Gnireng (revisi)

Natura, Enenga, dan Nenek Alia kini terus berlari menuju kota Yasa. Mereka menghentikan perjalanan hanya ketika malam saja atau singgah sejenak di desa yang mereka lalui. Perjalanan cukup cepat mengingat mereka selalu menghindari monster-monster berukuran besar. Hal itu terjadi karena mereka tidak kekurangan koin lagi setelah membunuh monster badak yang telah berevolusi. Dengan koin yang sekarang mereka miliki, mereka dapat menggunakan jasa ahli buff untuk kepentingan masing-masing. Natura tak kekurangan koin lagi setelah diberi hadiah oleh anggota Tujuh Suara Sejati.

"Nek, berapa lama lagi kita dapat menemui tukang buff?" tanya Natura.

"Mungkin tiga minggu lagi. Mengapa kau selalu menanyakan hal itu? Tiga minggu akan terasa seperti berbulan-bulan bila kau tidak sabar. Otakmu akan terus memikirkan hal itu dan secara perlahan kau akan lelah sendiri." terang nenek Alia.

"Nek, apakah keranjang bambu ini dapat menampung seseorang?" tanya Natura sambil menoleh ke arah belakang punggungnya.

"Hah? Kau ingin aku masuk ke dalam keranjang bambu itu?"

"Ti-tidak nek, aku hanya penasaran saja. Keranjang ini ukurannya besar dan mungkin seseorang dapat memasukinya."

"Kadang Enenga akan aku masukkan ke dalam keranjang itu bila dia tak kunjung bangun. Hanya saja orang yang masuk ke dalam keranjang tidak dapat menyerang musuh sebab tubuhnya akan tembus apapun."

"Jadi seseorang yang ada dalam keranjang bambu ini tidak akan tersakiti oleh musuh?"

"Ya begitulah ... Ngomong-ngomong, keranjang itu juga dapat kau masukkan ke dalam saku dan itu tak terlalu mempengaruhi kapasitas penyimpanan saku meski keranjang itu penuh."

"Mengapa Nenek tidak bilang kepadaku?"

"Ha ha ha ha. Nenek tidak pernah memperhatikan hal itu."

Natura lalu memasukkan keranjang bambu itu ke dalam saku. "Tidak aku sangka pakaian keren ini memiliki ruang penyimpanan yang lebih besar daripada pakaianku sebelumnya."

"Kau ini ... Sungguh orang aneh," gumam nenek Alia.

Tidak lama berlari, mereka melihat desa kecil dimana para penduduknya sangat sering melihat ke arah langit dengan wajah ketakutan. Bahkan desa itu tergolong sangat sepi. Mereka bertiga pun memendam rasa penasaran dan berlari menuju rumah makan. Berharap di tempat itu dapat beristirahat sekaligus mendengar apa yang terjadi di desa itu.

Enenga dan nenek Alia terlihat sangat gembira karena dia dapat mengambil makanan enak tanpa perlu berhemat lagi. Mereka bertiga memilih tempat duduk yang ada di teras karena tidak ada orang di sana, sementara tempat duduk di dalam ternyata telah penuh.

"Nek, apakah gerak-gerik penduduk di desa ini tidak aneh menurut Nenek? Aku seperti merasakan ketakutan pada tatapan mereka ... Lihatlah petani itu, dia seperti waspada terhadap sesuatu di langit," bisik Natura sambil memperhatikan seseorang yang berjalan di tepian jalan dan beberapa kali orang itu melihat ke langit dengan wajah mencerminkan kekhawatiran.

"Berhentilah bicara. Nenek sedang menguping pembicaraan orang-orang di dalam rumah makan ini. Mungkin kita dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dari obrolan mereka," tanggap nenek Alia pelan.

Mereka bertiga pun hanya menyantap hidangan tanpa berkata-kata. Memilih untuk menyimak pembicaraan seorang lelaki yang menghampiri pemilik rumah makan.

"Sungguhkah kau tega membiarkan mereka bertiga makan di luar ruangan?"

