Seorang gadis memakai seragam SMP berlari kecil mengikuti langkah laki-laki muda di depannya yang terlihat berjalan santai namun dengan langkah yang lebar. Gadis dengan rambut ikal yang terurai cantik itu tampak bersungut-sungut sambil sesekali menatap laki-laki itu dengan tatapan kesal. Tiba-tiba laki-laki itu menghentikan langkahnya. Berdiri dengan gagah sementara tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celananya dan tangan kanannya menenteng tas sekolah.
"Sandy!" kata gadis manis itu setengah berteriak
"Arunika!" Balas Sandyakala dengan lirikan mata dan senyum jahilnya.
"Kenapa berhenti? Nanti bisa telat" kata Arunika sewot
"Kan nunggu angkotnya di sini Nika" jawab Sandy sangat santai.
"Apa? Nggak salah?" tanya Arunika heran
"Nggak," jawab Sandyakala sangat-sangat santai.
Arunika lalu menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan, tangannya lalu diletakkan di dahi sambil memijat keningnya perlahan. Dia memejamkan mata menikmati kesemrawutan pagi ini.
"Sand, kalau naik angkot nanti berhentinya lama di dekat pasar, nungguin penumpang penuh baru jalan lagi. Kan bisa telat" Kata Arunika satu per satu sambil menahan amarah yang rasanya sudah di ubun-ubun.
"Cerdas dikit dong Nika, nanti kita turun di dekat pasar, jalan dikit ke halte, kita oper bus kota" balas Sandyakala sambil tangan kanannya melambai ke arah jalan dan memberhentikan angkot.
Sandyakala lalu menarik tangan Arunika memaksanya masuk ke dalam angkot. Arunika mengikuti dengan emosi yang sudah di tidak tertahankan lagi.
"Ngapain juga kita kayak gini? Kan kalau ikut bunda nggak bakal seribet ini," Arunika mulai mengomel.
Sandyakala hanya memandang ke arah luar jendela, seolah tidak menghiraukan Arunika. Dalam hati, Sandyakala tertawa puas. Memang dari kemarin Sandyakala berniat mempermainkan Arunika dengan mengajak Arunika naik angkot ke sekolah. Sandyakala tau, Arunika pasti tidak tenang karena khawatir mereka akan terlambat.
"Nika!" Panggil Sandyakala setengah berbisik
"Apa ?!" Jawab Arunika ketus
"Tetap panik jangan tenang." Goda Sandyakala yang kemudian menutup mulutnya sambil tertawa tertahankan sehingga semua badannya berguncang.
Arunika hanya melirik sebel ke arah Sandyakala. Kalau tidak ditempat umum, pasti Arunika sudah menghujani Sandyakala dengan cubitan atau pukulan. Tapi Arunika hanya memilih diam, berusaha membendung air matanya. Arunika sangat-sangat khawatir terlambat. Dalam hatinya menyesal sudah menyetujui ide Sandyakala yang konon katanya mau belajar mandiri dan merakyat. Berangkat sekolah tanpa diantar mama Naomi atau bunda Mikha. Dan anehnya lagi, kedua orang itu semudah itu menyetujui dan meloloskan keinginan Sandyakala yang nyatanya sangat merepotkan bagi Arunika. Entahlah, Sandyakala selalu punya seribu cara dan segudang kata-kata manis yang membuatnya selalu berhasil merayu kedua wanita itu. Sehingga di mata Arunika, apapun yang Sandyakala inginkan selalu bisa didapatkannya.
"Ayo turun," kata Sandyakala sambil menarik tangan Arunika saat angkot menepi dan berhenti di depan pasar. Sandyakala terus memegang tangan Arunika dan berlari kecil mengejar bus yang hampir tiba di halte. Arunika hanya diam sambil mengikuti langkah kaki Sandyakala yang berlari semakin cepat dan terkesan menarik-narik tangan Arunika.
"Sandy, pelan-pelan. Nika hampir jatuh!" teriak Arunika.
Dan baru saja Arunika menyelesaikan kalimatnya, Arunika menginjak tali sepatunya sendiri lalu terjatuh. Untung saja tangan kirinya masih dipegang Sandy sehingga Sandy bisa menahan Arunika yang masih berdiri di atas kedua lututnya. Sandyakala lalu membantu Arunika berdiri. Lutut Arunika lecet, rasanya perih.
"Nika, tali sepatu diikat yang benar dong" Kata Sandyakala sambil jongkok melihat lutut Arunika yang lecet serta membantu mengikat tali sepatu Arunika yang terlepas.
"Pulang aja lah Sand, nggak usah sekolah" Arunika mulai putus asa. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Nika, biar lambat asal selamat" canda Sandyakala mencoba menghibur Arunika sambil memapah Arunika naik ke bus.
"Selamat apanya?" jawab Arunika mulai sewot
"Selamat Pagi!" jawab Sandyakala setengah berteriak.
"Sempat-sempatnya bercanda pas Nika apes" kata Arunika semakin emosi dengan ulah Sandyakala.
Sandyakala terus tertawa cekikikan. Hatinya merasa senang bisa terus memancing emosi Arunika.
Begitu menginjakkan kaki di gerbang sekolah, bel tanda masuk berbunyi. Arunika bernapas lega karena ternyata mereka tidak terlambat. Mereka berjalan menuju ke kelas tapi Sandyakala hanya meletakkan tasnya di atas meja lalu pergi keluar tanpa berkata apapun pada Arunika. Namun tidak berapa lama kemudian, Sandyakala kembali ke kelas sambil membawa kotak P3K lalu mengobati lutut Arunika yang terluka. Semua mata di kelas itu terpusat ke arah mereka. Selesai memasang plester, Sandyakala lalu menepuk bagian yang sudah diplester dengan sedikit keras lalu berlari kembali ke tempat duduknya sambil tertawa menghindari omelan Arunika.
"Sandy itu sepupumu atau hanya tetanggamu?Kalian itu lho akrab banget" ucap sahabat Arunika, Kendra yang hampir tiap hari menanyakan hal yang sama setiap kali bertemu dengan Sandyakala.
"Masa iya aku harus siaran ulang terus, Ken?" protes Arunika.
"Iya, bapak kalian sahabatan, lalu menikah di hari yang sama dan kalian lahir hanya selisih semalam saja dan sejak lahir sampai detik ini kalian masih bertetangga" jelas Kendra.
"hmmm," Arunika mendehem tanda menyetujuinya.
"Kayaknya asyik juga ya, Nik. Bersama terus dengan orang yang sama. Jadi dia itu sudah mengerti kita. Paham betul dengan diri kita, ya nggak sih? Kita saja yang kenal 3 tahun ini sudah nyaman betul, apalagi yang kenal dari lahir, dari dalam kandungan malahan wow, it's so amazing Nik," oceh Kendra.
"Amazing nenekmu! Sandy itu lho, selalu cari gara-gara. Dia itu senang banget kalau aku sewot. Itu orang otaknya iseng banget" Balas Arunika dengan semangat menggebu-gebu.
"Kadang memang begitu Nika, bagi kalian biasa-biasa saja, tapi banyak yang pingin seperti kalian." sambung Kendra.
Belum sempat meneruskan kata-katanya, Ibu Lusi, guru mereka sudah berjalan dengan anggunnya memasuki ruang kelas. Semua siswa bersiap-siap memulai pelajaran pagi ini. Arunika terperangah saat membuka tasnya. Kepanikan mulai mengisi kepalanya, jantungnya mulai berdebar, buku PR nya tidak ada di dalam tasnya, terakhir kali dia memegang buku itu saat mengerjakan PR di rumah Sandyakala. Dalam hati Arunika mulai menyalahkan Bundanya, kalau saja Bunda Mikha tidak terus menerus memintanya belajar dan mengerjakan PR bersama Sandyakala, pasti bukunya tidak akan tertinggal. Tapi di satu sisi dia juga menyalahkan diri sendiri, karena pada faktanya, kalau tidak diajari Sandyakala, Arunika tidak mungkin bisa menyelesaikan PR nya. Saat otaknya diisi debat dengan dirinya sendiri, tiba-tiba seseorang memukul lembut kepalanya dengan buku. Saat mendongakkan kepala, terlihat muka jahil Sandyakala dengan senyumnya yang memamerkan sepasang lesung pipinya.
"Panik ya?" ejek Sandyakala
"Makasi" kata Arunika sambil menarik bukunya dengan kasar.
Dalam hati Arunika merasa lega. Biarpun selalu menganggu dan menjahilinya. Sandyakala memang selalu jadi penyelamat dan penolong Arunika yang memang cenderung ceroboh dan gampang panik.
"Sandy, sedang apa di situ? Ayo kembali ke mejamu" tegur Bu Lusi melihat Sandyakala yang memang cenderung semaunya sendiri.
"Baiklah, Bu" jawab Sandy lalu berjalan kembali ke mejanya.
"Enak ya kamu, ada teman ngerjain PR, aku kemarin pusing, susah banget" Kata Kendra setengah berbisik ke arah Arunika.
"Ssstttt!" balas Arunika sambil meletakkan telunjuknya di bibir dan pelajaran pun di mulai.
Tapi dalam hati Arunika bersyukur ada Sandyakala yang membawa bukunya, yang selalu menjadi penolong di saat-saat darurat seperti ini. Selalu begitu, Sandyakala selalu membantu Arunika dan selalu ada untuk Arunika setiap kali Arunika membuat masalah dengan kecerobohan dirinya sendiri. Walaupun sebenarnya Sandyakala lebih sering membuat hati Arunika geram dengan tingkah usilnya. Ada saja kelakuan Sandyakala yang membuat Arunika kesal namun kalau diingat-ingat lagi, itu sebenarnya sangat lucu dan menghibur.
Seperti saat ulangtahun Arunika yang kelimabelas, Sandy memberi Arunika kado yang dibungkus dengan kertas kado bergambar Hello Kitty, karakter kesukaan Arunika. Dengan gembira, Arunika lalu membuka kado tersebut yang ternyata ada tulisan yang berisi '15 tahun sudah kita bersama dan masih akan ada tahun-tahun berikutnya' dan masih ada bungkus kedua. Arunika membuka bungkus kedua, ada tulisan berikutnya 'Tahun ke-14, Nika sedih karena aku mengguyurkan seember air, padahal Nika memakai gaun yang indah'. Ada bungkus lagi dan kertas ucapan ketiga yang tertulis 'Tahun ke-13 Nika kaget karena aku meniupkan terompet tepat di telinga Nika' tulisannya berikutnya 'Tahun ke-12 Nika sakit panas jadi aku tidak tega mengerjai Nika', membuka bungkus lagi dan menemukan tulisan 'Tahun ke-11 Nika ulangtahun di desa, akunya nggak diajak. Tega nian!'. Arunika mulai tersenyum dan semangat membuka bungkus berikutnya dan menemukan tulisan lagi yang isinya 'Tahun ke-10 Nika dapat boneka Hello Kitty yang besar dan aku membawanya pulang'. Arunika mulai tertawa, Arunika teringat saat itu Arunika marah besar dan mendiamkan Sandyakala. Tiga hari kemudian, Sandyakala mengembalikan bonekanya beserta gantungan kunci Hello Kitty sebagai permintaan maaf. Arunika lalu membuka bungkus berikutnya dan ada tulisan 'Tahun ke-9 Kita ke pantai melihat matahari tenggelam, itu saat ulangtahunku' Dan Arunika terkenang lagi bagaimana sulitnya membangunkan Sandyakala keesokkan paginya dengan alasan Sandyakala tidak ingin merayakan ulangtahun Arunika. Tawa Arunika semakin menjadi, semakin penasaran dengan tulisan dibalik bungkus berikutnya yang ternyata berisi 'Tahun ke-8 ulangtahun bersama anak-anak panti asuhan, itu luar biasa ya Nika'. Lalu dengan tidak sabar, Arunika membuka bungkus berikutnya dan menemukan foto ulangtahun mereka yang ketujuh, terlihat Arunika berair mata, karena Sandyakala meniup lilin di kue ulangtahunnya. Tawa Arunika semakin menjadi mengingat bagaimana akhirnya Sandykala dimarahi oleh papa Bram dan Mama Naomi. Buru-buru Arunika membuka bungkus kado berikutnya, ada foto mereka memakai seragam TK. lagi-lagi wajah Arunika basah oleh air mata, masih teringat saat itu Arunika terjatuh karena terinjak tali sepatunya sendiri. Lalu Arunika membuka bungkus berikutnya, ada foto Sandyakala dan Arunika memakai baju yang sama, disitu keduanya tertawa. Ya, itu foto saat mereka berusia 5 tahun. Lalu Arunika membuka bungkusan berikutnya dan menemukan tulisan 'Aku lupa apa yang kita lakukan saat berumur 1-4 tahun. Tapi kita selalu merayakannya bersama' dan bungkus terakhir dibuka, isinya membuat Arunika menghela napas, ada pulpen hitam, biru dan merah, buku tulis, penggaris 15 cm, pensil, penghapus dan tipe-X. Dan konyolnya, semua alat tulis pemberian Sandykala dipakai Arunika ke sekolah.
"Arunika, apa penjelasannya?" Suara Bu Lusi tiba-tiba membuyarkan lamunan Arunika.
Arunika panik, dia sama sekali tidak mengikuti apalagi menyimak gurunya. Dengan gugup Arunika melirik Kendra namun Kendra malah menundukkan kepala.
"Kalau kamu masih mau melamun, silahkan keluar saja dari kelas!" Kata Bu Lusi
"Maaf Bu, saya.. .. .." Kata-kata Arunika tergantung karena jujur, Arunika tidak tahu harus beralasan apa.
"Panik dia Bu, jangan dihukum nanti nangis" tiba-tiba suara Sandyakala memecah keheningan dan menyebabkan seisi kelas tertawa.
Arunika merasa dipermalukan, Arunika hanya menunduk, sambil tangannya memainkan pulpen, tapi setidaknya-tidaknya Arunika bisa sedikit merasa lega karena bisa terhindar dari cercaan pertanyaan Bu Lusi.
"Saya terima hukuman apa saja Bu, asalkan jangan diminta keluar kelas" Kata Arunika memohon kepada Bu Lusi.
"Baiklah, besok pagi-pagi, sebelum bel masuk sekolah, kamu kumpulkan materi pelajaran hari ini di meja saya di ruang guru. OK? Negosiasi selesai, saya tidak mau mendengarkan alasan lain." Jawab Bu Lusi tegas.
"Baik Bu, terima kasih" ucap Arunika sambil tertunduk.
Belum selesai satu mata pelajaran, Arunika sudah merasa sangat lelah. Pagi-pagi sudah berlari-lari dan terjatuh, masih juga mendapatkan hukuman dari Bu Lusi. Hal itu membuat Arunika badmood sepanjang hari. Kalau sudah begini Sandyakala pasti tertawa senang. Namun sepulang sekolah, Sandyakala datang ke rumah Arunika untuk membantunya mengerjakan ringkasan materi dari Bu Lusi. Begitulah Sandyakala, dia yang paling sering menjahili Arunika, tapi dia yang paling tidak tega kalau Arunika mengalami kesulitan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments