NovelToon NovelToon

CRAZY RICH DADDY (Secret After Lie)

CRD Seseorang Di Tengah Hujan

Joanna meletakkan tas kecil di atas kepala untuk melindunginya dari gerimis yang mulai turun. Sesekali, dia melihat arloji di tangan kirinya, mengecek berapa banyak menit ia terlambat.

Clap. .

Clap. .

Clap. .

Langkah kaki itu meninggalkan bekas di genangan air sisa hujan kemarin. Berlari menembus keramaian menuju kafe tempatnya membuat janji dengan sahabat baiknya yang berprofesi sebagai seorang dokter.

Setelah berlari kurang lebih selama dua menit, sampailah dia di kafe tempat mereka biasa bertemu. Matanya mencari-cari keberadaan Alexa disetiap sudut ruangan. Blink, Joanna mengedipkan salah satu matanya ketika pandangannya dan Alexa saling bertemu.

"Apa sih yang dilakukan perempuan senewen itu," gerutu Alexa lirih dengan menyangga dagu.

"Maafkan aku, Princess Alexa. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku sebelum menemuimu," jelas Joanna sambil menundukkan setengah badannya kemudian duduk di depan Alexa.

"Hentikan tingkah konyolmu itu. Aku tidak terkejut dengan kedatanganmu yang selalu terlambat. Aku sudah terbiasa dengan itu," jawab Alexa sambil mengaduk jus miliknya.

"Kau memang selalu pengertian seperti biasanya," puji Joanna dengan senyuman tipis yang mulai mengembang. Kemudian menyeruput minuman yang sudah dipesan sebelumnya oleh Alexa tanpa sungkan.

Alexa memperhatikan Joanna dengan teliti. Joanna Samantha, setidaknya itulah nama gadis yang sedang duduk di hadapannya sekarang ini.

Alexa bertemu dengan gadis itu kurang lebih 5 tahun yang lalu. Saat itu, Alexa hampir menabrak Joanna yang berjalan di jalanan yang sepi dan gelap. Cuaca malam itu sangat dingin karena hujan mengguyur kota sejak sore. Alexa yang memiliki kepribadian penyayang dan baik hati tentu tidak tega membiarkan seorang wanita berjalan sendirian di tengah derasnya hujan. Terlebih saat melihat wanita itu memeluk sesuatu yang ternyata adalah bayi laki-laki yang sepertinya baru saja dilahirkan. Tanpa memikirkan apapun lagi, Alexa pun membawa keduanya ikut bersamanya.

Sesampainya di rumah, Alexa segera menyuruh wanita asing itu membersihkan diri dan mengganti pakaian yang basah dengan pakaian kering yang sudah Alexa siapkan. Sementara bayi mungil yang tadi, Alexa terlebih dulu mengantarkannya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Kata dokter, Bayi itu butuh dirawat di rumah sakit setidaknya dua minggu untuk mengembalikan kesehatannya.

"Siapa namamu?" tanya Alexa setelah gadis itu selesai berganti pakaian.

Gadis tidak menjawab pertanyaan Alexa, dia terlihat ketakutan dan linglung. Melihat hal itu, Alexa segera menariknya ke pelukannya, juga memegang erat jari-jarinya yang gemetaran. "Jangan takut!"

Gadis itu sedikit tenang setelah beberapa saat. Tapi dia masih tidak menjawab pernyataan Alexa meski Alexa mengulanginya beberapa kali.

"Aku tidak tahu." Hanya kata itulah yang keluar dari mulutnya ketika Alexa hampir menyerah untuk bertanya.

Alexa tertegun mendengar penuturan wanita yang ditemukannya di jalanan. Mata gadis itu menyiratkan kesakitan juga kesedihan yang mendalam. "Apa yang sebenarnya terjadi denganmu sampai kau melupakan ingatanmu?" tanya Alexa sambil menyibakkan poni yang menutupi matanya.

Gadis itu meringis menahan sakit dengan menggigit bibirnya. Di balik poni itu, Alexa melihat ada bekas luka yang belum mengering sempurna. Melihat bekas luka itu, Alexa pun mengikuti nalurinya sebagai seorang mahasiswi kedokteran untuk segera memeriksa seluruh tubuhnya. Mata Alexa terbelalak ketika melihat beberapa luka memar baru dan lebam-lebam di sekujur tubuhnya.

"Oh Tuhan! Siapa yang tega melakukan ini padamu?" pekik Alexa sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.

Sekali lagi gadis itu hanya terdiam tanpa ekspresi, dia hanya menatap Alexa dengan tatapan mata getir. Ada kesedihan yang terpendam dibalik tatapan mata yang sayu.

"Nona Alexa, kami menemukan ini di pakaian basah milik Nona ini," lapor seorang maid.

Alexa mendapati sebuah benda mirip liontin tua. Alexa membuka liontin itu. Tidak ada apapun di dalamnya, hanya sebuah inisal berawalan 'J' yang tertulis disana.

"Apakah namamu berinisial J? Tapi ini tidak cukup. Baiklah, mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan nama Joanna. Joanna Samantha adalah namamu selama kau belum bisa mengingat namamu yang sebenarnya. Apa kau setuju?" tanya Alexa dengan mengulas senyum.

"Aku Joanna?" tanya gadis itu ragu.

"Ya, namamu Joanna," jelas Alexa kemudian memeluk Joanna dengan erat.

Hari demi hari di lalui Joanna di rumah Alexa. Beberapa maid selalu mengajak Joanna berbicara agar dia tidak kesepian saat Alexa sedang tidak ada di rumah. Tentu saja, itu atas permintaan Alexa. "Kalian sering-seringlah mengajaknya berbicara, jangan sampai dia kesepian. Sepertinya dia sedang mengalami trauma berat sebelum mengalami kecelakaan. Aku mohon kerjasama dari kalian semua saat aku tidak di rumah," ujar Alexa kepada maidnya sebelum pergi.

"Kami mengerti, Nona! Kami akan sering berinteraksi dengan Nona Joanna," jawab beberapa maid bersamaan.

Joanna pun membiasakan diri berbaur dengan beberapa maid yang bekerja di rumah itu. Mereka cepat akrab, bahkan sekarang Joanna sudah mulai berani berekspresi dan mulai berbicara.

Beberapa maid itu pun senang dengan perkembangan Joanna selama Alexa pergi. Joanna bahkan tidak ragu untuk membantu pekerjaan maid itu meskipun mereka melarangnya. Dilihat dari penampilannya, seharusnya dia bukan gadis biasa. Setidaknya, mungkin Joanna adalah anak orang kaya yang melupakan ingatannya.

Sementara Alexa, dia bukan pergi tanpa tujuan, dia pergi mencaritahu identitas Joanna yang sesungguhnya disela-sela kesibukannya sebagai mahasiswi. Dia tidak sendirian. Karena dia ditemani Arthur, pria yang dikencaninya sejak setahun yang lalu. Tapi, selama dua minggu ini tidak ada apapun yang berhasil dia temukan.

.

.

.

"Seharusnya bayi kecil itu sudah sehat sekarang, kita bisa memberikannya ke panti asuhan setelah ini. Mereka pasti merawat bayi itu dengan baik, kau jangan khawatir," ucap Alexa selama berjalan di koridor rumah sakit.

Joanna dan Alexa berhenti di depan ruangan. Mereka bisa melihat bayi mungil itu dari balik kaca. Bayi itu sepertinya sudah sehat, sama seperti perkiraan dokter.

"Kalian akan menjemputnya hari ini, kan?" tanya seorang dokter yang menghampiri mereka.

"Benar, dokter. Bisakah kami melihatnya?" tanya Alexa.

"Tentu saja," jawab dokter mempersilahkan Alexa dan Joanna.

Kedua perempuan itu pun masuk ke ruangan, bayi itu menangis. Kemudian seorang suster mencoba menenangkan dengan menggendongnya. Tapi, bayi itu malah menangis semakin keras.

"Lihatlah, dia sangat tampan, dia pasti haus!" seru Alexa bahagia.

"Tapi dia baru saja minum susu," jawab suster.

"Mungkinkah dia tidak nyaman karena popoknya basah?" tanya dokter.

"Popoknya baru di ganti 10 menit yang lalu," jawab suster.

Entah kenapa, Joanna merasa tersentuh mendengar tangisan bayi itu. Nalurinya mengatakan untuk mendekati bayi itu. Beberapa hari yang lalu, bayi itu sangat pucat selama berada di dekapannya. Tapi hari ini, bayi itu sudah berwarna kemerahan, selain itu dia juga terlihat sangat sehat.

Joanna tersenyum, dia tidak bisa membohongi perasaannya bahwa dia menyukai bayi itu. Dia menjulurkan salah satu jarinya, dan bayi itu menggenggam erat jari milik Joanna. Anehnya, bayi itu berhenti menangis.

Beberapa orang di sekitar mereka terkejut, sementara Joanna semakin mendekat. "Bolehkah aku menggendongnya?" tanya Joanna dengan mata berbinar.

"Tentu saja, kurasa dia menyukaimu!" jawab suster.

Joanna menggendong bayi itu dengan lembut, menimang-nimang tubuh mungil yang kini ada di dekapannya. Bayi itu memberinya perasaan yang hangat dan familiar. Sangat mengejutkan ketika bayi itu tertidur pulas di pelukan Joanna beberapa saat kemudian.

"Aku tidak ingat apapun, tapi aku pikir mungkin aku adalah ibunya," kata Joanna sambil memegang jari-jari kecil bayi itu.

Dokter melirik ke arah Joanna, melihat naluri keibuan Joanna juga fakta bahwa bayi itu begitu nyaman dengan Joanna. Mungkin, bayi itu sudah menganggap Joanna sebagai ibunya.

"Alexa, maafkan aku! Aku pikir aku tidak akan memberikannya ke panti asuhan. Aku ingin membesarkannya sendiri," ujar Joanna kepada Alexa dengan mata berbinar.

Penuturan Joanna membuat Alexa, dokter dan suster terkejut. "Apa kau yakin mau merawatnya? Keadaanmu yang sekarang masih belum memungkinkan untuk merawat seorang bayi," ujar dokter.

"Tak masalah jika kau ini ibunya, tapi pikirkan bagaimana caramu membesarkannya. Kau sendirian, kau juga belum begitu pulih dari luka-lukamu," seru suster.

Joanna terdiam, benar kata mereka. Dia belum pulih dan tidak mengingat apapun. Terlebih lagi dia tidak memiliki pekerjaan. Joanna menunduk dengan tatapan nanar, apakah tidak ada cara lain untuk tetap bersama bayi manis ini?

Dokter, suster dan Alexa pun juga sama.

Alexa tidak tega melihat perubahan mimik di wajah Joanna. Baru kali ini Alexa melihat Joanna terlihat bersemangat. Alexa tidak ingin menghancurkan keinginan Joanna begitu saja. Lagipula, bayi itu sudah bersama Joanna saat dia menemukannya, jadi bukankah lebih baik begitu untuk seterusnya?

"Joanna, kau bisa tinggal di rumahku. Aku bersedia membantumu merawatnya sampai kau pulih, bagaimana?" tawar Alexa.

Alexa tidak memikirkan banyak hal. Dia tidak berpikir bagaimana cara Joanna membesarkan bayi itu tanpa memiliki pekerjaan, yang dia pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar Joanna bisa tinggal dengan bayi itu. Soal uang, dia akan membantunya sebisa mungkin. Siapa tahu, dengan bayi itu tinggal dengannya, Joanna perlahan akan mengingat siapa dirinya sebenarnya.

Tapi, lima tahun telah berlalu dan Joanna masih tidak mengingat apapun. Joanna bahkan sudah meninggalkan rumahnya sejak empat tahun yang lalu. Dia kini sudah memiliki toko kue yang dia beri nama Xiao O. Xiao O adalah panggilan sayang Joanna kepada putranya yang kini berusia lima tahun. Sedangkan nama aslinya adalah Oskar, Oskar Samantha.

.

.

.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Joanna ketika menyadari Alexa melamun saat memandangi dirinya.

"Oh, tidak. Aku hanya ingin bilang, berhenti memanggilku dengan sebutan princess. Kaulah yang sebenarnya princess, hanya saja sekarang berubah menjadi upik abu karena kau tidak meluangkan sedikitpun waktu untuk merawat tubuhmu," jawab Alexa terus terang.

Alexa masih sangat ingat, meskipun Joanna penuh luka saat itu, tapi Joanna adalah gadis cantik dengan proporsi tubuh yang sempurna. Badan yang tinggi semampai, lingkar pinggang yang kecil. Mata yang besar juga ukuran dada dan bagian belakang yang cukup untuk menarik iri setiap wanita.

"Ah kau benar. Aku sangat sibuk belakangan ini," jawab Joanna tanpa dosa.

"Sesekali, saat Xiao O menghabiskan waktunya bersamaku, pergilah ke salon untuk merawat diri," saran Alexa.

"Aku tidak bisa jauh dari Xiao O. Bagaimana bisa aku pergi ke salon dan membiarkannya tinggal bersamamu? Orang-orang akan berpikir dia anakmu, bukan anakku."

"Terserah kau sajalah, kau memang keras kepala. Mungkin, kepalamu itu terbuat dari batu." Begitulah Joanna, dia selalu memberikan alasan yang sama ketika Alexa menasehatinya.

"Jadi, kenapa kau memintaku untuk menemuimu hari ini?" tanya Joanna.

"Aku ingin memberikanmu ini," ujar Alexa dengan menyodorkan sebuah map kepada Joanna.

"Apa ini?" tanya Joanna.

"Hasil pemeriksaan rutin milik Xiao O," jawab Alexa singkat.

Deg. .

Raut wajah Joanna berubah seketika. Melihat perubahan yang sangat drastis dan di dramatis itu, Alexa segera memukul kepala Joanna dengan map itu. "Tidak usah berekspresi menjengkelkan seperti itu. Xiao O baik-baik saja. Tidak ada masalah apapun dengan kesehatannya," jelas Alexa panjang lebar.

"Alexa, kau mengagetkanku saja. Aku hampir mati barusan, aku pikir ada masalah dengan kesehatan putraku yang tampan," ujar Joanna berbunga-bunga. Matanya membulat seperti mata kucing yang meminta pelukan.

"Satu-satunya masalah Xiao O adalah otaknya," lanjut Alexa.

"Apa, ada apa dengan otak anakku?"

🍑

Bonus Visual

JOANNA SAMANTHA

LOUISE MATTHEW

CRD Daddy Untuk Mommy

"Apa, apa yang terjadi dengan otak anakku. Apa otaknya terluka karena aku menarik telinganya terlalu keras beberapa hari yang lalu?" tanya Joanna dengan panik.

Alexa semakin jengkel dengan pemikiran Joanna, bagaimana bisa Oskar memiliki seorang ibu yang begitu bodoh seperti Joanna. Bertahun-tahun mereka tinggal bersama, terlebih hubungan mereka adalah ibu dan anak. Apa Joanna masih belum juga menyadari keistimewaan yang dimiliki Oskar?

"Bukan seperti itu. Masalahnya adalah, Oskar terlalu pintar untuk ukuran anak seusianya," jawab Alexa dongkol.

"Oh, lagi-lagi kau mengagetkanku. Aku kira dia tiba-tiba menjadi bocah penyakitan," ujar Joanna sambil mengelus dadanya yang besar.

"Kau benar-benar bodoh!" umpat Alexa dengan melirik Joanna.

Sedangkan Joanna hanya tersenyum mendengar umpatan Alexa. Alexa sudah tidak tahan lagi, dia pun mengeluarkan sebuah undangan dan memberikannya kepada Joanna. Tujuannya datang kemari memang bukan hanya untuk memberikan hasil tes kesehatan milik Oskar.

"Aku berharap kau bisa datang ke acara pernikahanku," kata Alexa dengan wajah memerah.

Joanna menatap undangan yang kini berada di tangannya. Disana, nama Alexa Sanders dan Arthur Raphael tertera sebagai calon mempelainya.

Joanna tersenyum, dia bahagia akhirnya sahabatnya akan segera mengakhiri masa lajangnya. Terlebih lagi, Alexa akan menikah dengan lelaki yang tepat dan bisa diandalkan. Selain itu yang lebih penting dari itu adalah baik Alexa ataupun Arthur mereka menikah atas keinginan mereka sendiri. Tidak terikat perjodohan atau semacamnya. Mereka berdua sama-sama menginginkan pernikahan atas dasar cinta dari hati mereka yang terdalam.

"Aku pasti akan datang di hari yang sangat istimewa ini," jawab Joanna dengan senyuman yang menawan di balik dandanan yang sangat tidak kekinian.

"Kau harus memastikan kau hadir dengan membawa Oskar. Satu lagi, akhir pekan nanti bawa dia untuk menemuiku. Aku dan Arthur sudah lama tidak melihatnya," pesan Alexa.

Joanna menatap mata Alexa, Joanna bisa merasakan bahwa Alexa sebenarnya merindukan putranya. Tapi Joanna baru membawa Oskar menemui Arthur dan Alexa seminggu yang lalu. Seminggu sebelum itu, Alexa dan Arthur juga sudah menyempatkan diri untuk datang mengunjungi toko roti miliknya. Apa rasa rindu mereka kepada anaknya tidak berlebihan?

"Alexa, dengarkan aku. Kau harus segera punya anak setelah menikah!" seru Joanna bersungguh-sungguh.

Mendengar itu, Alexa menatap Joanna dengan tatapan tidak suka. "Memangnya kenapa?"

"Tidak ada, hanya saja aku pikir kau sudah sangat menginginkan anak," jawab Joanna canggung.

"Jangan terlalu memikirkan aku. Pikirkanlah dirimu sendiri, tidakkah kau pikir kau juga harus segera mencari calon ayah untuk Xiao O?" serang Alexa balik.

JLEB. .

Jantung Joanna seperti tertusuk belati mendengar peringatan Alexa barusan. "Jangan membahas soal itu, selera anakku terlalu tinggi. Dia bahkan tidak melihat kondisi mommynya terlebih dulu saat memilih kandidat calon ayahnya," kilah Joanna dengan wajah melas.

Joanna sangat ingat, bagaimana Oskar kecil itu mengusir pria-pria yang mencoba mendekatinya selama ini. Ya, selama ini meskipun Joanna tampil sangat natural tapi tidak mengurangi pancaran kecantikannya yang alami. Jadi sudah pasti ada saja beberapa pria yang mencoba memenangkan hatinya. Tapi, jangankan memenangkan hati Joanna mereka baru mendekat saja sudah mendapatkan penolakan dari Oskar yang nakal.

"Aku tidak mau seorang daddy yang seperti itu. Mereka tidak cocok dengan mommy yang cantik," begitu kata Oskar.

Lalu, saat ditanya seperti apa kriteria daddy idamannya Oskar akan menjawab, "Daddy yang tampan, baik hati, banyak uang, dan keren seperti bintang film. Agar mommy tidak perlu repot-repot bekerja mencari uang."

Joanna menghela nafas panjang. Lalu kembali menyeruput jusnya yang tinggal setengah.

"Tapi aku setuju dengan Xiao O. Kau harus mendapatkan yang terbaik," komentar Alexa sambil menatap Joanna dengan tatapan yang merendahkan. Sama persis dengan tatapan sinis milik Oskar saat dirinya berbuat kesalahan.

"Tolong jangan berkata seperti itu, aku cukup bahagia hidup hanya berdua dengan anakku," jujur Joanna.

"Tapi Oskar membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Bukankah kau seharusnya juga tahu betapa antusiasnya dia saat bertemu dengan Arthur? Jangan menjadi egois dan berpikir hanya dari sudut pandangmu sendiri."

"Kalau begitu, biarkan Xiao O menganggap Arthur sebagai ayahnya. Aku tidak keberatan dengan itu."

"Apa maksudmu dengan menganggap Arthur sebagai ayahnya?" tanya Alexa.

"Eh, maksudku bukan begitu. Aku tidak memiliki niat merebut calon suamimu. Maksudku adalah, Xiao O bisa menganggap kalian sebagai orangtuanya. Iya benar maksudku begitu," jelas Joanna meluruskan penuturannya yang tadi sangat ambigu.

"Lain kali jika kau berbicara tanpa menggunakan otakmu terlebih dulu aku benar-benar tidak akan memaafkanmu!" ancam Alexa.

"Aku mengerti. Aku tidak akan melakukannya lagi. Baiklah, aku harus segera pergi menjemput Xiao O. Dia akan marah jika aku terlambat menjemputnya," pamit Joanna.

"Baiklah, berhati-hatilah!" pesan Alexa.

Joanna segera pergi setelah Alexa mengatakan itu, meninggalkan Alexa yang masih menunggu kedatangan Arthur.

.

.

.

Di Taman Kanak-kanak,

Oskar sedang berdiri di halaman sekolah. Dia sedang antri naik bus sekolah yang akan mengantarnya pulang sampai ke rumah. Tentu saja, keputusannya naik bus sekolah itu tanpa sepengetahuan ibunya, Joanna.

"Oskar, apa kau sudah memberitahu orangtuamu kalau kau pulang dengan bus sekolah hari ini?" tanya seorang guru perempuan.

"Tidak perlu mommy sangat sibuk. Lagipula dia tidak akan mengangkat teleponnya," jawab Oskar dengan wajah yang polos.

"Kenapa, apa ibumu tidak mengkhawatirkanmu?" tanya guru itu lagi.

"Bukan seperti itu, Miss. Mommy memiliki riwayat kesehatan yang buruk. Dia mengidap alzheimer sejak dini. Dia sering melupakan hal-hal yang penting dan termasuk dimana dia meletakkan ponselnya," jawab Oskar.

"Eh, kalau begitu ibu akan mengantarmu sampai kerumah dengan aman," jawab Bu Guru dengan canggung. Dia hampir mengira bahwa hubungan anak dan ibu antara Oskar dan ibunya tidak begitu baik.

Setelah murid kanak-kanak itu naik semua, bus pun melaju keluar dari gerbang sekolah. Tepat setelah itu sebuah taksi berhenti di seberang jalan.

Itu adalah Joanna. Dia turun dari taksi itu kemudian menuju pos penjaga dan memberitahu perihal kedatangannya adalah untuk menjemput Oskar.

"Maaf, Nyonya. Tapi Oskar baru saja pulang. Dia ikut naik bus sekolah dengan murid-murid yang lain," jawab sekuriti dengan sopan.

"Apa?"

Xiao O, bisakah kau memberitahu mommy terlebih dulu sebelum memutuskan sesuatu?

.

.

.

"Bibi Diaz, apakah Xiao O sudah kembali?" tanya Joanna kepada seseorang yang dia percaya untuk mengurus toko kue miliknya yang sudah dia anggap seperti keluarganya.

"Xiao O sedang mandi," jawab Diaz dengan tersenyum.

Joanna segera berlari menuju rumah mereka yang berada di belakang toko. Joanna baru saja menutup pintu dan Xiao O sudah selesai dengan aktivitas mandinya.

"Xiao O, mommy merindukanmu!" seru Joanna dengan memeluk putra semata wayangnya dan menciumnya.

"Lepaskan aku mommy, aku bukan anak kecil!" tolak Oskar sambil mengelap bekas ciuman Joanna dengan handuknya.

Joanna merasa ternistakan dengan tingkah dan jawaban Xiao O barusan. Apa dia begitu jijik dengan mommynya sendiri?

Satu lagi, dia bilang dia bukan anak kecil. Tapi dia benar-benar baru berumur 5 tahun 2 bulan lagi.

"Baiklah, Xiao O sudah besar. Tapi kenapa Xiao O tidak memberitahu mommy kalau Xiao O pulang naik bus sekolah. Mommy sangat khawatir loh," ujar Joanna sambil menekan kedua pipi Xiao O.

"Apa Xiao O harus meminta ijin dulu kepada mommy saat Xiao O ingin melakukan sesuatu?" tanya Xiao O dengan mata lebar dan memelas.

"Tentu saja. Bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu dan mommy tidak mengetahuinya? Xiao O tahu kan, Xiao O adalah satu-satunya yang mommy punya. Anak kesayangan mommy yang paling tampan. Mommy akan sangat sedih jika sampai terjadi hal buruk terhadap Xiao O."

"Kalau Xiao O meminta ijin, apa mommy mengijinkannya?"

"Asal Xiao O senang maka mommy pasti akan mengijinkannya."

"Lalu apa mommy mau mengabulkan permintaan Xiao O?"

"Tentu."

"Mommy janji?" tanya Oskar.

"Janji," jawab Joanna gembira. Tangannya tidak berhenti mencubit pipi Xiao O kemudian memeluknya.

Tanpa sepengetahuan Joanna, Oskar kecil tersenyum devil di belakang sana.

"Xiao O, mommy akan membuatkan omelette untukmu ya?"

"Tidak mau!" jawab Xiao O tanpa ekspresi.

"Ehh, kenapa?" tanya Joanna penasaran.

"Terakhir kali mommy membuatnya gosong."

"Kali ini pasti tidak, mommy janji."

Beberapa saat kemudian. .

Wajah Xiao O membiru setelah memakan omelette buatan mommy kesayangannya.

"Bagaimana Xiao O. Ini tidak gosong, mommy hebat kan?" tanya Joanna dengan bangga.

"Mommy, ini memang tidak gosong. Tapi, sangat asin. Ku kira mommy benar-benar harus menikah sekarang. Tapi mommy jangan sedih. Xiao O akan tetap memakannya karena mommy membuatnya dengan cinta. Satu lagi, Xiao O akan segera mencari jodoh untuk mommy!"

BUG

Pukulan ringan mendarat di kepala Oskar.

"Berhenti menggoda mommy atau mommy akan marah!" teriak Joanna yang kini beralih menarik telinga Oskar.

...***...

CRD Pembuahan Oskar (21+)

6 tahun yang lalu

JEDER. .

CRSSHHH. .

Malam itu hujan turun dengan derasnya. Lengkap dengan sambaran petir yang melambai-lambai di angkasa.

Seorang wanita muda dengan paras cantik jelita memasuki sebuah kamar hotel yang sudah disewa oleh seorang Tuan Muda dari keluarga Matthew.

Sebelumnya, wanita itu mendengar pembicaraan dari sekumpulan wanita muda di sebuah pesta. Mengatakan bahwa Tuan Muda itu sangat tampan di samping memiliki bisnis yang menjanjikan. Selain itu ada juga rumor yang menyebutkan bahwa Tuan Muda Matthew sangatlah sulit untuk di dekati.

Gadis itu sangat penasaran sebenarnya seperti apa rupanya. Dia pun memberanikan diri untuk mencari tahu, jika pria itu benar-benar tampan maka dia akan mencoba mendekatinya. Dengan statusnya yang seorang putri bangsawan dengan wajah yang mempesona seharusnya bukanlah perkara yang sulit untuk menarik perhatiannya bukan?

Kebetulan, malam itu mereka menginap di hotel yang sama setelah sebuah acara perjamuan. Hal ini semakin mempermudah dirinya untuk memulai aksi konyolnya. Dengan berbagai usaha dan cara liciknya akhirnya dia berhasil menyelinap masuk atas bantuan seseorang yang dia bayar dengan harga mahal.

Uang tak menjadi masalah karena gadis itu termasuk orang yang berada.

Gadis itu berjalan mengendap-endap dan melangkah perlahan agar tidak menimbulkan suara. Di ruangan yang temaram itu, dia bisa melihat seorang lelaki tertidur di ranjang. Wajahnya tidak jelas, hanya sebagian tubuhnya saja yang sedikit terlihat. Tapi aroma tubuh pria itu benar-benar sangat menggoda seolah menarik dirinya agar semakin mendekat.

Gadis itu semakin memperpendek jarak diantara mereka. Dia sudah melangkah sejauh ini, akan sia-sia saja jika dia tidak berhasil melihat wajah pria misterius yang tertidur pulas di hadapannya. Benar tampankah atau malah sebaliknya?

Gadis itu mengangkat tangannya, berniat menyibak selimut yang menutupi Tuan Muda Matthew. Tapi tangannya sudah tertangkap oleh Matthew yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Tanpa di duga pria ituangsung menariknya ke atas ranjang.

BRUK

Gadis itu terjerembab di atas tubuh Matthew yang kekar.

"Hotel ini benar-benar memiliki pelayanan yang memuaskan," ujar Matthew dengan senyuman tipis. Rambutnya yang gondrong dan acak-acakan semakin membuat wajahnya tertutup sempurna.

Matthew baru saja mengkonsumsi minuman keras dan kebetulan seorang gadis memasuki kamarnya. Kewarasannya sedang tidak bersamanya, jadi apa yang terjadi berikutnya sudah pasti adalah sebuah kesalahan.

Tanpa permisi, tangannya langsung meraba apapun benda milik wanita yang kini duduk di atasnya.

"Lepaskan, aku bukan seseorang yang dikirim untuk memuaskanmu!" teriak gadis itu, namun tidak didengar oleh siapapun kecuali mereka berdua.

"Apa kau pikir aku percaya ucapanmu. Lalu memangnya kenapa. Karena sudah disini maka jangan pernah berpikir bisa pergi sesuka hatimu," ujar Matthew sinis.

"B-biarkan aku,-" gadis itu ingin memohon untuk pergi tapi berhenti bersuara karena Matthew sudah membungkam mulutnya dengan ciuman.

Gadis itu menolak sekuat tenaga, tapi apalah daya.Di hadapan pria kekar ini dia bagaikan seekor nyamuk yang tidak memiliki kekuatan. Dia menerima serangan demi serangan yang menghujani seluruh tubuhnya. Membuat pertahanannya runtuh dan mulai menikmati sentuhan-sentuhan Matthew.

Dia masih tidak bisa melihat wajah pria itu. Tapi suaranya, tubuhnya, aromanya, semuanya sudah cukup untuk membuktikan bahwa pria yang sedang mencumbuinya pastilah seorang pria yang luar biasa.

Gadis itu tidak bisa bergerak sedikitpun karena kini sudah terhimpit di bawah, dia pasrah. Berteriak pun tidak ada gunanya karena tidak akan ada yang menolongnya. Matanya terbelalak begitu pria itu merobek semua pakaian yang menempel di tubuhnya. "Oh tidak, jangan lakukan itu!" pekiknya.

"Sayangnya bagian-bagian tubuhmu mengatakan hal yang berbeda, dia sudah sangat menginginkannya, Sayang!" ucap pria itu dengan senyum kemenangan setelah menyentuh area terlarang milik sang gadis.

Gadis itu meremang, dia hanya bisa menutup matanya membayangkan apa yang akan terjadi. Bukan ini yang diinginkannya.

Tapi siapa yang harus disalahkan. Tentu saja dirinya sendiri yang begitu ceroboh. Hal yang ditakutinya pun terjadi begitu saja tanpa bisa dia hindari. Jalanan miliknya sudah sangat licin akibat rangsangan bertubi-tubi yang dilancarkan Matthew sehingga semakin mempermudah Matthew untuk mulai berkelana di dalamnya.

Apanya yang jangan lakukan?

Buktinya, pada akhirnya gadis itulah yang semangat bergerak untuk menyongsong kenikmatannya. Bahkan gerakannya menjadi semakin liar dan memohon kepada Matthew untuk kembali bergerak saat menyadari Matthew berhenti.

"Murahan," batin Matthew.

Entah berapa lama waktu yang mereka habiskan, seharusnya itu sangat lama. Tapi anehnya itu tidak pernah membuat Matthew puas. Dia melakukannya lagi dan lagi tanpa memberikan jeda kepada gadis itu untuk beristirahat sampai membuatnya pingsan.

Gadis itu terbangun keesokan harinya saat sinar matahari menerangi kamar hotel. Dia menggeliat, merasakan nyeri di seluruh tubuh terutama bagian sensitifnya. Matthew sudah tidak berada di ruangan itu.

Dia segera bangkit dengan langkah tertatih untuk membersihkan diri kemudian membalut tubuhnya dengan handuk yang tersedia disana.

Matanya tak sengaja melihat selembar cek dan sebuah catatan yang sepertinya ditujukan untuknya. Dia menggapai kertas itu dan membaca isinya.

'Seharusnya ini bayaran yang cukup untukmu,' itulah kalimat yang tertera diatasnya.

Gadis itu merobek catatan beserta cek yang berisikan angka 10 digit itu. "Matthew, kau brengsek! Aku bukan wanita seperti itu, bajingan!" umpatnya geram.

"Aku adalah seorang putri dari keluarga bangsawan, bagaimana bisa kau melakukan ini padaku, Matthew?" teriaknya dalam kesendirian.

Setelah kejadian itu, Matthew benar-benar hilang bagaikan di telan bumi. Sekeras apapun gadis itu mencari, dia tidak pernah bisa menemukannya. Dia bahkan diusir saat berkunjung kerumahnya.

Pada akhirnya, yang dia temukan hanyalah kabar bahwa Matthew pergi keluar negeri untuk mengembangkan bisnisnya.

Gadis itu semakin kelimpungan saat keluarganya menemukan sebuah alat tes kehamilan miliknya yang dia buang di pembuangan sampah. Alat itu, setidaknya disana menunjukkan bahwa gadis itu tengah hamil anak Matthew. Dia kalang kabut, dia tahu apa konsekuensinya jika sampai hamil tanpa seorang suami. Tapi, keberadaan Matthew benar-benar tidak bisa dia ditemukan.

Bahkan meskipun ditemukan, apa yang bisa dia lakukan. Bagi keluarga Matthew yang kelewat kaya raya, keluarga bangsawannya bukanlah apa-apa. Mereka tidak akan mungkin percaya meskipun dia berbicara yang sesungguhnya. Lalu bagaimanakah seharusnya. Haruskah gadis itu menggugurkan kandungannya. Dia baru berusia kurang dari dua puluh tahun waktu itu.

.

.

.

Di ruangan tertinggi sebuah gedung pencakar langit seorang CEO tampan dan berbakat sedang berkutat dengan pekerjaannya. Matanya dengan jeli memeriksa laporan-laporan penting yang menumpuk di meja kerja. Dia harus memastikan tidak ada kesalahan dalam laporan itu sebelum membubuhkan tanda tangannya.

Dia adalah Louise Matthew.

Pemilik saham terbesar di perusahaan raksasa yang merajai pasar internasional. Bisnisnya menjamur dari kota besar sampai kota kecil. Sedangkan bidang usahanya tidak terhitung jumlahnya.

Mulai dari bisnis real estate, restoran atau rumah makan dan sebagainya di seluruh negeri. Pertambangan, kilang minyak dan masih memiliki usaha di bidang ekspor impor yang sangat berkembang pesat akhir-akhir ini. Tentu saja dengan memiliki begitu banyak usaha itu dia harus mempekerjakan orang-orang kepercayaan untuk membantu mengawasi perkembangan bisnisnya.

Dengan banyaknya bisnis yang ia geluti baik di dalam maupun luar negeri tentu membuat namanya tercantum sebagai pengusaha muda terkaya seantero negeri ini. Tapi Louise memilih untuk menyembunyikan sebagai besar bisnisnya yang berbasis di luar negeri dari publik dengan menutupinya menggunakan nama samaran. Dengan begini, orang-orang tidak akan tahu bahwa ternyata dia sudah mengembangkan bisnisnya hingga sepesat itu di luar negeri. Orang-orang hanya akan tahu Louise merupakan pebisnis muda yang berbakat dan handal dalam negeri untuk saat ini.

Menit-menit berlalu begitu saja. Sudah beberapa jam Louise nyaris tidak meninggalkan tempat duduknya.

"Akhirnya selesai," ujar Louise setelah menyelesaikan pekerjaan terakhirnya malam itu.

Setelah berkutat sepanjang malam, Louise memutuskan untuk pulang diantar seorang sopir dan seorang yang setia dan terus mengikutinya kemanapun dia pergi, namanya William.

"Apa kau sudah menemukannya, Will?" tanya Louise sembari menatap langit malam.

"Masih belum, mereka sudah melakukan yang terbaik tapi sampai sekarang belum menemukan hasil yang memuaskan. Info terakhir yang di peroleh sepertinya dia pernah tinggal di kota X," urai William.

"Kalau begitu atur jadwal untuk kembali ke kota itu," titah Louise tanpa mengalihkan pandangannya.

Louise masih menatap langit malam. Dia harus menemukan gadis itu, dan menanyakan keberanian darimana yang membuatnya begitu lancang memasuki kamar seorang Tuan Muda dari penerus Matthew.

"Baiklah," jawab William singkat.

Sekilas, William melihat wajah Louis Matthew dari pantulan kaca spion. William tahu Louise pasti sedang mengenang kehidupan masa lalunya.

Di masa itu, Louise hidup cukup bahagia meskipun terpisah dari keluarganya. Dia harus tinggal di tempat yang berbeda, sementara orangtua dan adiknya selalu hidup bersama.

Suatu hari, Louise berkunjung untuk menemui keluarganya dan berencana membawa mereka ikut serta. Tapi, sebuah berita duka menyita kebahagiaannya yang sudah di depan mata. Satu-satunya adik kesayangannya mati sebelum mereka sempat pergi.

Setelah kejadian itu, Louise memutuskan untuk pergi dan menenangkan diri. Tapi, tidak lama setelah kepergiannya, dia menerima kabar bahwa seorang gadis mencoba menemui orangtuanya dan mengatakan bahwa dia telah mengandung anak Louise. Tentu saja Louise tidak menanggapi pengakuan gila gadis itu dan tidak pernah memikirkannya sedikit pun hingga saat ini.

Sejak saat itulah Louise tidak pernah kembali. Dia menetap di luar negeri selama enam tahun lamanya.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!