Chapter 04

"Bang, gak di marahin sama Susi kalau minjam mobilnya?" Tanya Yasmin.

"Gak, aku sudah izin sama dia." Jawab Hendro.

"Syukurlah kalau begitu."

"Enak ya kalau jadi orang banyak duit. Bisa punya rumah bagus, punya mobil kalau mau beli apa aja keturutan." Ucap Hendro.

"Makanya, abang kerjanya yang semangat lagi dong. Biar kita bisa kaya juga," sahut Yasmin.

"Ah, kamu itu tahunya nyuruh doang. kamu pikir kerja itu gampang? Capek, nih tulang sakit!" Ujar Hendro seraya menunjuk kaki dan tangannya.

"Ya mau bagaimana lagi? Abang seorang kepala keluarga, itu sudah kewajiban abang."

"Ah, ngomong sama kamu lama-lama jadi malas!" Sahut Hendro kesal.

Yasmin terdiam, wanita ini merasa jika sang suami sudah berubah sangat jauh.

Setibanya di rumah sakit, Yasmin dan Hendro mendaftar terlebih dahulu. Mereka menunggu antrian, sebenarnya Hendro sangat malas mengantar Yasmin, dalam hati dan pikirannya hanya ada bayangan Susi sang istri siri.

Setelah menunggu hampir satu jam akhirnya nama Yasmin di panggil juga. Yasmin dan Hendro langsung masuk.

Setelah memberitahukan keluhannya, Dokter mulai mengecek keadaan Yasmin secara menyeluruh.

Setelah beberapa waktu menunggu, akhirnya hasil yang di tunggu keluar juga.

"Bagaimana Dok, apa saya benar hamil?" Tanya Yasmin penuh harap.

"Mohon maaf bu, sebenarnya ibu Yasmin tidak hamil. Di dalam rahim bu Yasmin terdapat kista." Jawab Dokter benar-benar membuat hati Yasmin hancur.

Air matanya meleleh begitu saja. Hendro yang mendengar hal tersebut hanya diam saja tak menanggapi.

"Kista-nya sudah membesar, harus segera di angkat."

"Di angkat maksudnya bagaimana, Dok?" Tanya Yasmin tidak mengerti.

"Di operasi," jawab Dokter singkat.

Yasmin semakin terisak, tapi tetap saja Hendro hanya diam saja tak peduli.

Selesai, Hendro langsung mengajak Yasmin pulang. Sepanjang perjalanan Yasmin terus menangis hingga membuat Hendro merasa kesal.

"Kamu itu ya, bisa gak jangan nangis terus?" Ketus Hendro.

"Bang, aku lagi sakit seperti ini. Aku sedih, kenapa abang seperti ini? Kenapa abang tidak peduli pada ku?" Tanya Yasmin semakin terisak.

"Gak usah lebay kamu, Yas. Apa-apa pakai air mata, kapan kamu dewasanya?"

"Kamu, bang. Kamu bukannya menenangkan aku malah seperti ini. Sakit hati ku, bang." Ucap Yasmin.

"Terserah kamulah, Yas!"

Tak berapa lama mereka tiba di rumah. Yasmin langsung keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah. Yasmin kembali menumpahkan air matanya, sedangkan Hendro sedang mengembalikan mobil.

"Bang, gimana hasilnya?" Tanya Susi yang sudah penasaran sejak pagi.

"Yasmin gak hamil," jawab Hendro. "Tapi dia mengidap kista yang harus segera di operasi. Gak tahu deh, duit dari mana."

"Bang, ini tuh kesempatan yang bagus bagi abang untuk menceraikan Yasmin secepatnya."

"Kamu benar juga. Kalau begini kan abang ada alasan untuk menceraikan dia."

"Abang,....!" Susi bergelayut manja di leher Susi. "Duh, jadi pengen. Main yuk bang!" Ajak Susi padahal saat itu ia sedang menjaga tokonya.

"Masih siang, kalau ada yang belanja gimana?"

"Tutup dulu bentar, kita main di sini aja!" Ujar Susi menunjuk tempat tidur kecil yang berada di tokonya.

Bergegas Hendro dan Susi menutup toko sebentar lalu mereka sama-sama menuntaskan nafsu birahi mereka.

Hendro seolah lupa pada Yasmin yang saat ini sedang menangisi keadaannya.

Di dalam toko, Hendro dan Susi saling menggenjot. Deshaan demi desahaan keluar dari mulut mereka.

Ah,....ih,....uh,......

Mau bagaimana pun gaya permainan Susi, tetap akan membuat Hendro merasa puas dan ketagihan. Setelah mereka sama-sama melakukan *******, Hendro bergegas memakai kembali pakaiannya kemudian pulang.

"Abang dari mana?" Tanya Yasmin dengan suara serak dan mata sembab.

"Balikin mobil lah, kemana lagi?" Ketus Hendro.

"Kok lama?" Protes Yasmin.

"Kamu tuh kenapa sih Yas?" Tanya Hendro. "Kamu itu jadi perempuan banyak tanya, banyak nuntut. Lama-lama aku bosan sama kamu!" Ucap Hendro sungguh melukai hati Yasmin. "Aku mau kerja!"

"Aku sedang sakit bang, setidaknya beri aku perhatian sedikit."

"Kerja salah, gak kerja juga salah. Mau kamu itu apa sih Yas?"

"Abang kan bisa libur hari ini. Ngomong sama Susi bisakan? Dia juga akan mengerti keadaan ku."

"Kamu itu egois Yas, maunya di mengerti terus. Udah ngasih apa kamu sama aku?"

"Kenapa apa bertanya seperti itu?"

Air mata Yasmin kembali jatuh.

"Selama ini aku tidak pernah menuntut abang. Abang kasih uang untuk belanja sehari-hari aja aku udah bersyukur banget. Aku gak pernah minta ini itu."

"Halah, ini apa?"

Hendro melemparkan baju baru yang masih terbungkus plastik.

"Beberapa hari yang lalu kamu minta duit buat beli baju ini. Kamu pikir aku dapat duit dari mana kalau gak kerja?"

"Kok abang sekarang jadi kasar sama aku, kenapa?"

"Ah, udahlah. Berisik!" Sahut Hendro yang memutuskan untuk pergi.

Benar-benar makan hati Yasmin, ia hanya seorang yatim piatu yang tak punya tempat mengadu selain suaminya. Kedua orang tuanya pendatang di kampung ini, ia sama sekali tidak memiliki saudara.

Hendro pulang ke rumah orang tuanya. Ibu Surti yang penasaran akan kabar menantunya itu langsung bertanya pada Hendro.

"Gimana hasil pemeriksaan Yasmin, apa dia hamil?" Tanya bu Surti penuh harap.

"Boro-boro hamil, malah penyakitan ia." Jawab Hendro malas.

"Maksudnya gimana sih?" Tanya bu Surti bingung.

"Yasmin mengidap Kista. Harus di operasi segera. Ibu tahu sendiri kita gak punya duit."

"Ya ampun, malang betul nasib menantu ku itu." Ucap bu Surti. "Dro, kita jual tanah di belakang aja buat biaya operasi istri mu."

"Ah, ngapain di jual. Itu peninggalan bapak. Enak aja main jual!"

"Tapi Hend, kesehatan Yasmin jauh lebih penting."

"Gak ada,...gak ada. Aku juga akan menceraikan Yasmin," ucap Hendro membuat ibunya kaget.

"Apa maksud mu Hendro?"

"Aku akan menceraikan Yasmin bu. Dua tahun nikah sama dia gak punya anak, eh sekarang penyakitan. Tiap hari kerjanya cuma marah-marah gak jelas, nuntut ini itu membuat ku pusing. Kerja salah gak kerja lebih salah, serba salah aku sama Yasmin."

"Hendro, jangan begitu. Jangan ceraikan Yasmin, kasihan dia."

"Ibu itu tahu apa soal rumah tangga ku? Ibu mau lihat Hendro bahagia gak?" Tanya Hendro pada ibunya.

"Namanya orang tua, pasti inginlah melihat anaknya bahagia." Jawab bu Surti.

"Maka dari itu, biarkan aku menceraikan Yasmin."

Bu Surti hanya diam, wanita paruh baya ini tidak bisa mencegah keputusan anak kesayangannya ini. Di banding Yasmin, tentu saja bu Surti lebih memilih kebahagiaan anaknya.

Hendro tertawa di dalam hati melihat ibunya yang penurut. Rencananya menceraikan Yasmin sudah mendapatkan restu dari sang ibu.

Terpopuler

Comments

Syarifa Jihan Amira

Syarifa Jihan Amira

gila lu ndro

2023-03-08

1

Aidah Djafar

Aidah Djafar

kualat luh Hendro🤔

2022-12-30

1

Felisha Almaira

Felisha Almaira

cepet sana ceraikan Yasmin....lagian Mana ada perempuan tahan klo punya suami yg malas....bntar lagi Susi bakal cari mangsa klo dah bosen ma kamu..tgu aja...

2022-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!