Bagas tersenyum saat melihat Yasmin yang begitu antusias memperhatikan segala yang ia lewati di jalan.
Tidak banyak bicara dan tanya, Yasmin benar-benar menikmati perjalanan ke kota B untuk berbulan madu.
"Kamu sepertinya seneng banget di ajak jalan-jalan," ucap Bagas.
"Baru sekarang loh mas ada yang ngajak aku pergi jalan-jalan," ujar Yasmin berterus terang.
"Ah, masa?"
"Serius mas, biasa aku itu cuma makan tidur aja di rumah."
"Nanti sama mas juga makan tidur. Apa bedanya?"
"Bedanya kamu memberi aku nafkah tanpa harus ku minta." Jawab Yasmin. "Mahar dari kamu aja bisa buat biaya hidup seumur hidup ku."
"Lima miliar, lima ratus juta, tanggal pernikahan kita. Kamu harus ingat itu," ujar Bagas.
"Paling banyak aku pegang uang cuma seratus lima puluh ribu," ucap Yasmin membuat Bagas menggelengkan kepala.
"Boleh gak sih kalau mas sombong?"
"Jangan mas, nanti aku kejang-kejang dengarnya!" Ujar Yasmin membuat Bagas tertawa.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, menembus jalanan yang cukup lengang dan akhirnya Bagas dan Yasmin sampai di tujuan.
Sebuah villa yang berada di atas bukit dengan pemandangan yang menghadap langsung ke arah pantai. Sungguh indah, Yasmin tersenyum bahagia saat ia bisa pergi ke tempat seperti ini.
"Mas, kalau mau ke pantai jauh gak?" Tanya Yasmin.
"Setengah jam sepertinya. Kelihatannya aja dekat, lumayan itu jauhnya."
"Mas, nanti kita ke sana ya!" Ajak Yasmin.
"Iya sayang. Mandi gih, sudah sore."
Bagas menunjukkan kamar mandi pada istrinya, dengan cepat Yasmin pergi mandi setelah itu bergantian dengan Bagas.
Sore telah berganti malam, Bagas mengajak istrinya pergi ke cafe yang berada tak jauh dari Villa untuk makan malam. Di sana ada beberapa Villa dengan berbagai macam ukuran dan harga.
"Bukan hari libur tapi kenapa ramai?" Tanya Yasmin heran.
"Mereka adalah orang-orang sibuk yang butuh istirahat. Lihat aja tampangnya, bau uangnya ke ciuman sampai sini." Ujar Bagas bergurau.
"Kamu ini loh mas, ada-ada aja!"
"Heh, serius."
"Iya,....iya.....!"
Bagas dan Yasmin memilih menu untuk makan malam. Yasmin bingung dengan menu yang kebanyakan berbahasa inggris jadi ia memilih nasi goreng siput sebagai makan malamnya.
Selesai makan malam mereka duduk-duduk sebentar untuk sekedar menikmati musik di cafe. Yasmin hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat orang-orang kaya yang sedang menyawer penyanyi di sana.
"Kok gak di marahin sama istrinya ya mas?"
"Kalau mas yang gitu, marah gak?" Tanya Bagas iseng.
"Kalau penyanyinya cowok ya gak masalah." Jawab Yasmin.
"Ya gak lah. Mana mau mas begitu," ucap Bagas. "Udah, yuk balik!" Ajaknya.
Bagas menggenggam tangan istrinya, mengajak Yasmin kembali pulang ke Villa yang berjarak kurang lebih seratus meter.
"Capek gak?" Tanya Bagas. "Kalau capek, biar mas gendong!"
"Eh, enggak kok mas. Jalan kaki itu sehat," ujar Yasmin.
"Sayang,....!" Panggil Bagas membuat Yasmin curiga.
"Iya mas, ada apa?"
"Em,....anu.....!"
"Belum nyampe loh mas, jangan bahas di jalan." Kata Yasmin yang paham maksud suaminya.
"Emang kamu paham apa yang mau mas omongin?"
"Ya pahamlah, pasti anu...itu kan....?" Yasmin memainkan kedua jari telunjuknya.
"Kalau begitu, jalannya tolong di percepat. Mas udah gak sabar!"
Bagas menarik tangan Yasmin, membuat wanita itu geli menahan tawa.
Setibanya di villa, Bagas dan Yasmin langsung masuk ke dalam kamar.
"Kok aku berdebar gini ya? Dulu, sama bang Hendro gak pernah merasakan seperti ini." Batin Yasmin yang heran.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Bagas.
"Oh, enggak mas."
"Kalau kamu belum siap. Ya udah, mas gak apa-apa kok."
"Berdosalah aku mas," ucap Yasmin.
"Em,...anu. Mas bingung mau mulai dari mana."
"Dari mana boleh kok mas," sahut Yasmin.
"Kita matiin lampu aja ya. Biar gak canggung!"
"Jangan gelap dong mas, aku takut!"
"Eh, gak gelap kok. Ada lampu tidurnya!"
"Oh, ya udah. Iya....!!"
Tek,.....
Bagas mematikan lampu, membuat keduanya sama-sama berdebar.
Perlahan-lahan Bagas naik ke atas ranjang, meraih wajah Yasmin lalu memandangnya dalam temaram.
Pria tiga puluh tahun ini langsung meraup bibir manis istrinya. Begitu kenyal menggairahkan.
Bagas memang belum berpengalaman masalah ranjang tapi ia adalah laki-laki dewasa yang sudah pasti paham.
Ciumannya berpindah ke leher jenjang milik istrinya hingga membuat bulu-bulu Yasmin merinding merasakannya.
Uuuh........
Yasmin melenguh, terdengar manja di telinga Bagas.
Bagas melepas kaos oblong yang di kenakan sang istri, tidak lupa melepas pengait bra yang menutupi dua onggok daging tak bertulang.
Kedua tangan Bagas sibuk meremas, bibirnya juga sibuk mencumbu.
Yasmin yang sudah lama tidak merasakan nikmatnya bercinta membuat hasrtanya kembali bangun. Jari-jari lentiknya mulai nakal melepas kancing kemeja milik suaminya.
Sentuhan manja di tubuh Bagas membuat pria ini semakin berhasrat.
"Sebentar, mas lepas celana dulu." Ujar Bagas.
Bergegas pria ini melepas semua celana luar dan dalamnya. Meskipun Yasmin tidak melihat seberapa panjang dan besar ulat sang suami, tapi ia bisa merasakannya.
Deru nafas begitu syahdu, saat ini Bagas mulai bersiap-siap untuk memasukan ulat bulunya yang akan membuat Yasmin kegatalan.
Dengan jantung yang terus berdebar, Bagas memulai aksinya. Di hentakan pertama tak juga masuk.
"Sempit,....!" Bisik Bagas.
Mencoba lagi, terus mencoba pada akhirnya.....
Jleb......
Masuk juga, Bagas membuang nafas pelan saat ulat miliknya masuk ke dalam sarang.
Untuk beberapa saat Bagas dan Yasmin saling diam, membiarkan sang ulat dan sarang saling beradaptasi berkenalan.
Kedut denyut membuat Bagas langsung memulai gerakan.
Yasmin memegang pinggul suaminya dengan kedua tangan, merintih lirih merasakan nikmatnya di hujam pedang tumpul.
Bagas begitu lembut memperlakukannya, beda dengan Hendro yang asal saja bahkan jika ia sudah puas Hendro akan meninggalkan istri sendiri di kamar.
Ah,....uh.....ah......
Suami istri ini merintih menikmati permainan mereka.
"Ouh......aaah......!"
Yasmin terlihat liar, ekspresi wajahnya membuat Bagas semakin mempercepat gerakan.
Buk....buk....buk.....
Aaaaaaah...........
Keduanya menggelinjang, sama-sama menikmati puncaknya kenikmatan. Yasmin benar-benar merasa heran, wanita ini belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.
"Apa ini? Kenapa aku merasakan nikmatnya bercinta sekarang? Dulu, saat bersama bang Hendro tidak seperti ini." Batin Yasmin yang benar-benar heran.
Tubuh mereka melemah, Bagas mengecup bibir istrinya sebelum akhirnya ia ambruk di samping Yasmin.
Nafas keduanya tak beraturan, Bagas menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka berdua.
"Maafkan mas jika mainnya sebentar," Ucap Bagas. "Ini pedang ketemu pawangnya minta cepat keluar."
Yasmin tertawa mendengar ucapan suaminya. Ada saja bahan yang akan di jadikan gurauan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
inayah machmud
akhirnya bagas sama yasmin mp ...🤭🤭🤭
2023-06-10
1
yosya
kalo ama bagas kejang kejangnya beda... 😅😅😅😅😅
2022-08-30
2
Noor Sukabumi
lanjut j deh thor
2022-08-22
0