Yasmin mengusap air matanya kasar, wanita ini pada akhirnya memutuskan untuk pergi dari rumahnya. Hanya membawa beberapa pakaian dan sisa uang belanjanya Yasmin pergi.
Sedangkan Hendro malah asyik berduaan dengan Susi. Bahkan kedua manusia yang tidak memiliki hati ini sedang menggoyang ranjang mereka kembali.
"Akhirnya hanya aku seorang istri abang. Aku bahagia banget," ucap Susi.
"Abang juga, lagian abang udah gak sanggup hidup susah sama Yasmin."
"Setelah abang resmi bercerai dari Yasmin, cepat nikahi aku secara resmi ya, bang." Pinta Susi.
"Iya, sayang abang!"
Susi memeluk Hendro, perempuan ini begitu pandai membangkitkan hasrat Hendro. Di atas penderitaan Yasmin, Hendro dan Susi malah tertawa bahkan menikmati malam dengan kepuasan.
Malam telah berganti pagi, Yasmin turun dari bus yang membawanya pergi semalam. Uang habis dan perut Yasmin lapar. Tubuhnya lemas, perutnya perih serasa di tusuk-tusuk.
Huft,....
Yasmin menghembuskan nafas pelan, ia duduk di pinggir trotoar. Yasmin bingung mau pergi ke mana, ia sudah tidak ingin pulang ke rumahnya yang penuh dengan kenangan menyakitkan.
Yasmin memegang perutnya yang terasa mual, wajahnya pucat menahan rasa sakit dan lapar.
"Oh Tuhan,....!" Lirih Yasmin.
Yasmin memandang jari manisnya, ada cincin nikah yang di berikan Hendro padanya saat menikah dulu.
Hati Yasmin bagai di remas, tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipi. Yasmin melepas cincin pernikahannya lalu hendak membuangnya.
"Lebih baik aku menjual cincin ini untuk menyambung hidup," ucap Yasmin yang tidak jadi membuang cincin tersebut.
"Oh, kalung. Kalung ini juga hadiah pernikahan dari bajingan itu. Dari pada aku buang lebih baik aku jual untuk kebutuhanku sekarang."
Dengan sisa tenaga Yasmin kembali melangkah mencari toko emas yang terdekat di sana. Tapi sayang, pandangan Yasmin tampak kabur, sinar matahari cukup terik hingga membuat Yasmin jatuh tak sadarkan diri.
"Pak Don,...berhenti pak!" Pinta bu Mita.
"Ada apa bu?" Tanya pak Don sembari menghentikan laju mobilnya.
"Saya melihat ada orang pingsan tadi. Mundur, cepat mundur!" Titah bu Mita pada sang supir.
Bergegas pak Don memundurkan mobilnya.
"Ah, iyakan. Orang pingsan Don. Ayo bantuin!"
"Aduh, jangan deh bu. Kalau orang jahat bagaimana?"
"Itu perempuan Don, ayo cepat!"
Tak menunggu lama bu Mita keluar lalu menghampiri Yasmin yang pingsan.
"Ya ampun Don, cepat bawa ke mobil. Wajahnya pucat banget!" Titah bu Mita.
"Baik bu."
Pak Don bergegas mengangkat tubuh Yasmin, memasukannya ke dalam mobil.
"Bawa pulang ke rumah atau ke rumah sakit bu?" Tanya Pak Don.
"Rumah sakit aja pak Don. Wajahnya pucat banget loh!"
Pak Dong langsung melajukan kembali mobilnya. Tak berapa lama mereka menemukan rumah sakit terdekat. Pak Don langsung mengangkat tubuh Yasmin.
"Sus,...tolong sus!" Teriak bu Mita yang khawatir.
Yasmin segara di bawa masuk ke dalam ruangan UGD. Bu Mita dengan sabar menunggu di luar.
"Bu, sebaiknya kita pulang aja. Lagian kita tidak kenal sama orang itu." Ajak pak Don.
"Kamu itu loh pak Don, sesama manusia harus saling membantu. Coba, mana tasnya. Saya mau mencari identitas perempuan ini."
Pak Don kembali keluar untuk mengambil tas milik Yasmin. Bu Mita buru-buru membuka tas tersebut. Ia mendapati dompet kosong yang hanya terisi kartu tanda penduduk saja.
"Oh, namanya Yasmin Maheera. Cantik ya namanya," ujar bu Mita memberitahu pak Don.
"Dimana alamatnya bu?" Tanya pak Don penasaran.
"Nah, lihat sendiri." Kata bu Mita.
Pak Don manggut-manggut saat melihat kartu tanda penduduk milik Yasmin.
"Wah, sudah menikah bu. Kok pergi sendirian ya, di mana suaminya?"
