"Mommy, bangun!" teriak Oskar di samping kasur Joanna. Badannya yang mungil nyaris tidak terlihat dari ranjang Joanna yang tinggi.
"Xiao O sayang, ini masih terlalu pagi. Biarkan mommy tidur sepuluh menit lagi, oke?" jawab Joanna dengan mata yang masih terpejam. Tangannya menggaruk pantat beberapa kali kemudian kembali memeluk guling yang setia menemani tidurnya dengan erat.
Oskar melangkah keluar kamar, mengambil dua benda yang diyakininya bisa membangunkan mommynya
TRENGGG. .
TRENGGG. .
Joanna terjingkat, suara nyaring itu sukses membuatnya duduk seketika sangat persis seperti yang diperkiraan Oskar. Joanna melepas penutup mata dan menoleh ke samping, melihat Oskar yang sudah rapi lengkap dengan pakaian seperti bintang iklan.
Berdiri memasang wajah super datar dan tidak menyisipkan sedikitpun perasaan bersalah karena sudah mengganggu tidur sang mommy. Dia juga tidak berniat menyembunyikan dua buah tutup panci yang dia gunakan untuk membangunkan mommynya barusan.
"Ah! Anakku, sebenarnya ayahmu itu siapa. Kenapa kau semakin tampan dari hari ke hari," batin Joanna.
Meski jantungnya hampir lepas, tapi dengan sigap Joanna langsung jongkok dihadapan Oskar untuk menyetarakan pandangannya.
"Xiao O sayang, apa kau sudah lapar? Baiklah, mommy akan segera membuatkan sarapan untukmu," kata Joanna sambil mencubit pipi Oskar.
Tak lupa menyempatkan mencium dan memeluk Oskar terlebih dahulu.
"Kau tidak membalas pelukan dari mommy?" tanya Joanna ketika menyadari Oskar hanya diam saja seperti patung.
"Mommy, kau sangat kekanakan!" jawab Oskar datar dengan tatapan yang tajam.
"Apa?" pekik Joanna. Dia tidak menyangka inilah jawaban yang dia dapat sepagi ini setelah mencoba bersikap semanis mungkin kepada anaknya.
"Oskar, kau ini sebenarnya anak siapa. Kenapa kau begitu dingin dan kejam kepada mommymu sendiri. Dengan sifatmu yang seperti ini. Sepertinya itu adalah turunan dari ayah brengsekmu. Lihat saja nanti jika mommy menemukannya. Mommy pasti akan menghancurkannya hingga berubah menjadi butiran debu," teriak Joanna dalam hati.
"Mommy, cepatlah cuci mukamu. Hari ini ada pemotretan!" pinta Oskar.
"Siapa yang akan pemotretan. Apa ada tugas dari sekolah?" tanya Joanna.
"Aku ingin foto eksklusif terbaru dari mommy," jawab Oskar sambil memelintir rambut Joanna yang terurai, lengkap dengan mulut yang mengerucut.
"Eng, foto mommy ya, tapi untuk apa. Kenapa Xiao O ingin foto terbaru milik mommy?" tanya Joanna tidak mengerti.
"Bukankah mommy sudah berjanji untuk memenuhi keinginan Xiao O?" rengek Oskar. Anak itu mulai menunjukkan tanda-tanda akan marah.
Ah, benar juga. Joanna baru ingat dia baru saja berjanji kepada Oskar beberapa hari yang lalu untuk memenuhi apapun permintaan Oskar. Dengan cekatan, Joanna pun segera bangkit untuk mencuci muka dan bersiap-siap sebelum anaknya benar-benar marah dan menggulung bumi.
.
.
.
Di pagi yang cerah, dimana bunga-bunga bermekaran dan angin sepoi-sepoi bertiupan. Oskar dengan semangat menggandeng tangan Joanna. Senyum pengeran kecil itu mengembang sepanjang jalan. Menyapa semua orang yang mereka jumpai di jalanan. Orang-orang itu menyambut hangat sapaan Oskar yang begitu menggemaskan.
Beberapa dari mereka sempat meminta izin untuk foto bersama. Ada juga yang memberikan Oskar beberapa permen dan camilan. Seorang ibu paruh baya juga sempat memeluk, mencium serta menggendongnya karena keimutan hakiki milik Oskar.
Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan mereka.
Mereka berdua pergi menuju sebuah lokasi untuk melakukan pemotretan yang entah sejak kapan Oskar pesan.
Oskar bahkan mengambil paket foto lengkap dengan penata rias untuk mendandani mommy nya.
Joanna melongo, bagaimana Oskar bisa melakukan ini semua. Dan yang lebih penting, darimana Oskar mendapatkan uang untuk mempersiapkan semuanya. Seingatnya, Joanna selalu menyimpan uang milik Oskar. Selebihnya dia hanya memberi secukupnya saja untuk jajan.
Joanna hanya tidak tahu, beberapa hari yang lalu Oskar menelepon paman dan bibinya, Alexa dan Arthur untuk membantunya menyiapkan semuanya. Alexa dan Arthur yang sudah menganggap Oskar seperti anak mereka tentu tidak keberatan.
Terlebih saat itu Oskar hanya mengatakan ingin memberikan kejutan untuk sang mommy. Tidak menceritakan hal lainnya lagi.
Oskar menunggu mommy nya dengan tenang saat perias itu mulai melakukan make over untuk mommy nya. Mulut kecilnya sibuk mengunyah camilan pemberian beberapa kru yang gemas dengan tingkah lucunya.
"Sudah kuduga, mommy pasti sangat cantik," puji Oskar ketika melihat mommynya yang selesai berdandan.
Joanna yang sudah lama tidak mendengar pujian dari Oskar merasa terharu. Tapi kalimat yang diucapkan oleh Oskar berikutnya langsung mematahkan hatinya, "Tapi kenapa bajunya sangat jelek. Bibi, apakah tidak ada gaun yang lain?"
Joanna menepuk jidatnya sendiri. Sumpah, tidak ada yang mengajarinya berkata demikian. Siapa sebenarnya ayah dari anaknya ini. Siapa pria brengsek itu. Tidak hanya menurunkan sifat yang dingin dan acuh. Tapi juga mulut yang tajam dan tak berperasaan.
"Tentu saja ada," jawab seorang wanita yang bekerja di tempat itu.
"Bisakah mommyku menggunakan gaun yang lain?" ijin Oskar.
"Tentu saja bisa. Bibi akan membantu memilih gaun yang baru," jawab bibi itu ramah.
"Tidak, Xiao O sendiri yang akan memilih untuk mommy!" pinta Oskar gembira.
"Eh? Baiklah!"
Oskar mengitari ruangan berisikan ratusan gaun itu berkali-kali. Tapi belum menemukan satu gaun pun yang cocok. Sang pemilik studio akhirnya memberikan kesempatan kepada Oskar untuk melihat-lihat gaun lain di sebuah ruangan yang berbeda.
Benar saja, tidak membutuhkan waktu yang lama Oskar sudah memilih beberapa gaun terbaik.
"Seleranya ternyata berbeda dengan anak-anak seusianya ya?" kata seorang penjaga ketar-ketir.
"Benar," jawab si pemilik studio menyetujui.
"Tapi, Bos! Tumben kau membiarkan seseorang memasuki ruangan ini?" sindir pegawai itu.
"Diamlah dan jangan berkomentar apapun. Kau pikir apalagi alasannya. Siapa suruh anak itu begitu imut, dia bahkan lebih imut daripada cucuku sendiri," ujar Bos dengan mata berbinar.
.
.
.
"Xiao O sayang, jangan bercanda. Kau mau mommy memakai ini?" tanya Joanna ketika melihat gaun pilihan anaknya.
"Mm," Oskar mengangguk bahagia.
Joanna mendekati Oskar dan berbisik, "Apa mommy bagus mengenakan ini?"
"Tentu, mommy harus memakai yang ini!" seru Oskar bahagia.
"Baiklah, baiklah. Mommy akan segera memakainya."
Joanna pergi ke ruang ganti. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menunjukkan gaun pilihan Oskar.
Semua orang terpana. Gaun berwarna merah terang sepanjang lutut itu seolah bernyawa ketika dikenakan Joanna. Sungguh sangat kontras dengan warna kulit Joanna yang putih bercahaya.
Gaun itu sendiri hanya memiliki satu lengan dengan aksen bertumpuk. Ada semacam tali yang melingkar di pinggangnya yang ramping. Kemudian di bagian pinggang ke bawah terdapat sedikit wiru untuk menyembunyikan belahan rok di dalamnya.
Untuk hiasan rambutnya, Joanna memakai bandana mutiara simpel yang semakin memperkuat aura kecantikannya di rambut yang sengaja di gerai.
"Bagaimana?" tanya Joanna kepada Oskar.
"Perfect!" seru Oskar bahagia sambil mengedipkan sebelah mata.
Pemotretan akhirnya bisa segera dimulai setelah melewati pemilihan gaun yang cukup rumit. Tentu saja, Joanna harus beberapa kali berganti karena Oskar memilihkan beberapa lembar gaun untuknya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
auliasiamatir
hadir di sini lagi Thor, berati itu memang anak Joana yah thor
2022-09-03
1
Syhr Syhr
Kalau sudah ketemu, bilang aku ya kak. Siapa tahu. 🤭🤭😅
2022-08-24
0
Dani irwandi
halo kak, aku mampir nih, sesuai undangan
2022-08-20
1