"Jika aku melarang orang asing duduk di luar dan memperingatkan akan bahaya yang sedang kita hadapi, aku takut bila mereka pergi dan menyebarkan rumor menakutkan itu. Coba pikirkan lagi jika banyak petualang yang menghindari singgah di desa kita, maka keadaan ekonomi kita akan kacau. Kau tidak boleh mengatakan hal itu kepada mereka bertiga. Lagi pula, bahaya itu tidak mengancam desa setiap hari. Kau tidak perlu khawatir," jawab pemilik rumah makan.

Di lain meja, rombongan Natura juga dapat mendengar obrolan yang hampir serupa.

" ... Sudah lebih dari dua minggu aku takut pergi ke sawah yang terletak di bagian selatan. Aku takut jika mati tanpa peringatan."

"Demikian juga denganku. Aku sekarang selalu pergi ke sawah yang terletak di utara desa walau lahannya tidak terlalu luas. Cih, tidak ada yang mampu membantu kita mengalahkan Dragon raksasa itu. Terlebih, orang itu justru melarikan diri membawa koin milik kita. Padahal koin itu seharusnya digunakan untuk mempermudah bangsawan memprioritaskan masalah di desa kita .... "

Dari kedua perbincangan itu, rombongan Natura menjadi tahu jika desa itu sedang di-terror oleh seekor Dragon.

"Nek, apa yang dimaksud dengan Dragon raksasa? Bukankah semua Dragon adalah raksasa?" tanya Natura dengan heran.

"Walau Dragon yang baru menetas juga ukurannya setinggi orang dewasa, namun jika orang-orang sampai memanggilnya dengan sebutan Dragon raksasa, maka itu artinya ukuran Dragon itu sangatlah besar."

"Kalau begitu kita harus cepat-cepat pergi dari wilayah ini. Sungguh wilayah ini terlalu berbahaya untuk kita."

"Mengapa orang sekuat dirimu harus takut pada Dragon raksasa? Kau bisa lari di udara, seranganmu begitu cepat, dan kau juga dapat menghancurkan pertahanan musuh. Apatah yang kau takutkan?"

"Sungguh kita tidak dapat melawan musuh yang dapat terbang. Hempasan angin dari sayap Dragon sangat mengecoh pertahananku. Ditambah lagi, aku takut jika monster-monster telah beradaptasi dan memiliki akal hingga mereka dapat mencari celah system seperti monster badak raksasa yang memilih duduk meregenerasi darahnya daripada menyerang kita padahal dia hampir mati."

"Hah? Maksudmu, kau paham akan semua serangan jenis Dragon?" tanya Alia heran.

"Aku hafal pergerakan setiap monster dan oleh sebab itu aku tidak terlalu takut. Namun, sekarang aku mulai ragu jika monster-monster di dunia ini telah melatih gerakan mereka hingga sulit aku ketahui. Monster Dragon yang terakhir aku kalahkan ukurannya sangat besar. Aku kesulitan membaca pergerakan Dragon itu sebab dia memiliki gerakan yang sangat mulus bahkan sangat padu dengan gerakan lainnya. Jika semua monster dapat memiliki gerakan yang tak terbaca, maka akan sangat menyulitkan lawan."

Mendengar penjelasan Natura, nenek bercucu itu berdiri tanpa sadar dan mendekatkan diri padanya. "Enenga, nenek Alia, mohon duduk kembali," ucap Natura sambil memalingkan wajah.

"Ha ha ha ha. Rupanya kau pernah berhadapan dengan Dragon. Sungguh Nenek takjub mendengarnya."

Enenga mengangguk sambil tersenyum menanggapi ucapan neneknya.

Seorang pria yang tadi berbicara dengan pemilik rumah makan tanpa mereka sadari telah berdiri di dekat mereka. Pria itu berlutut dengan tangan di atas pangkuan dan menundukkan kepala. Dia memohon pertolongan pada rombongan Natura. Tanpa ragu dia menceritakan bahwa pada gunung di selatan desa sekitar dua minggu lalu disinggahi oleh dragon jenis Sunguungu. Dragon legendaris yang dahulu pernah menginvasi benua hunian manusia. Dia tak tahu harus bertindak seperti apa mengingat sang kepala desa justru membawa kabur atau bahkan terbunuh diperjalanan ketika hendak mengantarkan harta supaya para bangsawan memprioritaskan masalah tersebut.

"Maka pertolongan terbaik yang akan aku berikan kepada kalian adalah menyuruh kalian untuk pindah dari desa ini," tanggap Natura.

Pria itu tersentak dan memperlihatkan raut wajah penuh keputusasaan.

"Natura, kau tak seharusnya bicara demikian! Memindahkan penduduk satu desa akan sangat beresiko dalam perjalanan. Aku tidak setuju dengan saranmu kali ini!" tanggap nenek Alia.

Enenga pun menganggukkan kepala, menandakan dia menyepakati ucapan neneknya.

"Kami berdua akan mencoba melihat Dragon itu ... Anda harus memberitahu dimana Dragon itu berada," ucap nenek Alia sambil membantu pria itu berdiri.

"Dragon Sunguungu terakhir kami liat sedang ada di gunung itu," ucap pria itu sambil menunjuk gunung yang ada di selatan desa itu, "Kami menduga bahwa Dragon itu akan bertelur di sana," imbuhnya.

"Nek, Dragon Sunguungu adalah tipe Dragon yang tak mungkin melepaskan targetnya. Sensor lingkungan miliknya sangat kuat dan dia sangat suka mengincar musuh yang paling dekat. Dengan kata lain, jika Dragon Sunguungu tidak mati, maka lawannya yang akan mati," imbau Natura.

"Aku tak peduli ... Enenga ayo kita pergi." Enenga pun mengangguk dan mengikuti neneknya bersama dengan pria itu.

"Dragon Sunguungu dapat mengeluarkan kabut racun yang sangat luas dan pekat. Jika memanfaatkan sayapnya untuk menghempaskan kabut racun, maka lawannya akan tamat. Racunnya sangat berbahaya, dapat mematikan pepohonan. Menghirup racunnya dapat mengurangi dua ribu kapasitas darah seseorang dan akan terus mengurangi hingga sepuluh kali. Itupun jika Dragon Sunguungu yang tidak terlalu besar. Apakah bar darah kalian begitu tebal?"

Ucapan Natura seketika menghentikan langkah Nenek Alia dan dua lainnya. "Jika kau membantu, maka kami akan senang," ucap nenek Alia yang mulai berjalan lagi tanpa ragu.

Natura menghembuskan napas kesalnya. "Ortuna, apakah kau dapat membantuku?" tanya Natura sambil menatap rombongan Enenga yang berlari menjauhinya.

"Hai, hai. Di dunia ini, aku hanya berperan sebagai pengantar pesan. Aku memiliki kesetiaan yang harus aku jaga. Bila kau memiliki saran, mungkin aku dapat membantumu mengubah dunia yang tidak memiliki keseimbangan ini," jawab Ortuna.

"Di dunia ini, tempat ini seperti pulau khusus hidup bagi para manusia dan di luar sana seperti ada pulau lain, tempat hidupnya monster-monster ganas. Apakah pernyataanku benar?"

"Yup, kau benar."

"Bila manusia dapat bertahan hidup di pulau monster, maka dia akan menjadi yang terkuat. Apakah pernyataanku benar?"

"Yup, kau benar lagi."

"Jika di dunia asliku ada game yang seperti ini, sungguh aku tidak akan memainkannya. Dunia ini seperti game yang tidak memiliki konsistensi dalam hal genre ... Ortuna, kau berperan penting dalam pembuatan dunia ini, 'kan? Aku pikir kau hanya pura-pura bodoh untuk menyindir si Super System yang kau anggap sebagai atasan. Aku dapat merasakan kepribadian ganda Si Super System bernama Gnireng itu. Aku pikir Dunia ini tidak terlalu payah jika Super System mendengarkan nasehat Super System lainnya. Aku tahu jika dunia ini tidak terlalu hancur karena adanya dia." ujar Natura.

"Na-Natura, sungguh kau dalam masalah besar. Gnireng tiba-tiba berhenti melakukan pekerjaannya setelah mendengar ucapanmu." ucap Ortuna dengan suara canggung.

Tawa menggelegar terdengar memenuhi langit. Orang-orang terlihat ketakutan mendengar suara itu, tidak terkecuali Enenga dan nenek Alia yang khawatir jika Natura adalah orang yang menjadi lawan bicaranya.

"Kau yang bernama Natura! Apa yang akan kau lakukan seandainya berhasil keluar dari dunia ini?" tanya suara menggelegar itu yang terdengar seperti seorang pria.

"Tentu aku akan melakukan peranku sebagai manusia," jawab Natura dengan santai tanpa terlihat takut sedikitpun.

"Maksudmu, tetap menjadi manusia yang tak berguna dan menyia-nyiakan nyawanya?"

"Jika itu yang kau maksud, maka tindakanku itu adalah bukti bahwa aku tidak rela game kesayanganku kehilangan ideologi dan berubah haluan menjadi penjilat uang. Lihatlah rekam jejakku, apakah sebelumnya aku pernah berlebihan seperti itu? Lalu, berapa banyakkah orang yang memperbincangkan akun game milikku dan menyayangkan kebodohan pengembang game itu? Ayolah bung, aku kini tahu mengapa kau marah jika dianggap sebagai tuhan. Lalu mengapa kau masih berpegang teguh pada sesuatu di dalam hatimu, padahal orang lain akan langsung menganggapmu salah? Dengarkanlah nasehat orang yang mendukungmu. Kau mau menghukumku? Yang benar saja. Kau justru bertingkah layaknya tuhan."

Tawa menggelegar suara pria itu terdengar kembali bahkan sampai membuat tanah bergetar; burung, maupun monster kecil bersayap menjadi terbang karena ketakutan. "Sungguh mengagumkan. Aku dapat membaca pikiranmu dan kau berbicara seperti itu tanpa perlu diberitahu oleh Ortuna. Tunjukanlah jika kau dapat menjadi manusia sejati. Aku akan meringankan perjalananmu bila kau tetap teguh. Untuk hal yang detik ini sedang kau pikirkan, aku akan bekerja sama denganmu suatu saat nanti."

"Jika sudah mengerti, maka pergilah. Di dalam pikiranku, saat ini hanya ada caci dan makian untukmu. Super System lainnya sedang tidak bersamamu, 'kan? Tak ada yang akan menghentikan seandainya kelabilanmu kambuh." ujar Natura sambil berdiri lalu berjalan santai ke arah selatan desa.

"Ha ha ha ha. Baiklah. Aku suka insting-mu. Kau tidak sedikitpun meleset menebak."

Orang-orang di dalam rumah makan itu merasa takjub karena Natura adalah satu-satunya orang yang tidak takut akan suara menggelegar itu. Walau mereka tak tahu bahwa Natura-lah yang berbincang dengan Gnireng.

"Ortuna, apakah kita dapat bekerja sama suatu hari nanti?" tanya Natura sambil tetap berjalan dengan gagah dan tenang.

"Hai, hai. Baiklah. Sebagai bukti terciptanya kerja sama diantara kita berdua, maka berhentilah, lalu balik badan, dan tataplah mata penuh harap dari pemilik rumah makan itu. Ini adalah bentuk bantuan pertamaku yang melampaui batasan dari ketetapan Super System," ujar suara imut Ortuna yang terdengar serius.

Natura lalu menatap mata pemilik rumah makan yang sedang menatap dirinya, "Ortuna, mengapa kau tidak menegurku terlebih dahulu?" tanya lirih Natura yang terlihat kesal sambil berjalan kembali ke arah rumah makan itu.

"Kau sedang tebar pesona di hadapan banyak orang, dan aku cukup menikmati raut wajahmu yang sangat keren itu. Aku tidak mau dimarahi olehmu seperti badak raksasa yang kau bunuh. Hi hi hi hi."

"Aku akan malu jika pergi dari sini meninggalkan HOETANG yang terjadi hanya karena lupa." tegas Natura.

Suara tawa imut Ortuna terdengar berulang kali di kepala Natura.

"Setelah ini, Ortuna harus membantuku menghadapi Dragon Sunguungu."

"Hai, hai. Baiklah wahai Si Buas Kelas Tinggi Alami, Ortuna akan mencoba membantumu. Tapi mungkin aku harus adu mulut terlebih dahulu dengan Gnireng."

bersambung.....

Episodes
1 Terjebak di dunia game (revisi II)
2 Kesialan pertama. (revisi)
3 Beli Lalu Sesalilah! (revisi)
4 System yang Error, Natura yang Dihukum (revisi)
5 Buruk Lalu Tampan Kemudian Sangat Tampan Setelah itu .... Busuk (revisi)
6 Hadiah Sistem yang Sangat Fantastis (revisi)
7 Batu, Keras! (revisi)
8 Gigih!!! (revisi)
9 Kemunculan Pria Angkuh (revisi)
10 Duel Melawan Perampok (revisi)
11 Harus Pergi Lagi (revisi)
12 Luas (revisi)
13 Memperoleh sk¡ll dan ultimate (revisi)
14 Melawan Perampok (revisi)
15 Kekuatan lain Natura (revisi)
16 Kemunculan Badak Raksasa (revisi)
17 Bijaksana. Apanya? (revisi)
18 Hadiah lain (revisi)
19 Gnireng (revisi)
20 Mencari Keberadaan Dragon Sunguungu (revisi)
21 Melihat Kehadiran Petualang Lain (revisi)
22 Jebakan Dragon Sunguungu & Elemen Soul (revisi)
23 Melawan pengguna Elemen Soul & Keanehan Dragon (revisi)
24 Melawan Dragon Sunguungu & Bantuan (revisi)
25 Bantuan Yang Sangat Menakutkan (revisi)
26 Usai menghentikan bencana. (revisi)
27 Mempercepat Perjalanan (revisi)
28 Pinggiran Kota Yasa (revisi)
29 Penukaran Item (revisi)
30 Kejadian Aneh di Kediaman Ahli Buff (revisi)
31 Ritual atau Protes? (revisi)
32 Cerita Legenda & Cerita Raja (revisi)
33 Rencana Petualangan Baru (revisi)
34 Kabur & Mencari (revisi)
35 Peningkatan Status Karakter dengan cara berbeda (revisi)
36 Memasuki Hutan Lergia (revisi)
37 Melawan Dragon Ire dan Monster Macan Hitam (revisi)
38 Melawan Macan Hitam (revisi)
39 Menyebalkan! (revisi)
40 Melawan Dragon Ire (revisi)
41 Kedalaman Hutan Lergia & Bangau Amok (revisi)
42 Armour bersayap (revisi)
43 Pengetahuan Ortuna (revisi)
44 Pengakuan Natura (revisi)
45 Perbedaan Natura sekarang ini (revisi)
46 Menguji Kekuatan Baru (revisi)
47 Melawan Kadal Lat Awa (revisi)
48 Gundah (revisi)
49 Berpisah (revisi)
50 Mencoba mekanisme baru (revisi)
51 Berburu Penghuni Inti Hutan (revisi)
52 Melawan Lima Monster Gindu Raksasa (revisi)
53 Kelemahan Monster Gindu (revisi)
54 Lima Utusan Raja? (revisi)
55 Kemampuan: Tapak Genjah (revisi)
56 Kondisi tubuh Natura (revisi)
57 Laporan Untuk Raja (revisi)
58 Menuju kota Tempu (revisi)
59 Sisi Lain (revisi)
60 Keributan kecil di pagi hari (revisi)
61 Mengunjungi toko armour dan Item (revisi)
62 Berbaur dengan sekitar (revisi)
63 Masalah kecil (revisi)
64 Bagi Natura, pengenalan dunia (revisi)
65 Melawan gadis bangsawan angkuh (revisi)
66 Alasan (revisi)
67 Rumah Mewah di Pusat Kota Tempu (revisi)
68 Persiapan guild dalam mengadakan kompetisi (revisi)
69 Sebelum kompetisi dimulai (revisi)
70 Fighter pedang air vs ninja panah api (revisi)
71 Pedang Besar Racun vs Pedang Panjang Angin (revisi)
72 Kapak Dragon vs Kapak Listrik & Membalas sikap angkuh (revisi)
73 Pedang es vs gada air (revisi)
74 Pengumuman.
75 Tombak listrik vs cambuk tanah & ultimate kedua
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Terjebak di dunia game (revisi II)
2
Kesialan pertama. (revisi)
3
Beli Lalu Sesalilah! (revisi)
4
System yang Error, Natura yang Dihukum (revisi)
5
Buruk Lalu Tampan Kemudian Sangat Tampan Setelah itu .... Busuk (revisi)
6
Hadiah Sistem yang Sangat Fantastis (revisi)
7
Batu, Keras! (revisi)
8
Gigih!!! (revisi)
9
Kemunculan Pria Angkuh (revisi)
10
Duel Melawan Perampok (revisi)
11
Harus Pergi Lagi (revisi)
12
Luas (revisi)
13
Memperoleh sk¡ll dan ultimate (revisi)
14
Melawan Perampok (revisi)
15
Kekuatan lain Natura (revisi)
16
Kemunculan Badak Raksasa (revisi)
17
Bijaksana. Apanya? (revisi)
18
Hadiah lain (revisi)
19
Gnireng (revisi)
20
Mencari Keberadaan Dragon Sunguungu (revisi)
21
Melihat Kehadiran Petualang Lain (revisi)
22
Jebakan Dragon Sunguungu & Elemen Soul (revisi)
23
Melawan pengguna Elemen Soul & Keanehan Dragon (revisi)
24
Melawan Dragon Sunguungu & Bantuan (revisi)
25
Bantuan Yang Sangat Menakutkan (revisi)
26
Usai menghentikan bencana. (revisi)
27
Mempercepat Perjalanan (revisi)
28
Pinggiran Kota Yasa (revisi)
29
Penukaran Item (revisi)
30
Kejadian Aneh di Kediaman Ahli Buff (revisi)
31
Ritual atau Protes? (revisi)
32
Cerita Legenda & Cerita Raja (revisi)
33
Rencana Petualangan Baru (revisi)
34
Kabur & Mencari (revisi)
35
Peningkatan Status Karakter dengan cara berbeda (revisi)
36
Memasuki Hutan Lergia (revisi)
37
Melawan Dragon Ire dan Monster Macan Hitam (revisi)
38
Melawan Macan Hitam (revisi)
39
Menyebalkan! (revisi)
40
Melawan Dragon Ire (revisi)
41
Kedalaman Hutan Lergia & Bangau Amok (revisi)
42
Armour bersayap (revisi)
43
Pengetahuan Ortuna (revisi)
44
Pengakuan Natura (revisi)
45
Perbedaan Natura sekarang ini (revisi)
46
Menguji Kekuatan Baru (revisi)
47
Melawan Kadal Lat Awa (revisi)
48
Gundah (revisi)
49
Berpisah (revisi)
50
Mencoba mekanisme baru (revisi)
51
Berburu Penghuni Inti Hutan (revisi)
52
Melawan Lima Monster Gindu Raksasa (revisi)
53
Kelemahan Monster Gindu (revisi)
54
Lima Utusan Raja? (revisi)
55
Kemampuan: Tapak Genjah (revisi)
56
Kondisi tubuh Natura (revisi)
57
Laporan Untuk Raja (revisi)
58
Menuju kota Tempu (revisi)
59
Sisi Lain (revisi)
60
Keributan kecil di pagi hari (revisi)
61
Mengunjungi toko armour dan Item (revisi)
62
Berbaur dengan sekitar (revisi)
63
Masalah kecil (revisi)
64
Bagi Natura, pengenalan dunia (revisi)
65
Melawan gadis bangsawan angkuh (revisi)
66
Alasan (revisi)
67
Rumah Mewah di Pusat Kota Tempu (revisi)
68
Persiapan guild dalam mengadakan kompetisi (revisi)
69
Sebelum kompetisi dimulai (revisi)
70
Fighter pedang air vs ninja panah api (revisi)
71
Pedang Besar Racun vs Pedang Panjang Angin (revisi)
72
Kapak Dragon vs Kapak Listrik & Membalas sikap angkuh (revisi)
73
Pedang es vs gada air (revisi)
74
Pengumuman.
75
Tombak listrik vs cambuk tanah & ultimate kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!