"Ah, masa udah nikah pak Don?" Tanya bu Mita tidak percaya.
"Ini bu, statusnya sudah menikah."
Tak berapa lama Dokter keluar.
"Keluarga pasien!"
Bu Mita dan pak Don langsung berdiri.
"Emm,...Dok. Saya tidak tahu di mana keluarganya. Saya menemukan dia pingsan di jalan."
"Aduh,....!" Dokter bingung.
"Alamatnya juga jauh Dok, ini mah kartu tanda penduduk dari kota sebelah."
"Saya akan bertanggung jawab Dok," ucap bu Mita.
"Oh, kalau begitu ibu bisa ikut saya. Kita bicara di ruangan saja."
Bu Mita mengikuti Dokter pergi ke ruangannya.
"Bagaimana keadaan perempuan itu Dok?" Tanya bu Mita yang entah kenapa merasa prihatin dan khawatir.
"Bu, pasien ini mengidap kista. Harus segera di lakukan penanganan karena Kistanya sudah membesar."
"Aduh,....!" Bu Mita bingung.
"Ada baiknya ibu mencari keluarga pasien, kasihan dia jika tidak ada tindak lanjut."
"Ya udahlah Dok. Angkat aja kistanya, masalah biaya nanti saya yang akan bertanggung jawab."
"Ibu serius?" Tanya Dokter tidak percaya.
"Saya serius,Dok."
"Kalau begitu ibu harus segera menyelesaikan biaya administrasi."
"Baiklah," jawab bu Mita.
Bu Mita keluar dari ruangan Dokter lalu pergi ke ruang rawat karena Yasmin sudah di pindahkan ke sana.
"Aduh, wajahnya pucat sekali. Matanya juga sembab, masalah apa yang sedang kau tanggung di pundak mu wahai istri orang?"
Bu Mita memandang sedih pada Yasmin.
Klek,.....
Seseorang masuk ke dalam ruangan.
"Mah,.....!"
Ternyata Bagas, anak bu Mita.
"Mamah ngapain coba bantuin orang yang gak di kenal?"
"Pasti pak Don si mulut gayung itu kan laporan sama kamu?"
"Mah, udah deh. Ayo pulang!" Ajak Bagas.
Belum sempat bu Minta menjawab, Yasmin membuka matanya.
pandangan sedikit kabur, kepala juga pusing.
"Oh, hai...kau sudah sadar cantik?" Ujar bu Mita.
"Maaf, anda siapa?" Tanya Yasmin. "Dan aku di mana?"
"Kau di rumah sakit, saya menemukan mu pingsan di jalan."
"Kau harus keluar dari rumah sakit. Aku tidak punya uang untuk membayarnya," ucap Yasmin mulai panik.
"Tenanglah, hai...tenanglah cantik. Kau tidak usah memikirkan biaya rumah sakit ini."
"Kenapa ibu menolongku? Kenapa ibu tidak membiarkan aku mati saja?"
Yasmin mulai menangis.
"Mah, udah ayo pulang!" Ajak Bagas.
"Diam kamu!"
Bu Mita mencubit lengan anaknya.
"Sepertinya beban hidupmu berat sekali. Kau boleh bercerita padaku." Ujar bu Mita.
"Suamiku mengkhianatiku, dia tega memadu ku dengan tetanggaku sendiri. Mereka menikah diam-diam. Apa salahku?"
Yasmin menumpahkan isi hatinya. Dadanya terasa sesak.
"Aku sakit, tapi suami ku tega menyakiti ku. Mereka tega menyakiti ku," ucap Yasmin dengan isak tangisnya.
Bu Mita yang mendengar cerita Yasmin merasa iba dan sakit hati. Sedangkan Bagas hanya diam saja tak menanggapi.
"Tenanglah Yasmi,...!" Ucap bu Mita.
"Ibu tahu dari mana namaku?" Tanya Yasmin.
"Dari kartu identitas mu," jawab bu Mita. "Besok pagi kau akan di operasi, penyakit mu harus di angkat." Ujar bu Mita memberitahu.
"Bu,....!"
"Jangan memikirkan soal biaya. Saya sudah melunasi semuanya. Kita bicara setelah kau sehat!"
Bagas hanya bisa bergeleng kepala, mamahnya ini memang orang paling baik sejagat raya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Aidah Djafar
jarang banget ada orang kek Bu Mita lho ...❤️
like Bu Mita 👍
moga lancar operasi Yasmin...
2022-12-30
1
Felisha Almaira
seribu satu orang kaya Bu mita👍
2022-11-25
1
Felisha Almaira
ambil suami pemalas Kya gitu...Yasmin juga gk butuh sampah...
2022-11-25
0