"Sekian bulan nikah sama kamu, abang gak pernah makan masakan kamu. Cobalah sesekali kamu masak, biar irit kita." Ucap Hendro pada istrinya.
"Aku bukan pembantu mu, bang. Kalau lapar beli sana, gitu aja kok repot!" Sahut Susi.
"Ya gak gitu juga maksudnya, abang juga ingin makan masakan istri."
"Tugas abang itu di atas ranjang puasin aku. Bukan protes masalah makan. Emangnya kurang duit yang aku beri?"
"Jangan marah dong sayang, abangkan cuma ingin makan masakan kamu aja."
"Halah, duit yang ku beri juga banyak. Beli makan di warung bu Mar kan bisa!"
"Udah, jangan ngomel. Abang cuma bercanda kok," ucap Hendro yang takut pada istrinya.
Jika dulu Hendro selalu ringan mulut membentak Yasmin, tapi sekarang malah ia yang takut jika di bentak oleh Susi.
"Satu lagi bang, bilangin sama ibu kamu tuh. Kalau ambil barang seperti minyak goreng, mie instan, gula dan teh itu bayar. Enak aja main ambil gak bayar."
"Duh, jangan perhitungan gitu lah sama ibu. Ibu aku ibu kamu juga," ucap Hendro yang membela ibunya.
"Bukan masalah ibu ku ibu mu. Ini toko juga butuh modal, kalau ibu kamu tiap hari ngambil gak bayar, rugi lah aku. Emangnya ini toko sembako punya bapak mu?"
Susi kesal.
"Iya,...iya....nanti abang bilangin sama ibu."
"Lagian, ibu kamu itu keenakan. Tiap minggu minta antar ke pasar induk pake mobil aku, warisan bapak mu tuh di jual buat beli mobil."
"Jangan gitu dong Susi bicaranya. Ibu juga perginya ada keperluan."
"Ingat ya bang, kalau kamu berani macam-macam awas aja. Kamu nikah sama aku gak bawa apa-apa selain burung kamu itu."
"Mana mungkin abang berani macam-macam. Gak ada perempuan yang sehebat kamu apa lagi masalah ranjang."
"Udah ah, aku mau pergi dulu ke bank. Jangan kemana-mana, toko di jaga!"
Susi bergegas pergi, semakin kesini Hendro mulai melihat sifat asli dari wanita ini. Tidak hanya kasar, bicaranya Susi pun kasar bahkan sekarang Susi mulai perhitungan pada Hendro.
"Jahat banget mulut istri mu. Sakit hati ibu dengarnya," ucap bu Surti yang tiba-tiba muncul.
"Bu, sejak kapan ibu di situ?" Tanya Hendro panik.
"Sejak Susi mengomel. Nih, ibu bayar semua."
Bu Surti mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu.
"Ibu pasti bayar, kamu tahu sendiri ibu harus menunggu duit pensiunan bapak mu itu."
"Udahlah bu, gak usah di dengerin. Susi emang seperti itu orangnya."
"Masih mending Yasmin, dia selalu menghargai ibu, menghormati layaknya orang tua dia sendiri."
"Gak usah sebut nama Yasmin. Dia itu masa lalu aku bu," ucap Hendro yang malas.
"Apa kabarnya si Yasmin. Sudah nikah lagi apa belum. Ibu jadi rindu sama dia."
Bu Surti langsung pulang setelah mengungkap kerinduannya pada Yasmin.
Yang di rindukan saat ini tengah bahagia bersama suami barunya. Bagas mengajak Yasmin pergi ke pantai.
"Aku gak pernah pergi ke pantai loh mas," ucap Yasmin memberitahu.
"Masa sih?"
"Iya. Jangankan ngajak ke pantai, ngajak jalan-jalan mutar kampung aja bang Hendro mana mau."
"Ya udah, sama mas mau pergi ke mana aja ayok. Keliling dunia juga ayok, mas turutin."
"Serius mas?" Tanya Yasmin tidak percaya.
"Kamu mau liburan ke luar negeri?" Bagas menawarkan.
"Eh,...serius?"
"Iya, mas serius. Biasanya mas pergi ke Australia paling dekat singapore buat urusan pekerjaan. Kalau jalan-jalan terakhir ke paris sama mamah."
"Masa sih mas?"
Yasmin benar-benar tidak percaya jika suaminya ini pernah pergi ke luar negeri.
"Gak deh mas, aku mau fokus punya anak dulu. Aku udah lama pengen punya anak, sampai sekarang belum di kasih." Ucap Yasmin tiba-tiba sedih.
"Iya, mas juga mau punya anak apa lagi umur mas udah kepala tiga. Semoga kita cepat di beri anak ya."
"Hidup ku itu kesepian, apa-apa serba sendiri. Orang tua sakit sampai meninggal juga di urus sendiri, susah deh kalau jadi anak tunggal mah."
"Iya, mas juga merasakan saat papah sakit dulu. Kita buat anak yang banyak ya," ucap Bagas lembut seraya memainkan rambut istrinya.
Yasmin yang duduk di depan suaminya sambil bersandar di dada bidang Bagas merasa damai dan penuh kehangatan.
Apa pun tentang Hendro, cinta, kasih sayang dan kelembutan di dapat Yasmin dari Bagas, suaminya sekarang.
"Sayang. Setelah kita pulang bulan madu, coba kamu beli pakaian yang bagus dan mahal, beli perhiasan, sepatu mahal dan tas. Itu, nanti juga beli mobil baru."
"Buat apa mas?" Tanya Yasmin dengan polosnya.
"Ya buat manasin tetangga kamu termasuk mantan suami dan pelakor itu. Mas gak terima loh kamu di hina sama mereka. Buktikan jika kamu bisa berdiri jauh sangat jauh di depan mereka."
"Malahan aku ada rencana mau jual rumahku. Malas juga kalau tetanggaan sama Susi."
"Eh, jangan di jual."
"Kenapa mas?" Tanya Yasmin heran.
"Udah, pokoknya jangan di jual. Mas ada ide.....!!"
Bagas kemudian memberitahu idenya pada Yasmin. Meskipun awalnya Yasmin menolak, pada akhirnya ia terima juga.
Kembali pada Susi yang baru saja pulang dari bank. Hendro langsung menyerahkan uang bayar hutang milik ibunya tadi.
"Baguslah kalau ibu mu sadar diri. Kalau hutang itu harus di bayar. Dia memang mertuaku, tapi duit ini tidak memiliki menantu apa lagi mertua." Ucap Susi begitu kasarnya.
"Kalau udah di bayar ya udahlah. Gak usah di bahas, kasihan ibu."
"Abang,....Aku gerah nih....!" Ucap Susi dengan manjanya.
"Ya udah, mandi gih....!"
"Tutup toko sebentar yuk bang," ujar Susi membuat Hendro paham apa yang di minta oleh istrinya ini.
Huft,......
Hendro hanya bisa menarik nafas pelan. Jika ia menolak maka habislah kupingnya hari ini.
"Ayok, abang juga gerah. Pengen mandi,....!!"
Dan benar apa yang ada di pikiran Hendro, sambil mandi sambil menyelam. Susi menghidupkan burung suaminya yang mengkerut kedinginan hingga menjadi tegak panjang berdiri.
Kalau sudah begini mau tidak mau Hendro harus menggoyang kamar mandi di siang bolong.
Yang membuat Hendro senang saat bermain ketika Susi yang ambil peran, Hendro hanya bisa menikmati dengan suara desah*n yang menggema di dalam kamar mandi.
Susi menuntun suaminya untuk bersandar di dinding kamar mandi. Wanita gila ini yang menggoyang suaminya sambil berdiri. Sebagai seorang laki-laki, tentu saja Hendro tinggal menikmati sampai puncaknya.
"Gimana bang, puas?" Tanya Susi.
"Kalau Susi yang ngebor, abang pasti puas." Jawab Hendro meskipun kakinya keram ia tak berani bilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
inayah machmud
hahaha, ,, si hendo cuma jd pelampiasan nafsu nya susi. ..😂😂😂😂
2023-06-10
1
Dahlia Anwar
apa kah ini yang di namakan Jabali lanang
2022-10-07
1
Noor Sukabumi
kasian kau hendro di bkn pelampiasan nafsunya c susi doang
2022-08-22
0