POV Jeevan
Benar kata Tante Mikha, untung saja aku datang tepat waktu. Namun melihat tangan Sandyakala yang seolah tidak pernah mau lepas dari bahu Arunika membuat hatiku panas. Bahkan, selama Arunika rawat inap, Sandyakala tidak pernah sedetikpun meninggalkan Arunika. Aku tidak punya kesempatan untuk menunjukkan perhatianku ke Arunika. Belum lagi Tante Mikha yang dari tadi tidak berhenti membanggakan Sandyakala seolah-olah Sandyakala adalah pahlawan yang sudah menyelamatkan dunia. Coba saja saat itu Tante Mikha menghubungiku, pasti aku bisa melakukan lebih baik daripada Sandyakala. Arunika juga terlihat sangat bahagia, tidak seperti orang yang baru keluar dari rumah sakit. Entah kenapa aku malah frustasi sendiri melihat kebahagiaan mereka.
Mobil Om Rendra sudah tiba, segera kami naik. Yang bisa aku lakukan di dalam mobil ini hanyalah diam dan menyimak mereka bercerita dan bercanda. Sesekali aku berpura-pura ikut tertawa. Padahal menurutku, apa yang diutarakan Sandyakala tidak ada lucunya sama sekali. Handphoneku bergetar di saku kemejaku. Segera ku buka, ada WA dari Kanaya.
[Gimana keadaan Nika?] tanyanya
[Ini sudah otw pulang] jawabku segera
[Baguslah, jadi Sandy nggak harus nungguin dia terus] balas Kanaya
Kubiarkan saja, ada rasa enggan membalasnya. Lalu ku tutup handphoneku dan aku masukkan lagi ke dalam saku. Kanaya yang terus mendorongku untuk berpacaran dengan Arunika. Tapi dia tidak pernah tahu, jika ada Sandyakala aku sepertinya tidak pernah dianggap sama sekali. Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara mencari celah untuk masuk ke kehidupan Arunika. Padahal sejak awal masuk SMA, aku lebih punya banyak waktu untuk bersama Arunika.
"Kenapa?" kata Sandyakala tiba-tiba sambil menyenggolku dengan sikunya
"Kamu capek ya?" tanya Arunika
"Iya, aku hanya sedikit capek" jawabku sambil tersenyum ke Arunika.
"Kamu tuh keseringan bengong" sindir Sandyakala.
Aku hanya diam, malas menanggapinya.
Kalau mau bicara jujur, aku iri dengan Sandyakala. Bukan hanya masalah Arunika, dalam berbagai hal memang banyak dimenangkan oleh Sandyakala. Selain wajahnya yang tampan dan lesung pipi yang menjadi nilai tambah tersendiri. Entah apa yang seolah membuatnya mempunyai daya tarik tersendiri. Bukan hanya menarik di mata kaum hawa, bahkan banyak kaum adam yang juga mengaguminya dan sangat bangga bisa kenal dekat dengannya. Apalagi di usia semuda ini, dia sudah mampu mengelola bisnisnya sendiri.
Pernah suatu ketika aku bertanya pada Kanaya, mengapa dia ingin menjadi pacarnya Sandyakala, alasannya hanya karena Dia tampan dan kepribadiannya menarik. Mungkin itu juga yang membuat Arunika selalu nyaman dan bahagia dengannya.
Akhirnya kami sampai di rumah, setelah membantu Arunika membawa barang-barangnya, aku lantas pamit pulang. Aku menolak tawaran Tante Mikha untuk makan siang dengan alasan aku sudah makan bakso di sekolah, padahal aku hanya berbohong. Ingin rasanya rebahan saja sambil memandang langit-langit kamar daripada melihat Arunika dan Sandyakala.
Tante Naomi ternyata sudah ada di rumah, sedang di ruang keluarga, menghadap laptop namun, fokusnya malah menonton acara gosip di televisi.
"Eh, ada Jeevan. Kirain kamu di rumah sebelah" sapa Tante Naomi
"Iya, ini dari sana" jawabku
"Kok udah pulang? Nggak main-main dulu?" tanya Tante Naomi yang ku tau pasti beliau hanya berbasa-basi.
"Nggak tante, aku capek, pingin istirahat aja di kamar" kataku.
"Sandy pasti di sana. Dia itu dari kecil, nggak pernah betah di rumah ini. Lebih betah di rumah sebelah" cerita Tante Naomi.
"Karena di sana ada Arunika ya tan?" tebakku yakin
"Nggak, karena bundanya di rumah terus. Dia jadi merasa ada yang momong, lebih diperhatiin, lebih disayang, lebih terurus. Kalau Tante dari dulu sibuk kerja. Kalau Bunda kan, anak-anak sudah ge de, sudah mulai mandiri baru mulai kerja lagi" kata Tante Naomi menjelaskan.
Dari kata-kata Tante Naomi, aku mengambil kesimpulan sendiri bahwa sebenarnya Sandyakala hanya menganggap Arunika sebagai adiknya karena mereka diasuh bersama oleh Tante Mikha. Hatiku mulai tersenyum, harapan-harapan mulai tumbuh lagi.
Handphone di sakuku bergetar lagi. Ternyata ada WA dari Kanaya yang mengajak bertemu di rumahnya, katanya penting. Segera aku bersiap-siap meluncur ke rumah Kanaya.
...****************...
Rumahnya sangat asri, banyak pohon anggrek bergantungan di taman yang terdapat kolam ikannya. Kanaya sudah menungguku dan memintaku duduk di kursi di samping kolam ikan itu. Ada 2 gelas jus jambu di meja.
"Ada apa?" tanyaku sambil duduk
"Pakai ditanya lagi" kata Kanaya dengan nada malas.
"Ya, menurutku Sandyakala bukan sainganku. Tadi mamanya cerita kalau mereka berdua itu diasuh oleh bundanya Nika. Jadi ya, semacam murni adik kakak" jawabku yakin.
"Ya nggak mungkinlah. Orang Sandy selalu curhat ke Abhi kalau dia itu cinta ke Nika. Aku sering lho dengerin mereka curhat. Gini ya Van, kalau memang Sandy nggak cinta sama Nika, kenapa aku harus serepot ini? Ngerti ya?" kata Kanaya dengan arogan.
"Tapi kan kita nggak tau Nika cinta nggak sama Sandy, atau jangan-jangan Sandy bertepuk sebelah tangan" kataku berargumen
"Justru karena kita nggak tahu Nika bagaimana, kamu usaha dong buat dapetin cintanya, sebelum Sandy menghimpun keberanian untuk bilang dulu ke Nika" kata Kanaya sedikit emosi.
Aku lalu terdiam, bagaimana caranya untuk memulai mengungkapkannya ke Arunika. Otakku seperti berhenti bekerja, tidak ada satupun ide yang lewat.
"Biasa kan kamu cari tahu apa kesukaannya Nika? atau apa yang buat dia bahagia" tambah Kanaya seperti bisa membaca pikiranku.
"Arunika itu aneh, sukanya nggak masuk akal. Suka menyendiri, suka cerita-cerita klassik" jawabku serius.
"Payah" hanya itu yang keluar dari mulut Kanaya.
"Nggak gampang masuk ke hidupnya Nika, dia terlalu tertutup" kataku sudah mulai putus asa.
Lama Kanaya diam, matanya menerawang sambil duduk menopang dagu. Wajahnya sangat imut, make up yang dipakai mempertegas kecantikannya. Heran, kenapa Sandyakala bisa menolak cewek seperti Kanaya?
"Kamu nya nggak bantu mikir malah matanya jelalatan" kata Kanaya yang mengagetkanku.
"Begini aja, aku usahakan sebelum Nika dan Sandy berangkat akhir tahun. Aku bantuin Nika beres-beres, lalu sebelum dia berangkat aku akan menyatakan cinta, Gimana?" usulku
"Bagus juga, jadi selama di bersama Sandyakala, pikirannya akan terganggu dengan kamu. Aku akan menyibukkan Sandy dengan urusan cafe, apalagi ada musim natal dan tahun baru. Gampanglah" kata Kanaya sambil tertawa.
Aku ikut tersenyum, tak sabar rasanya. Aku lalu pamit pulang. Aku tidak boleh kalah dari Sandyakala, mulai hari ini aku akan selalu berusaha untuk berada di dekat Arunika, walaupun Sandyakala ada di sana. Aku harus memastikan bahwa Arunika sudah benar-benar pulih. Misi pertama, dengan pura-pura membantunya mengikuti pelajaran sekolah. Alasan yang tepat untuk pelajar adalah belajar bersama. Bukankah sudah hampir seminggu Arunika absen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments