"Bang, abang mau kemana?" Tanya Yasmin. "Perasaan tiap malam pergi terus balik subuh. Sebenarnya abang kemana sih?"
"Apaan sih?" Ketus Hendro. "Udah tidur sana, abang mau keluar cari duit!"
"Cari duit apaan bang udah malam begini?"
"Yas, kamu itu gak sadar diri banget. Kamu itu penyakitan, kalau bukan aku yang cari duit buat biaya operasi mu nanti siapa?"
Hendro beralasan.
"Tapi bang, aku juga butuh di perhatikan sama abang!"
"Ah, kamu ini menyebalkan!"
"Abang kenapa sih? Sekarang kok suka bentak aku, kasar suka pergi bahkan udah lama abang gak mau ku sentuh. Kenapa bang?"
Mata Yasmin berkaca-kaca.
"Kamunya aja sakit begitu masa iya mau di sentuh. Abang geli lah!" Ujar Hendro sangat melukai hati Yasmin.
"Kok, abang ngomongnya begitu. Seharusnya abang memberikan semangat untuk aku. Bukan bicara seperti itu."
"Ah, cerewet. Udah, tidur sana!"
Hendro pergi, Yasmin hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Yasmin bergegas keluar, ia berencana mengikuti suaminya.
Yasmin penasaran, kemana suaminya ini pergi setiap malam tanpa menggunakan motor. Yasmin mengintip dari kaca jendela, ia melihat gerak gerik Hendro begitu mencurigakan.
"Bang Hendro ngapain pergi ke belakang rumah?"
Yasmin bertanya pada dirinya sendiri. Munculah rasa curiga di hatinya. Dengan langkah pelan Yasmin membuka pintu depan rumahnya lalu keluar mengikuti sang suami.
Samping rumah Yasmin sedikit gelap, jadi ia bisa bersembunyi.
"Di belakang rumah kebun kosong. Di belakang Susi juga kandang sapi mang Darto. Bang Hendro ngapain melompat pacar rumah Susi?"
Yasmin semakin mendekat, ternyata ada tangga di sana. Semakin penasaran, Yasmin mencoba menaiki tangga lalu ikut melompat pagar.
Tubuhnya yang sakit tidak ia perdulikan, rasa penasaran semakin tinggi.
Dengan jelas Yasmin melihat suaminya masuk ke rumah Susi lewat jendela. Hatinya bergetar menahan air mata. Dengan langkah lemas Yasmin mencoba mendekat ke arah jendela.
"Gak usah di tutup bang, jendelanya. Panas, biar aja angin alam masuk mengipasi kita yang akan berkeringat bersama." Ucap Susi.
"Kalau ada yang lihat kita bagaimana?" Tanya Hendro.
"Gak bakalan ada. Samping kamar Susi itu pagar, jalannya juga sempit. Gak ada yang mengintip kita."
"Eh, iya juga!"
"Abang, kapan dong abang menikahi Susi secara sah?" Tanya Susi. "Aku gak mau jadi istri siri abang," ucapnya.
Bagai di sambar petir di malam yang gelap, Yasmin tidak percaya jika suaminya sudah menikah lagi dengan Susi, tetangganya sendiri.
Air mata mulai berkucur deras, Yasmin hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat agar suara tangisnya tak terdengar Hendro dan Susi.
"Ya ampun Susi, badan kamu itu makin hari makin menggoda abang. Jepit abang dong,...!" Ucap Hendro dengan suara manjanya.
Di balik jendela kaca yang sengaja di buka, dengan mata kepalanya Yasmin melihat Susi menjilat burung suaminya, memainkannya hingga membuat ekspresi Hendro tenang menahan kenikmatan.
Yasmin tak bisa berkata-kata lagi, tenggorokannya cekat tak bisa mengeluarkan suara. Ia kembali mengintip, kali ini Susi sudah berada di atas tubuh Hendro.
Hati Yasmin benar-benar hancur, saat dengan dirinya Hendro tidak pernah memiliki ekspresi seperti itu. Dengan sisa tenaganya Yasmin memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
Tumpahan air mata membasahi bantal, ia tak percaya jika suaminya akan menikah lagi tanpa sepengetahuan dirinya.
"Tetanggaku maduku," ucap Yasmin dalam isaknya.
Betapa lemah Yasmin, Hendro adalah satu-satunya orang tempat ia berpulang. Kini, harapannya telah hancur, Yasmin tidak terima di perlakukan seperti ini. Rasa sakit di perutnya masih bisa ia tahan dari pada rasa sakit di hatinya.
"Bang, kenapa abang tega memperlakukan aku seperti ini?"
Yasmin memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Yasmin mengerti sekarang kenapa sikap suaminya beberapa bulan belakangan berubah.
"Ku pikir kau adalah rumah tempat ku berpulang. Nyatanya kau hanyalah tumpukan belati yang menikam ku dari belakang," ucap Yasmin dengan suara bergetar.
Cintanya telah di rusak, kepercayaannya telah di kotori bahkan rumah tangga mereka telah ternodai, tiba-tiba saja Yasmin merasa jijik pada Hendro.
Malam telah berganti pagi, Yasmin duduk di meja makan dengan wajah sembab menangis semalaman sedangkan Hendro masih tidur karena pria itu pulang pukul tiga dini hari.
Hoaaaaaam........
Hendro keluar dari kamar sambil menguap karena masih mengantuk.
"Kopi abang mana Yas?" Tanya Hendro yang tak mendapati kopi di atas meja.
"Buat aja sendiri," jawab Yasmin dengan wajah datar.
Hendro mengerutkan keningnya heran melihat sikap Yasmin.
"Tumben banget kamu gak mau bikinin kopi. Biasanya sesakit apa pun kamu pasti selalu menyiapkan kopi untuk abang."
"Sudah berapa lama abang menikahi Susi?" Tanya Yasmin membuat Hendro terkejut.
Hendro sengaja tertawa untuk menutupi wajah paniknya.
"Kamu ini bicara apa sih Yas?"
"Sudah berapa lama?" Tekan Yasmin.
"Abang kerja sama Susi, kok nikah. Aneh kamu!"
"Aku tahu kamu sudah menikah dengan Susi secara siri bahkan hampir setiap malam kali melakukan hubungan suami istri di belakang ku." Ucap Yasmin benar-benar membuat Hendro terkejut.
"Kamu ini ngarang atau apa sih Yas?"
"Jawab saja bang, aku tidak akan marah!" ujar Yasmin yang masih bersikap santai.
"Maksud kamu itu apa sih, fitnah aku sembarangan?"
Hendro mulai emosi.
"Aku tidak memfitnah mu. Bukankah semua itu kebenaran? Aku bahkan melihat dengan mata kepala ku saat kau begitu menikmati tubuh Susi," ucap Yasmin dengan wajah santai tapi dadanya sudah terasa sesak. "Bisa-bisanya kau menikah secara diam-diam. Memadu ku dengan tetangga ku sendiri. Di mana hati Nurani mu? Nafsu, oh pasti nafsu menjadi alasannya bukan?"
"Iya,...iya...aku mengaku sudah menikah siri dengan Susi dan memadu mu dengan dia. Lantas, kau mau apa?" Tantang Hendro. "Kau ini sudah perempuan miskin, sebatang kara, tidak bisa memberikan keturunan, eh sekarang penyakitan pula. Siapa yang mau dengan kau hah?"
Mendengar perkataan Hendro, air mata Yasmin mengalir begitu saja.
"Kalau begitu ceraikan aku!" Pinta Yasmin.
"Tanpa kau minta sekalipun aku akan menceraikan mu. Kau itu hanya menyusahkan hidup ku saja!"
"Pergi dari rumah ku!" Usir Yasmin.
Hendro yang sudah muak pada Yasmin langsung masuk ke dalam kamar untuk mengemasi pakaian. Pria ini langsung keluar dari rumah Yasmin dan pergi ke rumah Susi.
Yasmin jatuh ke lantai, ia meremas dadanya yang begitu sesak. Rumah tangganya telah usai, Hendro lebih memilih Susi di banding dirinya.
"Akan ku buat kau menyesal Hendro," ucap Yasmin dengan isak tangisnya. "Rasa sakit ku harus kau bayar. Kau telah mengkhianati aku!"
Muncul dendam di hati Yasmin, wanita terduduk lemas merasakan nasib dirinya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Aidah Djafar
gitu deh klo suami kepincut wanita lain ..psti nyeseklah istri yg drumah...
nti jg nyesel tuh si Hendro 🤔
2022-12-30
1
Felisha Almaira
miris memang...Yasmin jadi janda Krn janda....tp Yasmin hrus jadi janda terhormat jgn jadi duri dalam rumah tangga orang lain kelak....kecuali buat balas dendam ma Hendro😏😏😏😏
2022-11-25
2
AnugerahShakila
tunggu aja karmany Hendro..😡
2022-09-30
0