Dua hari kemudian pasca operasi, bu Mita datang menjenguk Yasmin. Dengan sabar bu Mita menunggu Yasmin bangun dari tidurnya.
"Hai cantik, sudah bangun...minum dulu...!" Ujar bu Mita yang mengambilkan segelas air putih.
"Terimakasih bu," ucap Yasmin pelan.
"Bagaimana keadaan mu, apa masih ada yang sakit?"
Yasmin tersenyum lalu menjawab, "tidak sakit lagi bu."
"Baguslah kalau begitu."
"Bu, terimakasih sudah membantu ku." Ucap Kasih.
"Sama-sama," sahut bu Mita.
"Seharusnya aku mati aja," ucap Yasmin pelan.
"Heh, jangan bicara seperti itu. Semangat sehat, untuk membalas sakit hati mu."
Yasmin mulai menangis, ia kembali teringat bagaimana Hendro mengkhianati dirinya.
"Sakit banget bu, suami ku tega banget mengkhianati pernikahan kami."
"Jangan di tangisi laki-laki seperti itu. Tidak pantas, mengeluarkan air mata untuk orang yang telah membuang permata."
"Bisa-bisanya dia memadu ku dengan janda samping rumah. Aku tidak ingin tinggal di rumah itu lagi, rasanya sakit banget."
"Sudahlah, jangan dipikirin bajingan seperti itu. Pikirkan kesehatan kamu dulu. Oh ya, memangnya kamu mau kemana?" Tanya bu Mita penasaran.
"Gak tahu mau kemana. Aku sebatang kara," jawab Yasmin.
Huft.....
Bu Mita menarik nafas panjang.
"Kalau kamu mau, kamu boleh ikut bersama ibu. Kerja jadi asisten rumah tangga mau?" Tawar bu Mita.
"Mau bu, kerja apa aja yang penting bisa menghidupi diri ini."
"Ya udah, ibu mau pulang. Kamu istirahat ya...!"
Bu Mita pun akhirnya pulang, tinggallah Yasmin seorang diri di ruang rawat tersebut. Yasmin merasa bersyukur telah di temukan dengan bu Mita yang baik hati.
Sementara itu, Hendro dan Susi merasa bebas karena sekarang mereka bisa leluasa bertemu tanpa harus memikirkan Yasmin.
Hari ini Yasmin sengaja menutup toko. Perempuan ini hanya ingin berduaan dengan Hendro di dalam kamar.
"Susi, abang mandi dulu ya...!" Ujar Hendro.
"Nanti aja bang mandinya, kita main sekali lagi yuk...!"
"Kita udah main dari malam, pagi tadi juga main siang tadi juga main. Sekarang udah sore, abang mau mandi dulu."
"Abang jahat!" Rajuk Susi. "Katanya cinta sama Susi, masa mau minta aja di tolak."
Hendro menggaruk kepalanya tak gatal.
"Abang di bawah, biar Susi yang goyang!"
Susi langsung mendorong tubuh Hendro ke atas ranjang. Perempuan ini mulai merayap di atas tubuh Hendro.
Susi melepas celana luar dan dalam milik Hendro, ia langsung mengulum telur Hendro yang mengkerut hingga kembali tegak berdiri.
"Aaaah,.... Susi sayang,....!" Hendro mendesaah. Yang pada awalnya menolak tapi nyatanya Hendro menikmati juga.
"Aaaah,.....lagi sayang...!" Ucap Hendro saat Susi menghisap dalam-dalam batang panjang miliknya.
Lebih parah lagi Saat Susi memasukan sendiri burung Hendro ke dalam lubang rahimnya.
"Punya kamu rapet banget sih, burung abang benar-benar di jepit sama kamu." Ucap Hendro yang saat ini sedang meremas buah dada Susi.
Susi memainkan pinggulnya, perempuan ini memang lihai dalam urusan ranjang.
Setelah Susi dan Hendro sama-sama puas, mereka kembali bermain di kamar mandi. Bermain di kamar mandi lebih membuat Hendro gila, Susi benar-benar bisa membuat dirinya puas.
Sehabis mandi Hendro langsung pulang ke rumah ibunya.
Glek,....
Hendro meneguh habis segelas air putih yang baru saja di ambilkan ibunya.
"Tadi ibu kerumah Yasmin, dia gak ada. Rumahnya juga kuncian," ujar bu Surti memberitahu Hendro.
"Ibu ngapain sih kesana, gak ada kerjaan banget!"
"Ibu khawatir sama Yasmin, dia gak punya siapa-siapa lagi selain kita."
"Biarin aja bu, bodoh amat!"
"Hendro, ibu mau tanya sama kamu."
"Tanya apa bu?"
"Apa benar kamu suka ada main sama Susi?" Tanya bu Surti.
"Ibu tahu dari mana?" Hendri malah bertanya balik.
"Jawab saja ibu, Hendro."
"Aku sudah menikah siri dengan Susi," jawab Hendro jujur sungguh membuat ibunya terkejut.
"J-jadi, kamu sudah mamadu Yasmin?" Tanya bu Surti tidak percaya.
"Susi jauh lebih segalanya dari pada Yasmin yang sakit-sakitan dan miskin. Sukanya hanya menuntut ini dan itu."
"Kamu benar-benar keterlaluan, di kasih apa kamu sama Susi sampai kamu tega mengkhianati Yasmin."
"Sudahlah bu. Jangan ikut campur urusanku. Susi menantu ibu, setelah aku resmi menceraikan Yasmin, kami akan menikah secara negara."
Hendro pusing mendengar ocehan ibunya, pria ini memutuskan untuk kembali pulang ke rumah Susi.
Yasmin, perempuan hanya bisa berbaring tak ada teman bicara. Mau bagaimana lagi, sudah nasibnya seperti ini, ada yang membantu dirinya pun Yasmin sudah sangat bersyukur.
Klek,.....
Pintu terbuka, seorang pria masuk ke dalam ruang rawat Yasmin.
Yasmin tersenyum tipis, ia mengenali siapa yang datang ini.
"Mamah ku tidak bisa datang untuk menjenguk mu. Dia menyuruh ku untuk mengantar makanan ini," ucap Bagas memberitahu Yasmin.
"Terimakasih mas Bagas," ucap Yasmin.
Bagas pria tampan berumur tiga puluh tahun dan sampai sekarang belum menikah.
"Kalau begitu aku pergi dulu," pamit Bagas.
Yasmin hanya tersenyum, perut yang lapar membuat ia segera menyantap makanan yang di bawa Bagas.
Bagas yang hendak keluar kembali masuk ke dalam saat melihat Yasmin kesusahan untuk mengambil makanan tersebut.
"Biar aku bantu," ucap Bagas.
"Tidak udah mas, ini sangat merepotkan!" Tolak Yasmin.
"Tidak apa-apa!"
Bagas menyiapkan makanan tersebut lalu memberikannya pada Yasmin. Melihat keadaan Yasmin, muncul rasa iba di hati Bagas.
"Mamah menawari bekerja di rumah. Apa benar?" Tanya Bagas.
"Iya mas, mas Bagas keberatan?" Yasmin bertanya baik. "Aku hanya ingin membalas budi bu Mita. Gak di gaji pun juga tidak apa-apa cukup di beri makan saja."
"Ya gak gitu juga, Selama kamu bersikap baik, aku tidak masalah."
"Terimakasih mas," ucap Yasmin.
"Oh, astaga. Darah mu naik lewat infus...!"
Bagas panik, pria ini bergegas memanggil Dokter. Tak berapa lama Dokter datang dan langsung mengganti infus Yasmin atas perintah Bagas.
Huft,.....
Bagas menghela nafas panjang setelah infus Yasmin di ganti.
"Gimana, apa ada yang sakit?" Tanya Bagas.
"Gak ada, mas. Makasih udah bantuin aku."
Bagas tak sampai hati meninggalkan Yasmin seorang diri. Mau tidak mau Baga akhirnya memutuskan untuk menemani Yasmin di rumah sakit.
"Mas Bagas kalau udah ngantuk pulang aja. Aku gak apa-apa kok sendirian," ujar Yasmin measa tak enak hati.
"Tidak apa-apa, aku akan menemani kamu."
Sikap Bagas tidak seperti ini sebelumnya pada seorang perempuan. Entah kenapa saat ia melihat Yasmin muncul rasa kasihan dan ingin menolong perempuan ini.
Banyak hal yang di ceritakan Yasmin, tentang dirinya yang sebatang kara dan suaminya yang tega mengkhianati dirinya. Air matanya cukup menggambarkan bagaimana perasaan ia saat ini. Bagas hanya bisa menjadi pendengar yang baik dan sesekali memberi semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Nuraeniy352
pa g sakit pinggang n dengkul linu ya tu s'tokek burik n kecoa gater gempur trus🤮
2023-01-24
2
Aidah Djafar
gempor gempor tuh Hendro 🤣🤣
Yasmin semangat ya 👌
2022-12-30
1
Noor Sukabumi
moga2 ngempor loe hendro biar g bisa bangun sekalian di gempur mulu m c susi
2022-08-22
0