Dengan langkah sedikit malas Arunika menginjakkan kakinya ke rumah Sandyakala. Arunika membuka pintu ruang utama sambil berteriak "Ma, mama !"
"Masuk rumah itu ketok pintu dulu, ucap salam dulu, jangan langsung teriak" kata Sandyakala yang tiba-tiba datang dari belakang Arunika sambil menarik rambut Arunika yang dikucir kuda yang dibalas Arunika dengan menginjak kaki Sandyakala.
"Ada ?" tanya Arunika yang mengabaikan Sandyakala yang pura-pura kesakitan.
"Nggak, mama baru di dapur" jawab Sandyakala
"Itu namanya ada " kata Arunika mulai sewot sambil menepuk dahinya.
"Nggak ada di sini, tapi ada di dapur" Sandyakala tetap mengotot.
"Terserah, terserah, terserah!" seru Arunika sambil melangkahkan kakinya ke arah dapur.
Sampai di dapur bukan Naomi yang ditemui Arunika, tapi seorang lelaki seumurannya dengan secangkir kopi di tangannya. Dia memakai atasan berwarna putih polos, dengan potongan rambut gaya Messy quiff, tubuhnya juga wangi aroma coklat. Arunika bingung antara mau pergi dari situ atau menyapa lelaki itu.
"Ya?" katanya sambil menatap Arunika sangat lekat.
"ehhmm, Mama ada??" tanya Arunika sedikit gugup.
"Mama? Kamu siapa?" tanya lelaki itu menyelidiki
"Mama Naomi ada?" tanya Arunika lagi semakin gugup.
"Anak Tante Naomi bukannya cuma Sandy?" tanya lelaki itu kebingungan.
"Ini Nika, udah seperti anak mama. Kesayangan.' tiba-tiba Sandyakala muncul sambil meletakkan tangannya di atas kepala Arunika "Nika, ini Jeevan sepupuku" lanjut Sandyakala.
"Oo" kata Arunika tanda mengerti sambil menyingkirkan tangan Sandyakala. Tapi Sandyakala malah menarik rambut Arunika.
Jeevan mengulurkan tangannya sambil tersenyum ke arah Arunika. Arunika menyambut jabat tangan Jeevan.
"Hai" kata Jeevan
"Hai, aku mau cari mama dulu." balas Arunika lalu berbalik siap-siap pergi.
"Tante tadi pergi ke luar, mau ke minimarket katanya. Beli kebutuhan dapur." jelas Jeevan yang membuat langkah Arunika tertahan.
"Kok tadi Sandy bilang mama di dapur?" kata Arunika sambil melotot ke arah Sandyakala.
"Ya, aku asal jawab aja.Kan Nika tau, aku juga tadi dari luar" jawab Sandyakala
"Ya kan harusnya bilang tidak tau!" Arunika menjawab semakin gemes sambil menarik telinga Sandyakala.
"Ikut Nika sekarang!" Kata Arunika sambil berjalan cepat namun tetap menarik telinga Sandyakala.
"Iya. Tapi ini lepasin. Memangnya kita mau ke mana?" teriak Sandyakala kesakitan.
Arunika lalu melepaskan telinga Sandyakala. Ada sedikit penyesalan saat melihat Sandyakala benar-benar kesakitan karena ulahnya.
"Ya sudah, Sandy masuk sana!" kata Arunika sambil berlalu pergi.
Sandyakala hanya bisa menatap Arunika keheranan tapi akhirnya Sandyakala tersenyum. Pasti Arunika menganggap kalau Sandyakala menjebaknya dan membuat Arunika tergagap di depan Jeevan. Padahal saat itu Sandyakala juga sama sekali tidak tahu kalau Jeevan di dapur.
"Pacarmu manggil Tante Naomi dengan sebutan mama? Sepertinya mereka udah akrab ya?" kata Jeevan tiba-tiba.
"Pacar?! Nika bukan pacarku," kata Sandyakala sambil tertawa.
"Oh? lalu?" tanya Jeevan mulai penasaran.
"Kau tau? Kadang-Kadang keluarga sendiri seperti orang lain, dan orang lain seperti keluarga sendiri" balas Sandyakala dengan nada sendu.
"Apa?" tanya Jeevan kurang jelas
"Kabhi Kushi Kabhi Gam" Sandyakala malah membalas dengan menyanyikan potongan lagu dari film Bollywood.
"Ya, dia malah bahas Shahrukh Khan" Jeevan malah bergumam pelan sambil menggelengkan kepala.
"Ya itu lah Van, keluarganya itu entah siapa tapi sudah seperti keluarga sendiri" jawab Sandyakala sambil berjalan masuk ke dalam rumah disusul oleh Jeevan.
"Oh, rumahnya nggak jauh dari sini? Soalnya tadi dia ke sini jalan kaki kan?" Jeevan terus bertanya mengenai Arunika
"Iya, cuma di sebelah" jawab Sandyakala sambil menyalakan TV lalu duduk dengan santai dan memakan keripik kentang kesukaannya. Jeevan lalu duduk di dekat Sandyakala sambil menatapnya penuh semangat.
"Kalian sudah lama saling kenal?" tanya Jeevan lagi.
"Kenal seumur hidup" jawab Sandyakala sambil matanya fokus menonton TV dan mulutnya penuh dengan camilan.
"Sand, jangan bercanda" Jeevan mulai tidak sabar dan bersiap melontarkan pertanyaan berikutnya.
"Kamu itu tadi bikin pertanyaan atau pernyataan?" balas Sandyakala. "Kami itu sudah saling kenal dari lahir, bahkan dalam kandungan, bahkan lagi saat pernikahan orangtua kami" tambah Sandyakala menggebu-gebu.
Jeevan mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut karena rasanya semakin dia bertanya semakin dia dibuat bingung dengan jawaban Sandyakala yang menurutnya asal-asalan. Masih tergambar jelas bayangan Arunika dengan wajah manisnya, rambutnya yang sedikit berantakan dikucir kuda. Sayang sekali saat Jeevan ingin mengajaknya berbicara, Arunika sibuk dengan Sandyakala dan terkesan sedang terburu-buru. Tapi sudahlah. Bukankah Jeevan akan tinggal di sini 3 tahun ke depan untuk meneruskan sekolahnya. Kalau memang rumah Arunika hanya di sebelah pasti mereka akan sering bertemu.
"Nika tadi ke sini Sand?" lamunan Jeevan buyar karena Naomi yang entah kapan datang ke situ.
"I Ye A ya..iya" jawab Sandyakala
"Tadi Nika ada WA mama tapi mama baru buka ha pe" jelas Naomi. "Ya udah, mama ke rumah sebelah dulu mau ada urusan sama bunda" kata Naomi yang kemudian meninggalkan ruang keluarga.
Dalam hati Jeevan setengah menyesal. Harusnya tadi dia bisa menyela pembicaraan Naomi dan Sandyakala dan mengusulkan diri untuk ikut ke rumah Arunika. Bisa saja dengan alasan dia bosan di rumah terus. Jeevan masih sangat penasaran dan sungguh ingin mengenal Arunika lebih jauh, mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Pikiran Jeevan rasanya mulai ruwet gara-gara memikirkan Arunika. Tapi dia malu mengungkapkannya kepada Sandyakala melihat kelakuan Arunika dan Sandyakala tadi yang seperti Tom&Jerry.
Handphone Sandyakala berbunyi.
"Kantor polisi, ada yang bisa dibanting?" Kata Sandyakala dengan suara dibesar-besarkan
"Ya Nika ke sinilah, nanggung banget ni acara TV baru seru" kata Sandyakala "OK! OK! tapi nanti nunggu iklan." kata Sandyakala lagi sambil menutup panggilan.
"Astagah, kenapa sudah iklan?" teriak Sandyakala mengagetkan Jeevan.
"Ikut yuk Van, ke rumah sebelah. Sepertinya Nika butuh pertolongan Mermaidman dan Barnacle boy." Seru Sandyakala
Jeevan mengangguk sambil mengabaikan lelucon Sandyakala. Jeevan terlalu sibuk dengan perasaannya yang tidak karuan, mana sempat untuk menanggapi candaan Sandyakala. Jeevan lalu berdiri. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Dengan semangat Jeevan melangkah ke arah pintu tapi anehnya Sandyakala malah berjalan menuju kamarnya.
"lho, Sand?! mau ke mana?!" tanya Jeevan keheranan
"Ganti celana dulu, iya kali pergi-pergi cuma pakai boxer." jawab Sandyakala sambil menutup pintu kamar.
Jeevan terpaksa menunggu. Kalau ikut kata hati ingin sekali Jeevan ke sana sendiri saja. Tapi apa daya Jeevan bahkan belum tau yang dimaksud rumah sebelah. Itu di mana?
Dua sepupu itu lalu berjalan keluar rumah. Setelah melewati pagar, mereka lalu belok kiri. Sandyakala langsung masuk ke rumah itu tanpa permisi membuat Jeevan ragu-ragu untuk mengikuti langkahnya.
"Sand, nggak ketok pintu dulu kah? atau permisi dulu gitu?" tanya Jeevan keheranan.
"Nggak usah." jawab Sandyakala santai.
Dia lalu mengetuk pintu kamar yang dihiasi wayang kulit. Ada tokoh punakawan dan satu buah gunungan di tengah-tengahnya dan sebuah tulisan dengan aksara Jawa.
"Kamar siapa Sand?" tanya Jeevan
"Kamar Nika, ini tulisan Jawa bacanya Arunika" jawab Sandyakala
"Sok tau aahh" kata Jeevan sambil tertawa kecil.
"Iya, kata Nika begitu." Sandyakala mencoba meyakinkan Jeevan.
Kemudian pintu kamar terbuka lalu keluarlah Arunika sambil memeluk laptopnya. Dia memakai kacamata yang menambah manis wajahnya. Sandyakala lalu berjalan menuju ke halaman belakang. Ada semacam ruang terbuka hijau dan di situ ada meja dan rak buku yang menempel di dinding yang berisi sangat banyak buku. Walaupun Sandyakala bebas keluar masuk rumah ini, tapi tidak pernah sekalipun Sandyakala masuk ke kamar Arunika. Di halaman belakang itulah tempat mereka selalu menghabiskan waktu. Tidak lama kemudian Arunika tiba di tempat itu disusul Jeevan.
"Jadi?" tanya tanya Sandyakala.
"Kita harus bahas mau daftar ke SMA mana. Ini aku ada browsing beberapa" jawab Arunika yang lantas membuka laptopnya lalu duduk di sebelah Sandyakala.
"Kalian mau daftar di sekolah yang sama?" tanya Jeevan
"Iya" jawab Arunika singkat sambil menundukkan kepala karena malu dan berpura-pura fokus ke laptop.
"Aku sekalian sajalah daftar di sekolah yang sama dengan kalian" usul Jeevan
"Kan kamu mau ke STM?" tanya Sandyakala menegaskan
"Setelah aku pikir-pikir sepertinya lebih menyenangkan kalau ada teman." jelas Jeevan.
"Ya, tapi kamu harus tanya orangtuamu dulu" saran Sandyakala.
"Ya, bisa diaturlah itu" jawab Jeevan santai.
Mereka bertiga lalu larut dalam kesibukan memilih sekolah yang mereka inginkan. Kadang mereka tegang, berdebat dan mempertahankan ego masing-masing, kadang mereka bercanda berusaha mencairkan suasana. Sampai hari menjelang senja dan mereka belum sepakat tapi Sandyakala dan Jeevan harus pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments