Joanna sibuk menghias sebuah kue ulang tahun di sebuah dapur toko miliknya. Dia tidak sendirian tapi ditemani oleh Bibi Diaz, wanita berusia setengah abad yang sudah dia anggap seperti orangtuanya sendiri.
Bibi Diaz adalah orang yang paling dituakan di tempat ini. Dia juga lah yang paling berjasa membantu Joanna sampai usahanya sampai sebesar ini bahkan juga memiliki cabang.
Selain mereka berdua, disisi yang lain juga ada beberapa orang yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Ada yang memeriksa oven, membuat adonan, ada yang memotong buah-buahan, memeriksa jumlah pesanan dan sebagainya.
Sementara di bagian depan, dua orang kasir sibuk melayani pembayaran pelanggan. Lalu beberapa orang lainnya lagi sibuk merapikan dan menyortir batas kadaluarsa kue-kue yang ada di etalase.
Membuat kue adalah kesibukan mereka sehari-hari. Toko yang dulunya sangat sederhana kini sudah lumayan berkembang. Pengunjung yang datang mengaku sangat puas dan akhirnya memilih untuk berlangganan. Tak jarang mereka memesan dalam jumlah besar untuk acara-acara tertentu.
Toko itu sendiri memiliki beberapa jenis kue best seller yang harus dipesan beberapa hari sebelumnya. Untuk harganya, ada beberapa yang sengaja Joanna sediakan dengan harga terjangkau. Di hari-hari tertentu Joanna juga mengadakan acara bagi-bagi kue secara gratis di jalanan, terutama untuk orang-orang yang membutuhkan.
"Sepertinya suasana hatimu sedang baik," tegur Bibi Diaz.
Joanna tidak berhenti tersenyum sejak pagi. Tepatnya setelah kembali dari acara pemotretan yang Oskar siapkan untuknya.
"Apakah terlihat jelas, Bi?" respon Joanna. Lamunannya terpecah karena teguran dari Bi Diaz.
"Dari tadi kau tidak berhenti tersenyum. Jadi, apa yang membuatmu sebahagia ini?" tanya Bi Diaz. Dia juga sibuk dengan kue yang lain ditangannya.
"Tentu saja karena Xiao O. Apalagi selain itu, Bi?" jawab Joanna.
"Oskar sudah semakin besar dan semakin pintar. Dia juga semakin mirip denganmu," goda Bibi Diaz.
Joanna yang secara tidak langsung mendapatkan pujian tersenyum lebar. "Tentu saja, dia kan anakku."
"Kau benar. Ngomong-ngomong, kapan pernikahan Alexa digelar?" tanya Diaz.
"Sekitar 2 bulan lagi," jawab Joanna singkat.
"Ingat, kita harus menyiapkan kue pernikahan terbaik untuk mereka. Kita akan membuat kue sebanyak tujuh susun spesial hanya untuk mereka. Bagaimana menurutmu?"
"Tentu saja aku setuju, Bi!"
"Lalu setelah itu, bukankah selanjutnya giliranmu?" goda Bibi Diaz. Dia tersenyum kemudian berlalu dengan membawa peralatan menghias kue kotor ditangannya.
Joanna menatap kepergian Bibi Diaz dengan senyuman merekah. "Aku sudah merasa sangat puas hanya dengan melihat Oskar tumbuh sehat dan bahagia. Aku tidak memerlukan yang lainnya lagi," batin Joanna.
Joanna kembali tersenyum, kali ini bukan karena godaan Bibi Diaz, tapi karena tingkah Xiao O saat pemotretan kemarin. Anak sekecil itu, dia lah yang memberikan arahan untuknya. Dia mengajari bagaimana caranya bergaya di depan kamera. Bagaimana caranya berekspresi, dimana harusnya Joanna meletakkan tangan atau memposisikan kakinya.
Joanna sangat geli mengingatnya. Sebenarnya bukan Joanna tidak bisa, hanya saja Joanna terlalu malu harus bergaya di depan orang banyak.
Seandainya hanya ada dirinya sendiri, sudah pasti Joanna berani melakukan pose yang lebih menawan dari kemarin. Tentang foto, sebenarnya Joanna memiliki begitu banyak foto pribadi yang belum dia tunjukkan kepada Oskar. Lagipula Oskar juga tidak pernah sembarangan meminjam ponselnya, jadi foto-foto itu masih tersimpan dengan aman.
"Xiao O, suatu hari mommy akan menunjukkan padamu apa yang dinamakan bergaya," kekeh Joanna.
.
.
.
Beberapa hari telah berlalu. Pagi-pagi sekali Oskar sudah meminta izin untuk pergi mengambil foto yang sengaja dia digandakan tanpa sepengetahuan Joanna.
Joanna sempat menawarkan diri untuk menemaninya tapi Oskar bersikeras untuk menolak. "Aku bukan anak kecil, mommy!" begitu alasannya.
Joanna tidak bisa berbuat apa-apa. Maka dia diam-diam menyuruh salah satu pegawainya untuk mengikutinya dari kejauhan. Tapi dasar bocah pintar, Oskar dengan mudah memergoki pegawai itu. Oskar segera berlari dan bersembunyi. Pegawai mengejar Oskar tapi Oskar telah hilang di persimpangan jalan.
"Tuhan, kenapa larinya cepat sekali!" keluhnya sambil menyeka keringat.
"Bibi, apa kau sedang mengikutiku?" tanya Oskar yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.
"Oskar kecil, ibumu sangat mengkhawatirkanmu."
"Orang dewasa sungguh merepotkan," keluh Oskar.
Oskar tidak kurang akal, dia memutar otaknya. Dia tidak ingin rencana besarnya ketahuan siapapun. Jadi dia berpura-pura sakit perut dan pergi ke toilet. Dia keluar dari toilet dengan menyelinap diantara keramaian orang, meninggalkan pegawai yang menungguinya di depan toilet.
Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, mungkin orang itu akan kembali kerumah dan melapor telah kehilangan jejak Oskar. Tapi Oskar tidak perduli, ini bukan pertama kalinya dia meninggalkan rumah. Seharusnya ibunya sudah paham dan tidak panik.
Setelah melanjutkan perjalanan selama sepuluh menit. Sampai juga Oskar di tempat tujuannya.
"Terimakasih, paman baik!" kata Oskar kepada seseorang yang membantunya menggandakan foto Joanna. Dia sudah membawa ratusan foto Joanna di dalam tas punggungnya.
"Jalanan sangat ramai, bagaimana kalau paman mengantarmu pulang?" tawar paman itu.
"Aku bisa pulang sendiri, terimakasih!" jawab Oskar dengan melambaikan tangannya.
Paman itu hanya geleng-geleng kepala. "Ah, anak jaman sekarang memang sangat pintar. Tapi kemana orangtuanya. Kenapa membiarkan anak sekecil itu berkeliaran sendirian?"
Oskar berniat kembali ke rumahnya. Dia menyusuri jalanan dengan santai. Sesekali dia menepi untuk minum air putih yang Joanna siapkan untuknya.
"Aku lapar," lirih Oskar sembari mengelus perutnya.
Kebetulan Oskar melihat sebuah restoran cepat saji dengan pengunjung yang cukup banyak. Tanpa pikir panjang dia pun langsung menghampiri kedai itu dan memesan makanan ringan.
Oskar memutar pandangan ke segala arah. Tidak ada tempat yang kosong disana. Tetapi di sudut ruangan dia melihat meja yang hanya berisikan satu orang pria dewasa. Oskar ragu, apa tidak apa-apa jika dia meminta izin untuk bergabung. Tapi dia ingat pesan mommy nya bahwa dia bisa menganggu privasi orang lain jika dia bergabung, terlebih untuk orang yang tidak dia kenal.
Oskar berbalik arah, dia sudah memutuskan untuk membungkus makanannya dan membawanya pulang.
"Anak kecil, apa kau butuh tempat duduk?" tanya seseorang dari belakang.
Oskar menoleh. Pria yang duduk sendirian itu sedang berbicara kepadanya.
"Kemarilah! Kau bisa duduk disini," lanjutnya.
"Benarkah?" tanya Oskar berbunga-bunga.
"Dimana orangtuamu? Panggil mereka untuk segera duduk disini, kebetulan paman sudah selesai," ujar pria itu.
"Tapi masih banyak makanan yang tersisa, paman harus menghabiskannya," jawab Oskar sambil melihat kearah meja.
"Paman bisa membungkusnya, lalu kau dan orangtuamu bisa memakai tempat duduknya."
"Tapi aku sendirian. Paman, bagaimana kalau kita makan bersama. Apa paman keberatan?" tanya Oskar.
"Sendirian?"
"Em," jawab Oskar mengangguk.
"Kalau begitu baiklah, sini paman akan membantumu."
Akhirnya pria itu meletakkan makanan Oskar di meja. Setelah itu membawa Oskar mencuci tangannya. Kemudian masih membantu Oskar duduk dan menyiapkan peralatan makannya dengan terampil. Pria itu memukul ringan kepalanya sendiri, sedikit geli rasanya melihat tingkahnya barusan. Iya, memperlakukan anak kecil seperti tadi adalah sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Tidak, lebih tepatnya ini adalah pertama kalinya bagi seorang Louise Matthew untuk melayani seseorang.
"Siapa namamu?" tanya Louise di sela-sela mereka makan.
"Oskar."
"Kenapa kau berkeliaran sendirian?" tanya Louise.
"Ini rahasia, sebenarnya aku sedang menyiapkan kejutan untuk mommy," jawab Oskar berbunga-bunga.
"Kenapa daddymu tidak pergi menyiapkannya bersamamu?" tanya Louise lagi.
"Daddy?" ulang Oskar.
"Iya, daddy."
"Apakah maksudnya Paman Arthur?" tanya Oskar polos.
"Paman Arthur?" tanya Louise tidak mengerti. Apa nama ayah anak ini adalah Arthur?
Apakah Arthur yang dimaksud Oskar adalah Arthur yang sama dengan sahabat lamanya. Tidak mungkin, dunia tidak sesempit itu bukan?
"Mommy dan Bibi Alexa bilang, Oskar bisa menganggap Paman Arthur sebagai daddyku," lanjut Oskar.
"Apa Paman Arthur itu pacar mommymu?" tanya Louise bingung.
"Bukan, Paman Arthur akan segera menikah dengan Bibi Alexa," jawab Oskar.
"Lalu dimana daddymu?"
"Mommy tidak pernah mengatakannya. Mommy tidak ingat apapun setelah aku lahir jadi melupakan daddy," jawab Oskar polos.
Louise tertegun mendengar penuturan Oskar. Dia merasa sedikit bersalah karena telah menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak dia tanyakan. "Maaf, paman tidak tahu."
"Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong siapa nama paman?" tanya Oskar.
"Louise," jawab Louise singkat.
"Paman Louise, apa paman sudah menikah?" tanya Oskar.
"Belum, kenapa. Jangan bilang kau mau aku jadi daddymu?" tanya Louise tanpa banyak berpikir.
Oskar tak menjawab, dia hanya tertawa lebar karena Louise bisa mengetahui maksud hatinya.
"Dasar anak nakal. Kau masih terlalu kecil untuk ikut-ikutan masalah orang dewasa. Lagipula ini pertemuan pertama kita kenapa kau bersikap tidak sopan dengan memintaku jadi ayahmu. Ini, makanlah ini," kata Louise sembari mengambilkan sepotong daging untuk Oskar.
"Paman Louise?" panggil Oskar lagi.
"Hm, ada apa?" sahut Louise.
"Kalau Paman Louise menikah dengan mommyku, paman tidak hanya akan mendapatkan istri yang cantik seperti dewi. Paman juga akan mendapatkan anak yang lucu dan jenius sepertiku. Inilah yang dimaksud dengan 'buy one get one'. Apa paman tidak tertarik?"
Kini giliran Louise yang tertawa lebar. Apakah Oskar sedang menganggap ibu dan dirinya seperti sebuah barang yang dijual?
"Baiklah, paman akan memikirkannya nanti."
"Kalau begitu, Oskar menunggu jawaban paman. Tapi jangan terlalu lama memikirkannya, bisa saja orang lain akan mendapatkan mommyku duluan. Akan sangat terlambat untuk menyesal," kata Oskar memperingatkan.
"Kalau begitu paman pasti akan merebutnya," jawab Louise sambil mencubit kedua pipi Oskar.
"Bagaimana kalau mommyku tidak mau direbut?" tanya Oskar lagi.
"Maka paman akan melakukan apapun untuk mendapatkannya," jawab Louise.
"Apapun, apa itu contohnya. Lalu, jika mommy masih tidak mau, bagaimana?"
"Paman akan menculikmu. Membawamu kerumah paman agar mommy mencarimu. Lalu paman tidak akan membiarkan kalian pergi," jawab Louise.
"Wah, itu terdengar sangat keren!" puji Oskar.
"Keren?" tanya Louise menahan tawa. "Kalau mommymu mendengar ini, dia pasti akan membunuhku," lanjut Louise.
"Tentu saja itu sangat keren. Itu terlihat seperti sesuatu yang akan dilakukan oleh pria sejati. Bukankah begitu?" jawab Oskar antusias.
"Kau ini bicara apa. Bicaralah sesuatu yang sesuai dengan umurmu," pinta Louise gemas.
"Paman, bisakah menculikku sekarang juga. Asal itu paman, aku siap diculik kapanpun juga," tawar Oskar tak menyerah.
"Sekarang?" tanya Louise.
"Hm, tapi biarkan aku menghabiskan makananku dulu. Mommy sangat marah jika melihat aku menyisakan makanan," jawab Oskar dengan cepat.
Louise tidak tahu harus menjawab apa. Dihadapan anak ini, entah kenapa dia tidak bisa berkata tidak. Lalu soal menghabiskan makanan, Louise jadi mengingat sesuatu. Bahwa dulu dia juga akan sangat marah saat adiknya tidak menghabiskan makanannya.
"Baiklah, mari kita buat kesepakatan. Paman baru akan menculikmu jika mommy menolak cinta paman. Tapi, itu tergantung mommymu. Apakah dia bisa membuat paman jatuh cinta, bagaimana?" tawar Louise. Tentu saja tawaran itu disetujui Oskar dengan cepat. Mendapatkan seorang daddy seperti Louise merupakan mimpinya selama ini.
Percakapan mereka terus berlanjut. Mereka yang baru kenal hari itu sudah seperti kenalan lama. Oskar tidak canggung menceritakan apapun pengalaman yang dimilikinya. Tentu saja, yang paling banyak adalah menyanjung Joanna mati-matian. Sementara Louise tidak pernah bosan untuk mendengar dan menanggapi setiap ocehan Oskar. Selain itu, Oskar sepertinya tidak asing untuknya. Pembicaraan mereka baru berhenti ketika Oskar mendapat panggilan telepon dari Joanna yang memintanya untuk segera pulang.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
@Kristin
ganti cover lagi ya😁
2022-10-26
1
Norintan Nazmie Tim's Sha
😍😅😂🤣
2022-10-18
0
💞Amie🍂🍃
Tu mulut MasyaAllah
2022-10-05
0