"Abang mau kemana?" Tanya Susi.
"Mau ngopi sebentar di lapaknya pak Samad." Jawab Hendro yang sudah lama sekali rasanya ia tidak nongkrong bersama teman-temannya.
"Abang gak boleh pergi....!" Seru Susi.
"Kenapa?"
"Masa aku di tinggal sendirian di rumah. Gak mau lah....!!"
"Cuma sebentar, setengah jam doang!"
"Gak boleh...!"
"Susi, sudah lama abang gak nongkrong sama teman-teman abang. Wajar dong jika abang pergi sebentar."
"Berani keluar, abang tidur di luar dan abang gak akan dapat jatah selama tiga hari," ancam Susi membuat Hendro bingung.
"Ayo lah Susi sayang, jangan seperti itu. Gimana kalau sebelum pergi abang puasin kamu dulu deh sekali....!" Bujuk Hendro karena biasanya Susi akan luluh.
"Em....tapi, cuma setengah jam. Setelah abang pulang kita main lagi."
"Serius boleh?"
"Iya....!"
Susi mulai melepas pakaiannya, laki-laki mana pun akan tergoda dengan kemolekan tubuh Susi. Baru saja melihat tubuh polos istrinya, pedang Hendro sudah bangun.
"Abang itu gak bisa jauh dari Susi. Buktinya, baru saja melihat tubuh Susi aja itu pedang udah bangun."
"Iya, kamu benar....!" Ujar Hendro.
"Makan Susi bang....!"
Hendro mulai menggerayangi tubuh istri, menggelitik di sawah sang istri bahkan mengecupnya dengan manja hingga membuat Susi melenguh basah.
Belum puas mengecup di ladang sang istri, Hendro mengecup pepaya gantung istrinya hingga membuat Susi kembali mengeluarkan suara lenguhan.
"Cepat masukan bang, Susi udah gak tahan...!"
Tidak mau membuang waktu, Hendro langsung menancapkan pedang tumpulnya ke dalam lubang istrinya.
Bukan Hendro yang melenguh, tapi Susi lah. Wanita ini sungguh menikmati permainan suaminya.
"Abang,.....!!" Lirih Susi yang menuntun kepala suaminya untuk mencium pepaya mini istrinya.
Aaaaaaaarh.........
Susi mengerang, menggelinjang menikmati puncaknya. Tubuhnya kaku, ekspresi wajahnya membuat Hendro semakin liar.
"Abang gak jadi deh ngopi, mending main bareng kamu aja." Ucap Hendro membuat Susi tersenyum lebar.
"Sekarang gantian Susi di atas....!"
Ini lah yang paling di suka oleh Hendro, pria ini sangat suka di goyang oleh istrinya dari atas.
"Remas aku bang,...!" Ucap Susi dengan suara manjanya.
Susi mulai menggoyangkan pinggulnya, ekspresi dirinya dan Hendro benar-benar menikmati. Tanpa sepengetahuan Hendro, hampir setiap malam Susi selalu membubuhi kopi dengan ramuan obat yang jika sekali main akan terus berhasrat.
Aaaaarh.......
"Susi sayang,....terus....ya seperti itu goyang lagi. Lebih cepat,....terus sayang....!"
Birahi Hendro semakin memuncak, semakin di goyang semakin pedang Hendro merasa di jepit. Pria ini menegang, menyemburkan cairan kental di dalam rahim istrinya yang sejak tadi masih sibuk menggoyang.
"Oh Susi sayang. Abang sangat heran, meskipun sudah keluar tapi kenapa burung abang masih bangun juga ya?"
Dengan bodohnya Hendro mengeluarkan pertanyaan seperti itu.
"Itu artinya ulat abang gak mau lepas dari jepitan Susi." Jawab Susi langsung di benarkan Hendro.
"Ayo sini,....!" Ujar Hendro yang menuntun Susi ke pinggir ranjang.
Susi telentang di pinggir ranjang lalu dengan cepat Hendro memasukan ulatnya kembali.
Seperti biasa, mereka akan bermain paling lama sampai jam dua malam dan itu hampir setiap malam. Bahkan jika ada kesempatan, di siang hari pun Susi akan meminta pada suaminya.
Malam telah berganti pagi, Susi yang sejak menikah menjadi pemalas dan hanya mengandalkan suaminya untuk membuka toko sembako mereka.
Jangankan secangkir kopi pun sarapan saja tidak pernah tersedia setiap pagi. Susi akan membuatkan secangkir kopi hanya malam saja.
"Susi, bangun dong. Barang di toko banyak yang kosong dan kita harus pergi belanja."
"Nanti ajalah bang. Susi masih ngantuk."
"Itu banyak pesanan di toko. Jangan sampai pelanggan pindah ke toko bu Wardah. Bisa bangkrut kita....!"
Mendengar hal tersebut mau tidak mau Susi bangun.
"Udah mandi belum bang?" Tanya Susi.
"Belum,....!"
"Mandi berdua yuk bang." Ajak Susi.
"Abang udah terlanjur buka toko. Kalau ada yang beli gimana?"
"Ah abang,....! Ya udah, buat tanda di sini dong bang...!" Pinta Susi yang menunjukan atas dadanya.
Sekali aja ya, yang kemarin juga belum hilang.
"Iya deh, ini tuh bukti kalau abang Hendro benar cinta sama aku."
"Iya, iya. Abang ngerti....!"
Hendro mulai mencium di atas dada istrinya, menghisapnya dalam untuk memberi tanda merah di sana.
Susi sangat puas, wanita ini barulah pergi mandi. Sejak menikah dengan Susi, hidup Hendro jauh lebih gampang. Tinggal di rumah bagus, tiap hari megang uang bahkan kalau kemana-mana naik mobil.
Sementara itu, pagi ini Bagas kekeh mengajak Yasmin pergi jalan-jalan lagi. Bagas tidak pernah seperti ini sebelumnya bu Mita merasa senang melihat anaknya yang bahagia.
"Sejak ada Yasmin, hidup Bagas bersemangat kembali ya bi Warti." Ucap bu Mita.
"Iya bu, gak seperti dulu lagi."
"Sepertinya mas Bagas suka sama mbak Yasmin." Ucap pak Don.
"Ya gak apa-apa. Lagian Yasmin anak yang baik."
Sebelumnya, saat Yasmin belum masuk ke rumah ini, bu Mita setiap hari hanya mengobrol dengan bi Warti dan pak Don. Pasangan suami istri ini sudah di anggap sebagai saudara oleh bu Mita.
Bagas, pria ini hanya sibuk memutari jalanan. Yasmin bingung apa yang di lakukan oleh Bagas.
"Mas, kita sudah tiga kali lewat jalan ini. Memangnya kita mau kemana?" Tanya Yasmin.
"Mas gak tahu juga!"
"Gimana sih mas? Kalau gak ada tujuan lebih baik kita pulang!"
"Jangan dong....! Gimana kalau kita beli camilan atau apa kek terus kita pergi ke kantor mas. Kita duduk-duduk di atap gedung."
"Kalau di marahin sama bos gimana?"
Bagas tertawa mendengar pertanyaan Yasmin. "Bosnya mas sendiri, kamu gak usah takut."
"Oh, masa sih?" Tanya Yasmin tidak percaya.
"Iya, serius!"
Yasmin hanya mengiyakan, mereka kemudian mampir di minimarket untuk membeli camilan dan minuman dingin setelah itu Bagas mengajak Yasmin pergi ke kantornya.
"Waaah,....mas. Bagus banget pemandangannya. Kota terlihat jelas dari atas sini." Ucap Yasmin yang begitu senang saat mereka sudah sampai di atas.
"Duduk sini loh, teduh....!" Ujar Bagas.
"Ya ampun mas, ini pasti kalau malam lihat pemandangan lampu kota dan bintang-bintang pasti bagus."
"Kamu mau?" Tanya Bagas.
"Mau dong mas, jarang-jarang loh bisa lihat pemandangan bagus seperti itu."
"Iya, nanti mas ajak deh. Yasmin, boleh mas tanya sesuatu?"
"Boleh mas!"
"Umur kamu masih dua puluh dua tahun. Kenapa kamu menikah muda?" Tanya Bagas penasaran.
"Gabut aja mas, karena aku sebatang kara. Di kampung itu, ayah dan ibu pendatang. Kami tidak punya saudara, setelah mereka meninggal aku sendirian. Maksudku kalau menikah, aku ada teman hidup eh gak tahunya teman hidup ku seperti kucing yang suka kawin sana sini."
Bagas bingung mau tertawa atau bersedih mendengar cerita Yasmin. Jadi, dari pada bersedih Bagas lebih memilih tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Aidah Djafar
kucing garong 🤣🤣🤣
2022-12-31
1
Felisha Almaira
nah lo..tar ada efek samping nya tau rasa Lo.. Susi hiper sex ..pengen nya dgenjot trus gk ada capek nya....
2022-11-25
1
Noor Sukabumi
moga2 tuh belut cepet loyo ya hendro biar susi ninggalin loe
2022-08-22
0