CRAZY RICH DADDY (Secret After Lie)
Joanna meletakkan tas kecil di atas kepala untuk melindunginya dari gerimis yang mulai turun. Sesekali, dia melihat arloji di tangan kirinya, mengecek berapa banyak menit ia terlambat.
Clap. .
Clap. .
Clap. .
Langkah kaki itu meninggalkan bekas di genangan air sisa hujan kemarin. Berlari menembus keramaian menuju kafe tempatnya membuat janji dengan sahabat baiknya yang berprofesi sebagai seorang dokter.
Setelah berlari kurang lebih selama dua menit, sampailah dia di kafe tempat mereka biasa bertemu. Matanya mencari-cari keberadaan Alexa disetiap sudut ruangan. Blink, Joanna mengedipkan salah satu matanya ketika pandangannya dan Alexa saling bertemu.
"Apa sih yang dilakukan perempuan senewen itu," gerutu Alexa lirih dengan menyangga dagu.
"Maafkan aku, Princess Alexa. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku sebelum menemuimu," jelas Joanna sambil menundukkan setengah badannya kemudian duduk di depan Alexa.
"Hentikan tingkah konyolmu itu. Aku tidak terkejut dengan kedatanganmu yang selalu terlambat. Aku sudah terbiasa dengan itu," jawab Alexa sambil mengaduk jus miliknya.
"Kau memang selalu pengertian seperti biasanya," puji Joanna dengan senyuman tipis yang mulai mengembang. Kemudian menyeruput minuman yang sudah dipesan sebelumnya oleh Alexa tanpa sungkan.
Alexa memperhatikan Joanna dengan teliti. Joanna Samantha, setidaknya itulah nama gadis yang sedang duduk di hadapannya sekarang ini.
Alexa bertemu dengan gadis itu kurang lebih 5 tahun yang lalu. Saat itu, Alexa hampir menabrak Joanna yang berjalan di jalanan yang sepi dan gelap. Cuaca malam itu sangat dingin karena hujan mengguyur kota sejak sore. Alexa yang memiliki kepribadian penyayang dan baik hati tentu tidak tega membiarkan seorang wanita berjalan sendirian di tengah derasnya hujan. Terlebih saat melihat wanita itu memeluk sesuatu yang ternyata adalah bayi laki-laki yang sepertinya baru saja dilahirkan. Tanpa memikirkan apapun lagi, Alexa pun membawa keduanya ikut bersamanya.
Sesampainya di rumah, Alexa segera menyuruh wanita asing itu membersihkan diri dan mengganti pakaian yang basah dengan pakaian kering yang sudah Alexa siapkan. Sementara bayi mungil yang tadi, Alexa terlebih dulu mengantarkannya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Kata dokter, Bayi itu butuh dirawat di rumah sakit setidaknya dua minggu untuk mengembalikan kesehatannya.
"Siapa namamu?" tanya Alexa setelah gadis itu selesai berganti pakaian.
Gadis tidak menjawab pertanyaan Alexa, dia terlihat ketakutan dan linglung. Melihat hal itu, Alexa segera menariknya ke pelukannya, juga memegang erat jari-jarinya yang gemetaran. "Jangan takut!"
Gadis itu sedikit tenang setelah beberapa saat. Tapi dia masih tidak menjawab pernyataan Alexa meski Alexa mengulanginya beberapa kali.
"Aku tidak tahu." Hanya kata itulah yang keluar dari mulutnya ketika Alexa hampir menyerah untuk bertanya.
Alexa tertegun mendengar penuturan wanita yang ditemukannya di jalanan. Mata gadis itu menyiratkan kesakitan juga kesedihan yang mendalam. "Apa yang sebenarnya terjadi denganmu sampai kau melupakan ingatanmu?" tanya Alexa sambil menyibakkan poni yang menutupi matanya.
Gadis itu meringis menahan sakit dengan menggigit bibirnya. Di balik poni itu, Alexa melihat ada bekas luka yang belum mengering sempurna. Melihat bekas luka itu, Alexa pun mengikuti nalurinya sebagai seorang mahasiswi kedokteran untuk segera memeriksa seluruh tubuhnya. Mata Alexa terbelalak ketika melihat beberapa luka memar baru dan lebam-lebam di sekujur tubuhnya.
"Oh Tuhan! Siapa yang tega melakukan ini padamu?" pekik Alexa sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.
Sekali lagi gadis itu hanya terdiam tanpa ekspresi, dia hanya menatap Alexa dengan tatapan mata getir. Ada kesedihan yang terpendam dibalik tatapan mata yang sayu.
"Nona Alexa, kami menemukan ini di pakaian basah milik Nona ini," lapor seorang maid.
Alexa mendapati sebuah benda mirip liontin tua. Alexa membuka liontin itu. Tidak ada apapun di dalamnya, hanya sebuah inisal berawalan 'J' yang tertulis disana.
"Apakah namamu berinisial J? Tapi ini tidak cukup. Baiklah, mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan nama Joanna. Joanna Samantha adalah namamu selama kau belum bisa mengingat namamu yang sebenarnya. Apa kau setuju?" tanya Alexa dengan mengulas senyum.
"Aku Joanna?" tanya gadis itu ragu.
"Ya, namamu Joanna," jelas Alexa kemudian memeluk Joanna dengan erat.
Hari demi hari di lalui Joanna di rumah Alexa. Beberapa maid selalu mengajak Joanna berbicara agar dia tidak kesepian saat Alexa sedang tidak ada di rumah. Tentu saja, itu atas permintaan Alexa. "Kalian sering-seringlah mengajaknya berbicara, jangan sampai dia kesepian. Sepertinya dia sedang mengalami trauma berat sebelum mengalami kecelakaan. Aku mohon kerjasama dari kalian semua saat aku tidak di rumah," ujar Alexa kepada maidnya sebelum pergi.
"Kami mengerti, Nona! Kami akan sering berinteraksi dengan Nona Joanna," jawab beberapa maid bersamaan.
Joanna pun membiasakan diri berbaur dengan beberapa maid yang bekerja di rumah itu. Mereka cepat akrab, bahkan sekarang Joanna sudah mulai berani berekspresi dan mulai berbicara.
Beberapa maid itu pun senang dengan perkembangan Joanna selama Alexa pergi. Joanna bahkan tidak ragu untuk membantu pekerjaan maid itu meskipun mereka melarangnya. Dilihat dari penampilannya, seharusnya dia bukan gadis biasa. Setidaknya, mungkin Joanna adalah anak orang kaya yang melupakan ingatannya.
Sementara Alexa, dia bukan pergi tanpa tujuan, dia pergi mencaritahu identitas Joanna yang sesungguhnya disela-sela kesibukannya sebagai mahasiswi. Dia tidak sendirian. Karena dia ditemani Arthur, pria yang dikencaninya sejak setahun yang lalu. Tapi, selama dua minggu ini tidak ada apapun yang berhasil dia temukan.
.
.
.
"Seharusnya bayi kecil itu sudah sehat sekarang, kita bisa memberikannya ke panti asuhan setelah ini. Mereka pasti merawat bayi itu dengan baik, kau jangan khawatir," ucap Alexa selama berjalan di koridor rumah sakit.
Joanna dan Alexa berhenti di depan ruangan. Mereka bisa melihat bayi mungil itu dari balik kaca. Bayi itu sepertinya sudah sehat, sama seperti perkiraan dokter.
"Kalian akan menjemputnya hari ini, kan?" tanya seorang dokter yang menghampiri mereka.
"Benar, dokter. Bisakah kami melihatnya?" tanya Alexa.
"Tentu saja," jawab dokter mempersilahkan Alexa dan Joanna.
Kedua perempuan itu pun masuk ke ruangan, bayi itu menangis. Kemudian seorang suster mencoba menenangkan dengan menggendongnya. Tapi, bayi itu malah menangis semakin keras.
"Lihatlah, dia sangat tampan, dia pasti haus!" seru Alexa bahagia.
"Tapi dia baru saja minum susu," jawab suster.
"Mungkinkah dia tidak nyaman karena popoknya basah?" tanya dokter.
"Popoknya baru di ganti 10 menit yang lalu," jawab suster.
Entah kenapa, Joanna merasa tersentuh mendengar tangisan bayi itu. Nalurinya mengatakan untuk mendekati bayi itu. Beberapa hari yang lalu, bayi itu sangat pucat selama berada di dekapannya. Tapi hari ini, bayi itu sudah berwarna kemerahan, selain itu dia juga terlihat sangat sehat.
Joanna tersenyum, dia tidak bisa membohongi perasaannya bahwa dia menyukai bayi itu. Dia menjulurkan salah satu jarinya, dan bayi itu menggenggam erat jari milik Joanna. Anehnya, bayi itu berhenti menangis.
Beberapa orang di sekitar mereka terkejut, sementara Joanna semakin mendekat. "Bolehkah aku menggendongnya?" tanya Joanna dengan mata berbinar.
"Tentu saja, kurasa dia menyukaimu!" jawab suster.
Joanna menggendong bayi itu dengan lembut, menimang-nimang tubuh mungil yang kini ada di dekapannya. Bayi itu memberinya perasaan yang hangat dan familiar. Sangat mengejutkan ketika bayi itu tertidur pulas di pelukan Joanna beberapa saat kemudian.
"Aku tidak ingat apapun, tapi aku pikir mungkin aku adalah ibunya," kata Joanna sambil memegang jari-jari kecil bayi itu.
Dokter melirik ke arah Joanna, melihat naluri keibuan Joanna juga fakta bahwa bayi itu begitu nyaman dengan Joanna. Mungkin, bayi itu sudah menganggap Joanna sebagai ibunya.
"Alexa, maafkan aku! Aku pikir aku tidak akan memberikannya ke panti asuhan. Aku ingin membesarkannya sendiri," ujar Joanna kepada Alexa dengan mata berbinar.
Penuturan Joanna membuat Alexa, dokter dan suster terkejut. "Apa kau yakin mau merawatnya? Keadaanmu yang sekarang masih belum memungkinkan untuk merawat seorang bayi," ujar dokter.
"Tak masalah jika kau ini ibunya, tapi pikirkan bagaimana caramu membesarkannya. Kau sendirian, kau juga belum begitu pulih dari luka-lukamu," seru suster.
Joanna terdiam, benar kata mereka. Dia belum pulih dan tidak mengingat apapun. Terlebih lagi dia tidak memiliki pekerjaan. Joanna menunduk dengan tatapan nanar, apakah tidak ada cara lain untuk tetap bersama bayi manis ini?
Dokter, suster dan Alexa pun juga sama.
Alexa tidak tega melihat perubahan mimik di wajah Joanna. Baru kali ini Alexa melihat Joanna terlihat bersemangat. Alexa tidak ingin menghancurkan keinginan Joanna begitu saja. Lagipula, bayi itu sudah bersama Joanna saat dia menemukannya, jadi bukankah lebih baik begitu untuk seterusnya?
"Joanna, kau bisa tinggal di rumahku. Aku bersedia membantumu merawatnya sampai kau pulih, bagaimana?" tawar Alexa.
Alexa tidak memikirkan banyak hal. Dia tidak berpikir bagaimana cara Joanna membesarkan bayi itu tanpa memiliki pekerjaan, yang dia pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar Joanna bisa tinggal dengan bayi itu. Soal uang, dia akan membantunya sebisa mungkin. Siapa tahu, dengan bayi itu tinggal dengannya, Joanna perlahan akan mengingat siapa dirinya sebenarnya.
Tapi, lima tahun telah berlalu dan Joanna masih tidak mengingat apapun. Joanna bahkan sudah meninggalkan rumahnya sejak empat tahun yang lalu. Dia kini sudah memiliki toko kue yang dia beri nama Xiao O. Xiao O adalah panggilan sayang Joanna kepada putranya yang kini berusia lima tahun. Sedangkan nama aslinya adalah Oskar, Oskar Samantha.
.
.
.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Joanna ketika menyadari Alexa melamun saat memandangi dirinya.
"Oh, tidak. Aku hanya ingin bilang, berhenti memanggilku dengan sebutan princess. Kaulah yang sebenarnya princess, hanya saja sekarang berubah menjadi upik abu karena kau tidak meluangkan sedikitpun waktu untuk merawat tubuhmu," jawab Alexa terus terang.
Alexa masih sangat ingat, meskipun Joanna penuh luka saat itu, tapi Joanna adalah gadis cantik dengan proporsi tubuh yang sempurna. Badan yang tinggi semampai, lingkar pinggang yang kecil. Mata yang besar juga ukuran dada dan bagian belakang yang cukup untuk menarik iri setiap wanita.
"Ah kau benar. Aku sangat sibuk belakangan ini," jawab Joanna tanpa dosa.
"Sesekali, saat Xiao O menghabiskan waktunya bersamaku, pergilah ke salon untuk merawat diri," saran Alexa.
"Aku tidak bisa jauh dari Xiao O. Bagaimana bisa aku pergi ke salon dan membiarkannya tinggal bersamamu? Orang-orang akan berpikir dia anakmu, bukan anakku."
"Terserah kau sajalah, kau memang keras kepala. Mungkin, kepalamu itu terbuat dari batu." Begitulah Joanna, dia selalu memberikan alasan yang sama ketika Alexa menasehatinya.
"Jadi, kenapa kau memintaku untuk menemuimu hari ini?" tanya Joanna.
"Aku ingin memberikanmu ini," ujar Alexa dengan menyodorkan sebuah map kepada Joanna.
"Apa ini?" tanya Joanna.
"Hasil pemeriksaan rutin milik Xiao O," jawab Alexa singkat.
Deg. .
Raut wajah Joanna berubah seketika. Melihat perubahan yang sangat drastis dan di dramatis itu, Alexa segera memukul kepala Joanna dengan map itu. "Tidak usah berekspresi menjengkelkan seperti itu. Xiao O baik-baik saja. Tidak ada masalah apapun dengan kesehatannya," jelas Alexa panjang lebar.
"Alexa, kau mengagetkanku saja. Aku hampir mati barusan, aku pikir ada masalah dengan kesehatan putraku yang tampan," ujar Joanna berbunga-bunga. Matanya membulat seperti mata kucing yang meminta pelukan.
"Satu-satunya masalah Xiao O adalah otaknya," lanjut Alexa.
"Apa, ada apa dengan otak anakku?"
🍑
Bonus Visual
JOANNA SAMANTHA
LOUISE MATTHEW
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Mugiya is back
hadir.
2022-12-02
0
@Kristin
kasian Johana sabar y ndok😚
2022-10-25
0
@Kristin
mampir Thor sudah aku favorit kan juga 🥰
2022-10-20
1