HANDPHONE ARUNIKA

POV SANDYAKALA

[Sandy marah ya?] isi chat WA Arunika

[hmmm...] singkat aku balas biar Arunika panik. Dalam hatiku tertawa ngakak.

[Ya sudah, besok pagi Sandy sarapan di sini deh. Nanti Nika minta bunda buatin nasi goreng sosis dan susu coklat] dia mulai merayu. Pasti ada maunya.

[Nggak mempan disogok] pura-pura ngambek ahhh, biar sogokannya nambah siapa tau mau ditambahin telor ceplok.

[Ya sudah kalau nggak mau] Balasan Arunika ini malah membuat aku jadi panik. Aduh kok bisa begitu?

[Nika mau tidur dulu] lanjut chatnya.

Aduh, kenapa Arunika malah mau tidur? Nggak dinegonya aku?

[Nggak jadi minta maaf?] ku pancing Arunika supaya mau buka penawaran.

[Ya, maaf, tapi besok temani Nika ya] balasnya sangat cepat. Nah, apa ku bilang. Arunika pasti ada maunya.

[Sandyakala yang anda tuju sedang tidur, cobalah besok pagi] Kubalas dengan candaan. Bisa aku bayangkan, Arunika pasti marah-marah tapi ketawa gemes.

...****************...

POV Arunika

Sandy selalu begitu. Tiap kali aku serius dia selalu saja bercanda. Tapi ya tetap saja aku akan siapkan sarapan untuk dia besok. Biarpun banyak bercandanya Sandy selalu berusaha menemaniku. Ya, rencananya besok aku mau ke Gramedia. Aku baru tahu ada buku yg mengangkat kisah dari sisi Rahwana dan Kurawa.

[mau cari buku apa?] tiba-tiba chat masuk dari Sandyakala. Tau saja dia kalau mau aku ajak cari buku.

[Ada, pokoknya buku baguslah] balasku cepat

[Checkout saja di shopee] Saran Sandy yang membuat aku menghela napas

[Sekalian jalan-jalan. Siapa tau ada buku lain yang juga bagus] balasku ditambahi emoticon marah

[Iya deh, tapi jangan lupa nasi goreng sosis pakai telor ceplok] cepat juga Sandy membalas chat, pasti sudah disiapkan dari tadi.

[Sendiko dawuh ndoro] balasku dengan senyum semangat.

Selalu begitu, walaupun aku belum mengungkapkan kemauanku Sandy selalu menebaknya dengan benar. Aku sudah tidak sabar menunggu besok karena perginya bersama Sandy. Ayah tidak akan menyelidiki penuh curiga. Jadi biarpun perginya seharian, ayah tidak akan menyambut dengan wajah cemberut. Aku lalu membuka laptopku, mulai browsing mencari sinopsis dan review mengenai buku yang ingin aku beli besok. Handphone ku berbunyi. Pasti Sandy mau nambah daftar sarapannya. Mungkin dia kirim chat tapi tidak kunjung aku baca lalu dia menelpon.

"Iya Sandy, nggak usah memanfaatkan kesempatan ya" kataku sambil terkekeh.

"Nika ?" suara laki-laki di seberang, tapi itu bukan suara Sandyakala.

"Iya, ni siapa ya?" kataku lalu melihat identitas penelpon, itu hanya nomer baru, tidak ada nama Sandyakala di sana.

"Aku Jeevan, kamu belum tidur?"jawabnya.

"Oh, Jeevan. Ini mau tidur, aku sudah mulai ngantuk" jawabku berbohong. Aku mulai gugup, tidak ada laki-laki yang pernah menelpon ataupun chat denganku selain Sandyakala.

"Ya, sudah. Selamat tidur Nika" kata Jeevan lalu menutup telponnya.

Aku menghembuskan napas lega. Pasti Sandyakala yang memberikan nomerku kepadanya. Bukankah mereka serumah sekarang? Pasti Sandyakala senang mempermainkanku dan membuat aku gugup seperti ini.

[Sandy, jangan sembarang ngasih nomer Nika ke orang lain dong] gegas aku mengirimkan pesan ke Sandy. Lumayan lama aku menunggu tak kunjung dibalas. Aku lalu mengirim pesan ke Mama Naomi

[Ma, Sandy mana? WA Nika dianggurin ni] ketikku

[Sepertinya sudah tidur, da pa sayang?] balas Mama Naomi

[Besok Nika minta ditemani Sandy cari buku, tolong diingatkan ya, ma] pintaku

[OK sayang]

Ku tutup handphone ku. Mungkin Sandyakala sudah benar-benar tidur. Sebaiknya besok saja aku menanyainya.

...****************...

Aku terbangun saat jam menunjukkan pukul 05.30. Aku memeriksa handphoneku. Ternyata WA yang aku kirim ke Sandyakala belum juga bluetick. Mungkin Sandyakala belum bangun. Ya biasanya kalau hari libur seperti ini dia bangun menjelang jam 7. Aku meletakkan kembali handphoneku di atas meja, membersihkan tempat tidurku lalu bersiap-siap untuk mandi. Saat menuju ke kamar mandi aku berpapasan dengan Bunda yang baru selesai mandi.

"Bund, nanti minta tolong buatkan nasi goreng sosis untuk Sandy ya, jangan lupa pakai telor ceplok" kataku sambil memeluk bunda

"Iya nona cantik," balas bunda sambil mencolek pipiku

Aku lalu bergegas mandi. Usai mandi aku lalu memeriksa handphone ku.

...****************...

POV SANDYAKALA

Mataku masih terasa lengket tapi aku harus memaksa membukanya. Ada nasi goreng sosis dan telor ceplok beserta susu coklat hangat yang menantiku di rumah sebelah. Seperti biasa, bangun tidur periksa handphone terlebih dahulu. Bingung dengan chat Arunika terakhir semalam. Aku pasti ketiduran sampai-sampai baru terbaca sekarang. Segera aku balas WA Arunika

[Apa sih Nika? Aku nggak pernah kasih nomermu ke siapapun]

[Terus semalam si Jeevan nelpon Nika dapat dari mana?] balas Arunika setelah 15 menit kemudian

[Mana ku tahu. Kenapa semalam kamu nggak tanya Si Jeevan?]

[Nika nggak ngobrol. Pas Jeevan telpon Nika bilang kalau Nika ngantuk udah mau tidur] balasnya sangat cepat mungkin sepersekian detik

[Nantilah ku tanya. Sarapanku sudah siap?]

[Baru dimasak] balas Arunika singkat.

Aku memutuskan untuk tidak membalas WA nya, nanti bisa panjang ceritanya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarmu

"San!" suara mama terdengar di balik pintu

"Sudah bangun" jawabku tapi masih setengah malas beranjak dari kasur

"Janjian sama Nika mau berangkat jam berapa?" masih suara mama semakin lama semakin keras.

Dengan malas aku turun dari kasur dan melangkah ke pintu.

"Siangan dong ma, kan tokonya buka jam setengah 10" jawabku sambil menongolkan kepala dari celah pintu yang sedikit ku buka. Mama malah menoyor kepalaku dengan lembut sambil beranjak pergi.

"Nanti Sandy sarapan sama bunda" kataku mengiring langkah bunda yang menuruni tangga.

"Baguslah! Nggak pusing mama mikirin menu makanmu." kata mama sambil tertawa.

Jam menunjukkan pukul 7 lebih saat aku selesai mandi. Aku sudah berjalan ke pintu saat Jeevan tiba-tiba memanggilku. Aku menoleh ke arahnya yang berlari kecil menyusulku.

"Mau ke mana?" tanya Jeevan

"Ke rumah sebelah," jawabku santai

"Ngapain?" tanyanya menyelidiki

"Ngapain?! Pertanyaan yang aneh." balasku sambil mengernyitkan kening.

Aku lalu mengayunkan langkahku. Si Jeevan ni lama-lama mengganggu. Selalu kepo dengan urusanku.

"San, aku ikut ya" teriak Jeevan saat aku mulai menjauh darinya. Aku menghentikan langkahku lalu sekali lagi menoleh kepadanya.

"Mandi dululah. Belum mandi kok sudah keluyuran" jawabku.

Aku lalu meneruskan langkahku meninggalkan Jeevan yang seolah terbengong dengan jawabanku. Namun tiba-tiba Jeevan sudah di sampingku dengan aroma wangi cokelat khas Jeevan. Tanpa basa-basi aku langsung menuju ke ruang makan. Dan Jeevan seperti sebelumnya mengikutiku yang nyelonong dengan sedikit ragu.

Tidak ada ayah dan bunda di sana namun makanan sudah tertata rapi di meja sesuai permintaanku. Arunika berjalan santai menuju meja makan dengan rambutnya tergerai indah. Sekilas matanya menatap Jeevan yang berjalan di belakangku.

"Kok sepi?" tanyaku sambil duduk di tempat biasanya

"Ayah nyusul papa ke luar kota. Bunda ikut." jawab Nika

"Oo, kok Nika nggak ikut?" lanjut aku bertanya

"Malas" jawabnya singkat.

"Eeemm. Jeevan juga mau ikut sarapan di sini?" kata Arunika dengan sedikit canggung.

"Bukan, aku tadi hanya menemani Sandy. Aku nggak tahu kalau dia mau sarapan di sini" jawab Jeevan

"Kamu bukan menemani aku, Van. Tapi mengikuti" tegasku sambil memasukkan suapan nasi goreng ke mulutku.

"Jangan gitulah Sand, nadanya seperti nggak ikhlas kalau Jeevan di sini" tegur Arunika.

"Duduk dulu Van, aku ambilkan nasi goreng buat kamu" kata Arunika

Arunika lalu berdiri menuju ke dapur sementara Jeevan dengan malu-malu duduk di depan ku.

"Kalau aku perhatikan kamu sering ya makan di sini. Ke sini juga main masuk-masuk aja. Nggak sungkan ya? Nggak sopan tau" tiba-tiba Jeevan berkomentar

Aduh, Jeevan ni mulutnya sudah seperti emak-emak, saingan julid sama netizen +62 tanpa tau keadaan sebenarnya. Tapi jujur aku sedikit emosi. Belum pernah ada yang berbicara seperti itu kepadaku. Aku menghentikan makan ku lalu menatap tajam ke arah Jeevan.

"Kalau kamu tidak suka, merasa sungkan dan tidak sopan, jangan ikuti aku. Pulang sana" kataku dengan sangat ketus.

Jeevan hanya diam seolah tidak percaya kalau aku mengatakan itu kepadanya. Tiba-tiba ada menepuk lembut pundakku.

"Jangan bilang begitu. Mungkin Jeevan merasa aneh. Belum terbiasa dia" kata Arunika menenangkanku.

Arunika meletakkan piring berisi nasi goreng dan segelas susu coklat hangat di depan Jeevan kemudian kembali duduk di sampingku. Lalu kami makan dalam keadaan hening. Tidak seperti biasanya, aku dan Arunika selalu heboh di meja makan. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring masing-masing

"Kamu tahu nomer Arunika dari mana?" tanyaku ke Jeevan memecahkan keheningan.

"Aku minta Tante Naomi" jawab Jeevan sedikit kaget dengan pertanyaanku yang tiba-tiba.

"Jangan telpon Arunika malam-malam, dia nggak suka" kataku tegas. Arunika malah menginjak kakiku isyarat aku harus diam.

"Tapi Arunika kan diam saja berarti nggak masalah kan?" jawab Jeevan seolah tidak mau kalah

"Diam ke kamu, aku yang diomeli. Dia pikir aku ngobral nomernya." jelasku sambil Arunika semakin keras menginjak kakiku.

"Udah dong Nika, kakiku sakit kamu injak-injak terus. Aku kan sudah bilang mau tanyakan ke Jeevan" kataku sedikit membentak.

Arunika kaget tapi kemudian dia tertawa tangan kanannya menutup mulutnya sedangkan tangan kirinya memukul pundakku. Aku melihat Arunika lalu ikut tertawa bersamanya. Jeevan malah tampak bingung dengan tingkah kami berdua.

"Iya, maaf ya Jeevan, aku memang nggak suka telpon-telponan kalau bukan hal yang darurat. Kamu perlu apa-apa kamu chat saja" kata Arunika menjelaskan.

"Tapi kenapa?" tanya Jeevan seolah tidak terima.

"Karena Arunika suka membaca, tidak suka banyak bicara" tambahku dan aku mendapat cubitan dari Arunika.

"Oh iya, nanti jadi. Kata bunda kita berangkatnya pakai taxi online aja" kata Arunika menggebu-gebu.

"Baiklah nona, nanti tolong pilihin aku buku ya" balasku

"Sandy mau beli buku? tumben! Buku apa?" sambut Arunika seolah tidak percaya.

"Buku gambar. Pilihin yang covernya lucu ya. Jangan hello Kitty tapi" jawabku sambil menahan tawa

Arunika malah melirikku sinis. Pasti dalam hatinya sudah menyesal terpancing dalam jokes ku. Dan aku tertawa terbahak-bahak.

"Udah, pulang sana siap-siap.Nanti biar Nika yang ke rumah Sandy" kata Arunika ketus.

Aku lalu berdiri diikuti oleh Jeevan.

"Jangan lupa cuci piring sebelum pergi" ledekku dan berlari menjauh sebelum terkena cubitan atau pun pukulan dari Arunika.

Episodes
1 PROLOG
2 LIMA BELAS TAHUN KEMUDIAN
3 JENJANG BERIKUTNYA
4 RUMAH SEBELAH
5 LUAHAN HATI
6 HANDPHONE ARUNIKA
7 HARI BERSAMA ARUNIKA
8 MEMULAI KISAH
9 RASA INI
10 BIMBANG
11 SALAH PAHAM
12 ISI HATI SANDYAKALA
13 CAFE
14 KISAH SANDYAKALA
15 KISAH KANAYA
16 SAYEMBARA HATI
17 RENCANA ASMARA
18 ARUNIKA SAKIT
19 RENCANA BABAK DUA
20 PERSIAPAN
21 RENCANA KANAYA
22 KEPUTUSAN SANDYAKALA
23 PENEMBAKAN
24 MERAWAT KANAYA
25 KEGELISAHAN HATI
26 TRAGEDI CINTA KANAYA
27 SEMBUNYI
28 BERTEMU SANDYAKALA
29 PERMINTAAN KANAYA
30 KEKECEWAAN.
31 MISI ABHI
32 KERINDUAN
33 SIDANG SANDYAKALA
34 SEDIKIT TENANG
35 KADO ULANG TAHUN
36 SOLUSI KANAYA
37 JALAN TERBAIK KANAYA
38 YANG PERTAMA
39 AWAL BABAK BARU
40 SIDANG KEDUA
41 ASLAN
42 BERTEMU ASLAN
43 KETURUNAN TERAKHIR
44 MERAWAT ABHI
45 KEPUTUSAN ARUNIKA
46 PERNIKAHAN
47 KEHILANGAN
48 BUKU HARIAN-Bagian 1
49 BUKU HARIAN - Bagian 2
50 LEPAS BERKABUNG
51 BUKU HARIAN-Bagian 3
52 PERTEMUAN KEMBALI
53 DARI HATI
54 Buku Harian - Bagian keempat
55 MENJALANKAN WASIAT
56 KANAYA KEMBALI
57 STRATEGI KANAYA
58 BUKU HARIAN - Bagian kelima.
59 BERUSAHA TEGAR
60 RENCANA LANJUTAN KANAYA
61 KISAH DARI ARUNIKA
62 USAHA KANAYA
63 MEMATAHKAN KANAYA
64 MELULUHKAN KANAYA
65 KANAYA MASIH MENCOBA
66 ORANG DALAM
67 SAYANG AbI
68 DISKUSI
69 SEMUR AYAM
70 ARUNIKA MASUK PT
71 HANYA ARUNIKA
72 KEPUTUSAN BU WENING
73 PINDAH RUMAH
74 KANAYA BERULAH (LAGI)
75 TERIMA KASIH KAK WIDURA
76 PAPA TERBAIK
77 INILAH CINTA
Episodes

Updated 77 Episodes

1
PROLOG
2
LIMA BELAS TAHUN KEMUDIAN
3
JENJANG BERIKUTNYA
4
RUMAH SEBELAH
5
LUAHAN HATI
6
HANDPHONE ARUNIKA
7
HARI BERSAMA ARUNIKA
8
MEMULAI KISAH
9
RASA INI
10
BIMBANG
11
SALAH PAHAM
12
ISI HATI SANDYAKALA
13
CAFE
14
KISAH SANDYAKALA
15
KISAH KANAYA
16
SAYEMBARA HATI
17
RENCANA ASMARA
18
ARUNIKA SAKIT
19
RENCANA BABAK DUA
20
PERSIAPAN
21
RENCANA KANAYA
22
KEPUTUSAN SANDYAKALA
23
PENEMBAKAN
24
MERAWAT KANAYA
25
KEGELISAHAN HATI
26
TRAGEDI CINTA KANAYA
27
SEMBUNYI
28
BERTEMU SANDYAKALA
29
PERMINTAAN KANAYA
30
KEKECEWAAN.
31
MISI ABHI
32
KERINDUAN
33
SIDANG SANDYAKALA
34
SEDIKIT TENANG
35
KADO ULANG TAHUN
36
SOLUSI KANAYA
37
JALAN TERBAIK KANAYA
38
YANG PERTAMA
39
AWAL BABAK BARU
40
SIDANG KEDUA
41
ASLAN
42
BERTEMU ASLAN
43
KETURUNAN TERAKHIR
44
MERAWAT ABHI
45
KEPUTUSAN ARUNIKA
46
PERNIKAHAN
47
KEHILANGAN
48
BUKU HARIAN-Bagian 1
49
BUKU HARIAN - Bagian 2
50
LEPAS BERKABUNG
51
BUKU HARIAN-Bagian 3
52
PERTEMUAN KEMBALI
53
DARI HATI
54
Buku Harian - Bagian keempat
55
MENJALANKAN WASIAT
56
KANAYA KEMBALI
57
STRATEGI KANAYA
58
BUKU HARIAN - Bagian kelima.
59
BERUSAHA TEGAR
60
RENCANA LANJUTAN KANAYA
61
KISAH DARI ARUNIKA
62
USAHA KANAYA
63
MEMATAHKAN KANAYA
64
MELULUHKAN KANAYA
65
KANAYA MASIH MENCOBA
66
ORANG DALAM
67
SAYANG AbI
68
DISKUSI
69
SEMUR AYAM
70
ARUNIKA MASUK PT
71
HANYA ARUNIKA
72
KEPUTUSAN BU WENING
73
PINDAH RUMAH
74
KANAYA BERULAH (LAGI)
75
TERIMA KASIH KAK WIDURA
76
PAPA TERBAIK
77
INILAH CINTA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!