"Apa, apa yang terjadi dengan otak anakku. Apa otaknya terluka karena aku menarik telinganya terlalu keras beberapa hari yang lalu?" tanya Joanna dengan panik.
Alexa semakin jengkel dengan pemikiran Joanna, bagaimana bisa Oskar memiliki seorang ibu yang begitu bodoh seperti Joanna. Bertahun-tahun mereka tinggal bersama, terlebih hubungan mereka adalah ibu dan anak. Apa Joanna masih belum juga menyadari keistimewaan yang dimiliki Oskar?
"Bukan seperti itu. Masalahnya adalah, Oskar terlalu pintar untuk ukuran anak seusianya," jawab Alexa dongkol.
"Oh, lagi-lagi kau mengagetkanku. Aku kira dia tiba-tiba menjadi bocah penyakitan," ujar Joanna sambil mengelus dadanya yang besar.
"Kau benar-benar bodoh!" umpat Alexa dengan melirik Joanna.
Sedangkan Joanna hanya tersenyum mendengar umpatan Alexa. Alexa sudah tidak tahan lagi, dia pun mengeluarkan sebuah undangan dan memberikannya kepada Joanna. Tujuannya datang kemari memang bukan hanya untuk memberikan hasil tes kesehatan milik Oskar.
"Aku berharap kau bisa datang ke acara pernikahanku," kata Alexa dengan wajah memerah.
Joanna menatap undangan yang kini berada di tangannya. Disana, nama Alexa Sanders dan Arthur Raphael tertera sebagai calon mempelainya.
Joanna tersenyum, dia bahagia akhirnya sahabatnya akan segera mengakhiri masa lajangnya. Terlebih lagi, Alexa akan menikah dengan lelaki yang tepat dan bisa diandalkan. Selain itu yang lebih penting dari itu adalah baik Alexa ataupun Arthur mereka menikah atas keinginan mereka sendiri. Tidak terikat perjodohan atau semacamnya. Mereka berdua sama-sama menginginkan pernikahan atas dasar cinta dari hati mereka yang terdalam.
"Aku pasti akan datang di hari yang sangat istimewa ini," jawab Joanna dengan senyuman yang menawan di balik dandanan yang sangat tidak kekinian.
"Kau harus memastikan kau hadir dengan membawa Oskar. Satu lagi, akhir pekan nanti bawa dia untuk menemuiku. Aku dan Arthur sudah lama tidak melihatnya," pesan Alexa.
Joanna menatap mata Alexa, Joanna bisa merasakan bahwa Alexa sebenarnya merindukan putranya. Tapi Joanna baru membawa Oskar menemui Arthur dan Alexa seminggu yang lalu. Seminggu sebelum itu, Alexa dan Arthur juga sudah menyempatkan diri untuk datang mengunjungi toko roti miliknya. Apa rasa rindu mereka kepada anaknya tidak berlebihan?
"Alexa, dengarkan aku. Kau harus segera punya anak setelah menikah!" seru Joanna bersungguh-sungguh.
Mendengar itu, Alexa menatap Joanna dengan tatapan tidak suka. "Memangnya kenapa?"
"Tidak ada, hanya saja aku pikir kau sudah sangat menginginkan anak," jawab Joanna canggung.
"Jangan terlalu memikirkan aku. Pikirkanlah dirimu sendiri, tidakkah kau pikir kau juga harus segera mencari calon ayah untuk Xiao O?" serang Alexa balik.
JLEB. .
Jantung Joanna seperti tertusuk belati mendengar peringatan Alexa barusan. "Jangan membahas soal itu, selera anakku terlalu tinggi. Dia bahkan tidak melihat kondisi mommynya terlebih dulu saat memilih kandidat calon ayahnya," kilah Joanna dengan wajah melas.
Joanna sangat ingat, bagaimana Oskar kecil itu mengusir pria-pria yang mencoba mendekatinya selama ini. Ya, selama ini meskipun Joanna tampil sangat natural tapi tidak mengurangi pancaran kecantikannya yang alami. Jadi sudah pasti ada saja beberapa pria yang mencoba memenangkan hatinya. Tapi, jangankan memenangkan hati Joanna mereka baru mendekat saja sudah mendapatkan penolakan dari Oskar yang nakal.
"Aku tidak mau seorang daddy yang seperti itu. Mereka tidak cocok dengan mommy yang cantik," begitu kata Oskar.
Lalu, saat ditanya seperti apa kriteria daddy idamannya Oskar akan menjawab, "Daddy yang tampan, baik hati, banyak uang, dan keren seperti bintang film. Agar mommy tidak perlu repot-repot bekerja mencari uang."
Joanna menghela nafas panjang. Lalu kembali menyeruput jusnya yang tinggal setengah.
"Tapi aku setuju dengan Xiao O. Kau harus mendapatkan yang terbaik," komentar Alexa sambil menatap Joanna dengan tatapan yang merendahkan. Sama persis dengan tatapan sinis milik Oskar saat dirinya berbuat kesalahan.
"Tolong jangan berkata seperti itu, aku cukup bahagia hidup hanya berdua dengan anakku," jujur Joanna.
"Tapi Oskar membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Bukankah kau seharusnya juga tahu betapa antusiasnya dia saat bertemu dengan Arthur? Jangan menjadi egois dan berpikir hanya dari sudut pandangmu sendiri."
"Kalau begitu, biarkan Xiao O menganggap Arthur sebagai ayahnya. Aku tidak keberatan dengan itu."
"Apa maksudmu dengan menganggap Arthur sebagai ayahnya?" tanya Alexa.
"Eh, maksudku bukan begitu. Aku tidak memiliki niat merebut calon suamimu. Maksudku adalah, Xiao O bisa menganggap kalian sebagai orangtuanya. Iya benar maksudku begitu," jelas Joanna meluruskan penuturannya yang tadi sangat ambigu.
"Lain kali jika kau berbicara tanpa menggunakan otakmu terlebih dulu aku benar-benar tidak akan memaafkanmu!" ancam Alexa.
"Aku mengerti. Aku tidak akan melakukannya lagi. Baiklah, aku harus segera pergi menjemput Xiao O. Dia akan marah jika aku terlambat menjemputnya," pamit Joanna.
"Baiklah, berhati-hatilah!" pesan Alexa.
Joanna segera pergi setelah Alexa mengatakan itu, meninggalkan Alexa yang masih menunggu kedatangan Arthur.
.
.
.
Di Taman Kanak-kanak,
Oskar sedang berdiri di halaman sekolah. Dia sedang antri naik bus sekolah yang akan mengantarnya pulang sampai ke rumah. Tentu saja, keputusannya naik bus sekolah itu tanpa sepengetahuan ibunya, Joanna.
"Oskar, apa kau sudah memberitahu orangtuamu kalau kau pulang dengan bus sekolah hari ini?" tanya seorang guru perempuan.
"Tidak perlu mommy sangat sibuk. Lagipula dia tidak akan mengangkat teleponnya," jawab Oskar dengan wajah yang polos.
"Kenapa, apa ibumu tidak mengkhawatirkanmu?" tanya guru itu lagi.
"Bukan seperti itu, Miss. Mommy memiliki riwayat kesehatan yang buruk. Dia mengidap alzheimer sejak dini. Dia sering melupakan hal-hal yang penting dan termasuk dimana dia meletakkan ponselnya," jawab Oskar.
"Eh, kalau begitu ibu akan mengantarmu sampai kerumah dengan aman," jawab Bu Guru dengan canggung. Dia hampir mengira bahwa hubungan anak dan ibu antara Oskar dan ibunya tidak begitu baik.
Setelah murid kanak-kanak itu naik semua, bus pun melaju keluar dari gerbang sekolah. Tepat setelah itu sebuah taksi berhenti di seberang jalan.
Itu adalah Joanna. Dia turun dari taksi itu kemudian menuju pos penjaga dan memberitahu perihal kedatangannya adalah untuk menjemput Oskar.
"Maaf, Nyonya. Tapi Oskar baru saja pulang. Dia ikut naik bus sekolah dengan murid-murid yang lain," jawab sekuriti dengan sopan.
"Apa?"
Xiao O, bisakah kau memberitahu mommy terlebih dulu sebelum memutuskan sesuatu?
.
.
.
"Bibi Diaz, apakah Xiao O sudah kembali?" tanya Joanna kepada seseorang yang dia percaya untuk mengurus toko kue miliknya yang sudah dia anggap seperti keluarganya.
"Xiao O sedang mandi," jawab Diaz dengan tersenyum.
Joanna segera berlari menuju rumah mereka yang berada di belakang toko. Joanna baru saja menutup pintu dan Xiao O sudah selesai dengan aktivitas mandinya.
"Xiao O, mommy merindukanmu!" seru Joanna dengan memeluk putra semata wayangnya dan menciumnya.
"Lepaskan aku mommy, aku bukan anak kecil!" tolak Oskar sambil mengelap bekas ciuman Joanna dengan handuknya.
Joanna merasa ternistakan dengan tingkah dan jawaban Xiao O barusan. Apa dia begitu jijik dengan mommynya sendiri?
Satu lagi, dia bilang dia bukan anak kecil. Tapi dia benar-benar baru berumur 5 tahun 2 bulan lagi.
"Baiklah, Xiao O sudah besar. Tapi kenapa Xiao O tidak memberitahu mommy kalau Xiao O pulang naik bus sekolah. Mommy sangat khawatir loh," ujar Joanna sambil menekan kedua pipi Xiao O.
"Apa Xiao O harus meminta ijin dulu kepada mommy saat Xiao O ingin melakukan sesuatu?" tanya Xiao O dengan mata lebar dan memelas.
"Tentu saja. Bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu dan mommy tidak mengetahuinya? Xiao O tahu kan, Xiao O adalah satu-satunya yang mommy punya. Anak kesayangan mommy yang paling tampan. Mommy akan sangat sedih jika sampai terjadi hal buruk terhadap Xiao O."
"Kalau Xiao O meminta ijin, apa mommy mengijinkannya?"
"Asal Xiao O senang maka mommy pasti akan mengijinkannya."
"Lalu apa mommy mau mengabulkan permintaan Xiao O?"
"Tentu."
"Mommy janji?" tanya Oskar.
"Janji," jawab Joanna gembira. Tangannya tidak berhenti mencubit pipi Xiao O kemudian memeluknya.
Tanpa sepengetahuan Joanna, Oskar kecil tersenyum devil di belakang sana.
"Xiao O, mommy akan membuatkan omelette untukmu ya?"
"Tidak mau!" jawab Xiao O tanpa ekspresi.
"Ehh, kenapa?" tanya Joanna penasaran.
"Terakhir kali mommy membuatnya gosong."
"Kali ini pasti tidak, mommy janji."
Beberapa saat kemudian. .
Wajah Xiao O membiru setelah memakan omelette buatan mommy kesayangannya.
"Bagaimana Xiao O. Ini tidak gosong, mommy hebat kan?" tanya Joanna dengan bangga.
"Mommy, ini memang tidak gosong. Tapi, sangat asin. Ku kira mommy benar-benar harus menikah sekarang. Tapi mommy jangan sedih. Xiao O akan tetap memakannya karena mommy membuatnya dengan cinta. Satu lagi, Xiao O akan segera mencari jodoh untuk mommy!"
BUG
Pukulan ringan mendarat di kepala Oskar.
"Berhenti menggoda mommy atau mommy akan marah!" teriak Joanna yang kini beralih menarik telinga Oskar.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
auliasiamatir
ibu dan anak sangat bahagia
2022-08-30
1
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
yang cowok belum muncul ya disini...
2022-08-19
1
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
hebat kau nak..
ngakak aku thor🤣
2022-08-19
1