Natura tidak langsung menyerang monster batu berkristal itu melainkan diikat kakinya lalu diikatkan pada seonggok pohon. Tentu Natura memilih membeli sarapan terlebih dahulu. Tidak mau monster batu itu memberontak, dia pun membeli buah untuk dijadikan pakan monster itu.
"Hm, lebih baik aku membawa monster batu ini ke rumah pohonku saja. Di sana aku tidak akan malu meski menyerang monster ini sepanjang hari." batin Natura.
Pemuda bertopeng karung itu pun mencoba melepaskan ikatan monster itu dari pohon dan mencoba menyeretnya. Bukannya monster itu yang terseret, namun nyatanya dia-lah orang yang terseret.
Kesal karena orang-orang mulai menahan tawa atas tindakannya, Natura pun mencoba mengangkat monster batu itu. Tentu saja orang-orang menertawakan apa yang dia lakukan.
"Kalau sudah begini, apa gunanya aku ingin membawa monster ini ke rumah. Oke. Tidak guna memedulikan rasa malu. Status karakterku harus cepat naik." batin Natura sambil mengeluarkan pedang miliknya.
Tawa kembali terdengar dari orang-orang yang ada di dalam rumah makan itu karena melihat pedang yang dibawa oleh Natura.
Pemuda bertopeng karung itu langsung saja memulai menyerang monster batu itu.
Kini kekaguman terlihat jelas pada setiap pemilik mata yang memandang Natura dari rumah makan itu.
"Sungguh gerakannya begitu cepat tanpa jeda. Tapi ada yang aneh dari perilaku monster batu itu. Bukankah seharusnya monster batu melawan balik jika di serang?" tanya pria berambut putih.
"Sepertinya pemuda aneh itu memiliki teknik khusus guna melawan monster batu." jawab pria berambut merah.
"Hah? Apa maksudmu? Sungguh aku belum pernah mendengar hal seperti itu."
"Mungkin dia mengalihkan serangannya ke dimensi lain. Dan setelah serangan itu terkumpul di sana, maka dia akan mengeluarkan semua serangannya pada satu serangan saja. Dia melakukannya guna meningkatkan 'serangan penetrasi' dan 'serangan kritikalnya'. Itu sangat masuk akal sebab monster batu sebesar itu tidak mungkin dikalahkan oleh pemula seperti dirinya. Dengan hal itu, kepala karung itu dapat melipat gandakan 'serangan kritikalnya'. Sungguh pemuda dengan kemampuan hebat. Aku yakin dia keturunan orang kuat," jawab pria berambut merah sambil mengangguk-angguk dan menyentuh dagunya.
"Wah, analisamu sungguh hebat. Aku belum pernah melihat orang secermat dirimu. Kau pasti juga seorang jenius," ungkap pria berambut putih itu.
Pria berambut merah itu pun tertawa mendengar lawan bicaranya menyanjung seperti itu. "Benar. Aku memang jenius."
"Apanya yang jenius? Si rambut api itu bahkan juga kebingungan dengan apa yang dilakukan oleh pemuda bertopeng karung. Dia hanya mengarang cerita saja," batin gadis berusia 30 tahun yang terlihat bosan menjadi kasir rumah makan itu.
Matahari sudah tepat di atas kepala namun Natura belum juga dapat mengeluarkan 'serangan kritikal' untuk membunuh monster batu itu.
"Lihatlah wahai sistem atas karuniamu ini! Sekarang aku menjadi badut karena keanehan yang kumiliki ini," batin Natura merasakan sekarang banyak orang yang datang ke rumah makan itu sambil menonton dirinya.
Monster batu itu terbangun dari tidurnya dan mengaum meminta pakan.
Seketika orang-orang yang ada di rumah makan itu berhenti berbicara, ketika pemuda bertopeng karung berhenti menyerang monster batu dan memilih memandang matahari.
"Dalam tujuh hari, aku harus membunuh monster batu ini, atau aku akan rugi," gumam Natura.
Semua orang menahan tawa semampunya mendengar ucapan itu, sebab yang bersangkutan berjalan ke rumah makan yang sedang mereka singgahi.
"Ha ha ha ha. Tidak apa-apa walau mereka menertawakanku. Lebih bagus daripada tatapan para gadis dan wanita yang melihat wajahku."
Tanpa Natura sangka, gadis kasir rumah makan itu selain menghidangkan pesanan, dia juga memberi lima botol 'potion' penambah darah jika terluka. "Kerja bagus. Ini untukmu."
Natura terlihat bahagia meski tak tahu mengapa dia mendapatkan potion tersebut.
"Nikmatilah hidangannya." ucap gadis kasir itu dengan datar.
Setelah menyantap hidangan, pemuda bertopeng karung itu memberi buah lagi kepada monster batu supaya tidak mengaum. Dia kembali melakukan aktifitas seperti sebelumnya. Suara benturan antara logam dan batu terdengar sangat cepat layaknya petualang tingkat atas yang sedang berduel. Hal itu membuat pengunjung baru rumah makan itu tersenyum kagum.
Sekarang di mata orang-orang, pemuda bertopeng karung itu bukanlah badut lagi, melainkan bintang drama. Tanpa Natura sadari, pikirannya yang hanyut akan gerakan-gerakan indah yang sedari kecil ingin dia peragakan, kini menjadi kenyataan.
Gerakkan zig-zag dengan selingan serangan-serangan cepat, yang seolah membuat ujung pedangnya menggurat udara hingga membentuk garis layaknya roda kereta kencana, dan serangan kiri-kanan hingga ujung pedangnya melukis lambang 'tidak terhingga'. Semua gerakan itu sukses membuat orang-orang terpukau.
Senyum gadis kasir pun semakin lebar. Baginya, kehadiran Natura mendatangkan manfaat. Pengunjung berdatangan sebab mendengar rumor konyol tentang Natura.
Sampai hari kehilangan 'mata', Natura belum juga berhasil membunuh monster itu. Dia pun terlihat mulai jenuh. "Oi, Ortuna? Tidakkah ini terlalu berlebihan untuk waktu yang dihabiskan guna menghancurkan batu bergerak ini?"
"Itu tergantung. Hi hi hi hi." Suara Ortuna terdengar ceria. "Maukah aku bacakan deskripsi monster batu yang sedang kau hadapi?"
"Ya. Itu akan sedikit menghibur hatiku yang telah bosan."
"Monster batu berkristal, iyalah monster dari jenis batu yang tercipta oleh tumpahan sihir dunia yang tercecer dan menetes pada batu sehingga batu itu dapat hidup."
"Bukan deskripsi seperti itu! Itu justru akan membuatku kantuk lebih awal."
"Ha ha ha. Kau begitu menggemaskan ketika kesal."
"Pergilah kalau begitu. Terlebih, kau juga tidak membantuku."
"Siapa bilang aku tidak membantumu. Kalau begitu aku pergi saja. BTW, aku membacakan deskripsi itu sebab kelanjutannya aku rasa penting bagimu, supaya kau tahu bila monster batu berkristal dapat mengurangi 'kesempatan serangan kritikal' sebesar 70%. Berjuanglah!"
Seketika Natura menghentikan serangannya dan termenung. "Cih mengapa aku semakin kesal? Terlambat untuk menyerah. Aku telah kehilangan buah untuk pakan monster ini. Aku harus mendapatkan hadiahnya!" ucapnya sambil menyerangnya kembali.
"Oi, maukah kau membantuku supaya cepat keluar dari dunia ini?" tanya Natura dalam hati kepada Ortuna.
"Aku berniat membantumu. Tapi di sini ada pihak lain yang memiliki kepentingan berbeda terhadapmu."
Natura berhenti menyerang sejenak dan langsung lanjut lagi dengan semakin kesal. Ortuna tak menjawab pertanyaan tentang pihak yang dimaksud. "Sekarang apa lagi?! Sebelumnya raja yang seolah juga berasal dari Bumi, kini pihak lain yang berbeda kepentingan atas terjebaknya aku di dunia ini, mengapa semua itu semakin rumit!? Ini game petualangan, mengapa aku harus mengungkap misteri tak bermanfaat seperti ini!?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Machan
anjay, si othor ikutan🤣🤣🤣
2022-09-02
0