diri, dan asap hijau menguap menyelimuti tubuhnya. Asap yang menunjukkan pasif buff penyembuh milik badak raksasa.
"Wahai sekutuku, aku perintahkan kepada kalian untuk berganti peran denganku. Sang petualang pengendali amarah telah turun dari langit. Saatnya kemenangan ... berada ..."
Nenek Alia dan Enenga menahan tawa karena Natura terpeleset akibat badak itu bergerak.
"Kurang ajar! Kau menghancurkan momen berhargaku, dasar badak logam tidak berguna!" ucap Natura sambil menjaga keseimbangan supaya tidak terpeleset lagi.
"Baiklah-baiklah, tuan muda Natura adalah pemimpin kami. Nenek bercucu ini memohon belas kasih supaya diberi kesempatan untuk menyerang monster badak. Kami sungguh ingin mendapatkan hadiah ketika berhasil membunuhnya," ucap nenek Alia sambil tersenyum.
"Ha ha ha ha ha! Wahai sekutuku yang bijak, akan aku turuti permintaan remeh itu! Kebahagiaan kalian adalah kebahagiaanku! Ha ha ha ha."
Natura kini duduk santai di atas punggung badak dengan tangan kanan menyerang sangat cepat.
Butiran cahaya berwarna hijau banyak berhamburan dari pedang milik Natura yang meresap pada tubuh nenek Alia dan Enenga.
Secara perlahan, kekuatan serang milik nenek bercucu itu semakin meningkat. Serangan pedang mereka berdua bahkan sampai mengeluarkan gelombang energi yang dapat dilontarkan tanpa perlu masuk ke jangkauan serangan pedang. Gelombang energi berbentuk bulan sabit mulai merusak logam yang membalut badak raksasa. Secara perlahan badak itu mulai kehabisan kekuatan dan hanya bisa duduk sambil mengeluarkan asap hijau dari tubuhnya supaya bar darahnya meningkat dan lukanya sembuh.
"Oi oi, tidakkah monster badak raksasa ini sudah cukup untuk disebut sebagai Cheater? Dia menggunakan pasifnya terus-menerus bahkan ketika sedang diserang. Jika tidak memiliki serangan yang sangat kuat, siapa orang yang mampu membunuhnya? Cih, menyebalkan!" batin Natura.
Si tampan itu lalu jongkok dengan kaki kiri di depan guna memperlancar gerakan serangan pedangnya. Ujung pedangnya kini bergerak dengan sangat cepat membentuk lambang 'tidak terhingga' dan percikan api dari logam bermunculan akibat berbenturan dengan punggung badak raksasa.
"Kita berhasil! Natura sungguh kau sangat hebat!" teriak nenek Alia sambil memperagakan gerakan berpedang yang sedang Natura lakukan.
"Hah?" Natura mulai sadar jika serangan pedangnya kini tidak lagi mengeluarkan percikan api dan justru menembus logam pada jasad monster badak raksasa. Hal itu menandakan monster badak telah kehilangan nyawa.
"A!!!! Bagaimana cara kalian membunuh logam raksasa ini?!" teriak Natura sambil berdiri tanpa sadar. Tentu dia ingin membunuh monster badak menggunakan serangannya sendiri.
"Sang-sing sang-sing ciu duar duar tang-ting tang-ting sring! Pokoknya seperti itu. Ha ha ha ha." jawab nenek Alia.
"Sungguh mereka berdua adalah orang yang sangat menakutkan. Apanya yang terkena efek debuff atau kutukan? Pasif mereka pasti adalah kekuatan serang yang semakin ganas ketika berhasil menyerang musuh secara berturut-turut tanpa gagal. Dua kali bertarung bersama mereka sudah cukup untukku menyadari hal itu." batin Natura. Tanpa Natura tahu jika Enenga dan Alia mendapatkan kekuatan dari dirinya. Natura justru berpikir demikian. Tak lain kerena dia sendiri tidak menemukan status karakter seperti itu pada dirinya.
Natura lalu merobek perut jasat badak dan menemukan karung koin. Dia juga mengeluarkan benda lain seperti; logam berbentuk perisai segi lima; kalung dengan kristal yang sama seperti cula badak raksasa itu; cula bergerigi yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar perisai maupun Medieval War Lance; serta tombak dengan unjung batu kristal sama seperti ekor badak itu.
Mereka bertiga duduk melingkar dengan benda hasil hadiah di tengahnya. Jasat monster badak raksasa menjadi debu bercahaya kemudian hilang menyatu dengan udara.
Mereka lalu memajukan tangan kanan saling bertumpuk dan benda-benda yang menjadi hadiah menjadi debu yang memasuki saku mereka berdasarkan kontribusi serangan mereka masing-masing.
Nenek bercucu itu tertawa begitu gembira karena semua benda kecuali koin menjadi milik mereka, hanya bagian koin yang terbagi menjadi tiga dimana debu paling sedikit menuju saku Natura.
Natura tersenyum canggung ketika dia mengambil perintah kepada sakunya untuk mengeluarkan koin yang baru saja diterima.
Enenga dan neneknya saling bertatapan dan mengeluarkan koin yang baru saja mereka terima.
Enenga menutup mulutnya sendiri yang menganga melihat perbandingan hadiah yang sangat tidak adil ketika melihat melalui koin pemindai harga.
Nenek Alia lalu merebut koin itu dan ikut menutup mulutnya sendiri yang menganga. "Bagaimana mungkin Natura hanya mendapatkan sepuluh koin sedang sementara masing-masing dari kami berdua mendapatkan dua ratus lima puluh koin sedang?"
Natura lalu berdiri tegas membelakangi mereka berdua dan berkecak pinggang sebelah tangan sementara tangan satunya menyisir rambut indahnya. "Pemimpin kelompok ini begitu bijaksana bukan? Maka dari itu, bolehkah pemimpin ini meminta sedikit kebijaksanaan dari kalian supaya diberi ruang untuk membersihkan tubuh yang tadi sempat terganggu?"
Wajah Enenga merona melihat pose indah yang sedang diperagakan oleh Natura. Dia lalu menarik tangan neneknya supaya menjauhi danau itu.
"Sungguh dia terlalu aneh. Dia bahkan tidak menyerang monster sekuat itu demi kita berdua. Enenga, kau harus memiliki jiwa kebijaksanaan layaknya Natura," ucap nenek Alia sambil terus berlari mengikuti Enenga.
Enenga tersenyum merona sambil menengok ke arah neneknya.
Di danau, Natura membenamkan seluruh tubuh beserta pakaiannya. Berbeda dari yang sebenarnya terjadi Natura tak mengharapkan nasib buruk seperti itu. "A!!!!!!!!! Sungguh seharusnya aku sendiri yang membunuh monster badak raksasa itu!" teriak kencang Natura walau hanya gelembung yang keluar dari mulutnya.
Natura lalu mengapungkan diri sambil menatap langit sebagai pelipur lara.
Tiba-tiba suara Ortuna terdengar di telinga Natura. "Hai hai. Seharusnya Natura tahu bahwa tiada monster yang level-nya di atas lima puluh tanpa status pengurangan kesempatan serangan kritikal. BTW, monster badak yang baru saja Natura hadapi memiliki pengurangan kesempatan serangan kritikal sebesar 95%. Terima kasih kembali!"
"Ha ha ha ha. Apakah ada orang yang lebih baik dari diriku?! Tentu tidak! Ha ha ha ha." seru Natura dengan suara lantang. Itu satu-satunya cara yang dapat dia lakukan untuk mengurangi amarah di dalam hati.
Tanpa diduga, tiga orang petualang yang mengintai kejadian itu dari kejauhan terlihat gemetar menyaksikan aksi kelompok Natura.
"Oi oi, Fa, kau beberapa waktu yang lalu bilang bahwa remaja itu pemula, 'kan? Pikirkanlah kembali ucapanmu," ucap pria berambut hitam dengan corak merah.
"Cih, apa yang salah dari ucapanku? Hanya saja kejadian ini di luar perhitunganku. Bahkan tidak ada dari mereka bertiga yang sampai terkena serangan badak raksasa. Strategi yang sangat sulit dilakukan bagi seorang pemula," tanggap pria berpenampilan bagai ninja.
"Ha ha ha ha. Sudah aku bilang bahwa Pahlawan Ke Empat tidak membutuhkan bantuan kita, 'kan? Nyatanya kita masih tetap di sini karena tiada dari mereka yang sampai terkena serangan lawan, 'kan?" tanya pria berambut hitam dengan corak putih yang wajah dan penampilannya persis seperti pria lawan bicara ninja.
"Kalau begitu kita pergi dari sini. Item teleportasi yang kita pakai rupanya hanya berguna untuk melihat Pahlawan Ke Empat sedang tebar pesona. Ha ha ha ha."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments