Anak-anak selesai dengan permainan yang menguras tenaga. Kini mereka sedang memainkan mainan yang bisa mengasah otak mereka.
Di bawah pohon yang rindang itu Louise menemani Oskar yang memilih jenga sebagai mainannya, menyusun sebuah menara setinggi mungkin bersama Louise. Sementara William menemani Ebra di sisi yang lain, memainkan puzzle dengan pola yang beraneka ragam dan cukup rumit untuk anak seusianya.
"Paman, apa paman sedang jatuh cinta?" tanya Oskar kepada Louise. Sikutnya yang kecil tampak menekan-nekan dada atletis milik Louise.
Louise melirik Oskar, seorang anak sekecil ini bertanya padanya tentang cinta, apakah Oskar tahu apa itu cinta?
"Anak nakal, apa yang sedang kau bicarakan?" kilah Louise tapi tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.
"Wajah paman berseri-seri dan bersinar seperti matahari, selain itu paman sepertinya sangat bahagia. Mommy pernah bilang itu adalah tanda-tanda orang sedang jatuh cinta," jelas Oskar.
Louise tertawa. Memang, dirinya memang sedang jatuh cinta sekarang. Tapi, haruskah dia mengakuinya di depan Oskar?
Tidak boleh, Louise tahu dia harus menjaga hati Oskar. Anak kecil itu tidak memiliki seorang ayah dan terlihat jelas bahwa dia berharap Louise jadi ayahnya. Jadi mana mungkin Louise tega menghancurkan perasannya dengan mengatakan bahwa dia sedang jatuh cinta?
"Oskar, paman hanya bertemu seseorang yang menarik baru-baru ini," jawab Louise sambil mengacak-acak rambut Oskar.
"Apa itu perempuan?" tanya Oskar.
"Hm," jawab Louise mengangguk.
"Apa dia cantik?"
Louise hanya tersenyum, ingin sekali menjawab 'dia sangat cantik' tapi tertahan di bibirnya.
"Apa paman sudah berkencan dengannya?" tanya Oskar lagi.
Louise menggelengkan kepalanya, "Paman baru bertemu dua kali dan akan makan malam dengannya."
"Lain kali, saat paman akan bertemu dengannya bisakah paman membawa Oskar?" pinta Oskar.
"Kenapa Oskar ingin bertemu dengannya?" tanya Louise penasaran dengan mendekatkan wajahnya sedekat mungkin ke wajah Oskar.
"Tidak ada apa-apa. Oskar hanya ingin lihat, apakah dia lebih cantik dari mommyku," jawab Oskar diselingi tawa yang menggemaskan.
"Menurutmu, siapa yang lebih cantik?" tanya Louise.
"Tentu saja mommyku. Paman, mommyku itu tidak ada duanya di dunia ini lho," jawab Oskar dengan memainkan telunjuknya ke kanan dan kiri di udara.
"Baiklah, mommymu lebih cantik," Louise mengalah. Dia tidak tahan melihat kegemasan Oskar yang selalu memuji mommynya cantik.
"Ngomong-ngomong, Oskar juga terlihat bahagia akhir-akhir ini, benar kan?" tanya Louise penuh selidik.
Oskar mengangguk dan tersenyum lebar, menunjukkan deretan gigi-giginya yang putih bersih dan rapi.
"Apa alasannya?" tanya Louise penasaran.
"Karena paman mengajakku main. Selain itu, mommyku semakin cantik akhir-akhir ini, jadi Oskar pikir mommy akan segera memberikan daddy baru untuk Oskar," jawab Oskar senang.
"Daddy?" tanya Louise.
"Iya, daddy."
"Bukannya Oskar ingin paman jadi daddymu?" tanya Louise.
"Tapi paman sudah punya pacar. Jadi Oskar harus cari daddy yang lain," jawab Oskar dengan wajah sedih tanpa berusaha menyembunyikannya.
Entah kenapa, mendengar kalimat Oskar barusan membuat Louise sakit. Sepertinya, dia tidak rela jika Oskar harus menyebut pria lain sebagai daddynya.
"Oskar, paman tidak keberatan jadi daddymu," tutur Louise.
"Kalau paman mau jadi daddyku paman harusnya berkencan dengan mommyku, bukan dengan orang lain."
"Oskar,"
Ah Louise tidak tahu harus mengatakan apa. Dia hanya bisa mencium dan memeluknya dengan hangat.
"Jika aku ingin memiliki Oskar dan Joanna, apakah itu terlalu serakah?" batin Louise.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita berdoa bersama-sama disini sekarang?" ajak Louise.
"Untuk apa?"
"Agar Oskar segera mendapatkan daddy seperti yang Oskar inginkan," jawab Louise.
Oskar mengangguk, kemudian mereka memperbaiki cara duduk mereka. Melipat tangannya dan bersama-sama menutup mata. Mencoba memohon kepada Tuhan apa yang mereka inginkan. Dalam khusyuknya doa kali ini, Oskar meminta agar mommynya segera mendapatkan seseorang yang bisa menjaga mereka berdua dan hidup bahagia.
Oskar membuka matanya, mengintip Louise untuk sesaat dan tersenyum, "Jika boleh, aku ingin orang itu dia," batin Oskar kemudian kembali menutup matanya.
Sementara Louise, dia berdoa agar Oskar bisa mendapatkan daddy seperti yang dia inginkan, juga menyisipkan doa untuk dirinya sendiri, semoga cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Dan, jika boleh dia ingin Joanna dan Oskar menjadi bagian dari hidupnya selanjutnya. Seharusnya, doa ini tidak terlalu berlebihan bukan?
Dua orang itu tenggelam dalam doa-doa mereka di bawah pohon yang rindang diantara semilirnya angin yang berhembus. Berharap Tuhannya mendengar doa hamba-hamba kecil seperti mereka yang sedang berdoa di atas tanah dan rerumputan. Cukup lama, sampai akhirnya Louise membuka mata karena kata-kata tak terduga yang keluar dari mulut Oskar.
"Kalau Paman William belum menikah, aku akan memintanya jadi daddyku saja lah," kata Oskar sambil berlari ke arah William.
"Oskar, tidak boleh!" larang Louise kemudian mengejarnya dan menghujani Oskar dengan gelitikan di seluruh tubuhnya.
.
.
.
Di sisi yang lain, William dan Ebra juga sudah sangat akrab. Tidak ada kecanggungan yang berarti meskipun hari ini adalah pertemuan pertama mereka. Obrolan mereka mengalir begitu saja seperti Louise dan oskar.
"Paman, bolehkah Ebra bertanya satu rahasia?" tanya Ebra membuka obrolan.
"Boleh, apa itu?" respons William.
Ebra mendekatkan mulutnya ke telinga William dan berbisik, "Apa Paman Louise itu calon daddynya Oskar?" tanya Ebra dengan semangat dan senyum yang mengembang. Telunjuknya mengarah kearah Louise yang sedang menyerang Oskar dengan gelitikan.
"Uhuk, uhuk!"
William terbatuk-batuk begitu mendengar pertanyaan Ebra yang lumayan bar-bar, "Jika Louise mendengar ini, pasti aku akan menjadi sasaran kemarahannya," batin William.
"Itu, tidak mungkin," jawab William sebelum terjadi kesalahpahaman.
"Kenapa tidak, mereka terlihat sangat cocok bukan?" tanya Ebra lagi. Entah bagaimana menjelaskannya, tapi Ebra sepertinya tidak terima saat mendengar jawaban dari William.
Kali ini, William memperhatikan Louise dan Oskar. William bisa melihat bagaimana Louise menggoda Oskar, menggelitik seluruh tubuhnya, dan mencium pipi juga semua yang ada di wajah Oskar. Bahkan sekarang Louise membiarkan Oskar memanjat perutnya dan berdiam disana untuk melihat sesuatu di ponsel Louise.
Selama ini William tidak pernah melihat Louise sedekat itu dengan anak-anak. Memang, mereka terlihat seperti ayah dan anak. Terlebih, ketika mereka tertawa bersama dan langsung berpelukan. Mereka terlihat seperti seorang ayah yang menjaga anaknya ketika ibunya sedang menyiapkan makan malam.
Eh, tunggu dulu. William berkeringat dingin sekarang. Bukankah dirinya dan Ebra saat ini juga berkelakuan layaknya ayah dan anak?
"Paman?" panggil Ebra ketika melihat William tidak menjawab pertanyaannya dan tenggelam dalam pikiran tentang Louise.
"E-eh iya," jawab William terbata.
"Paman kenapa?" tanya Ebra memastikan, memandang William dengan tatapan aneh.
"Tidak apa-apa, paman hanya terpesona dengan Ebra yang lucu dan menggemaskan," jawab William mencoba mengalihkan pembicaraan tentang Louise.
"Apa Paman William menyukaiku?" tanya Ebra.
"Tentu saja paman menyukaimu," jawab William tanpa ragu.
"Ebra juga sangat menyukai Paman William. Paman, bagaimana kalau Paman William menikah dengan mamaku, lalu Paman Louise menikah dengan mommynya Oskar. Dengan begitu kita bisa terus bermain bersama-sama kan?" tawar Ebra tanpa beban lengkap dengan suara yang lantang.
Ditambah lagi, posisinya yang saat ini tiba-tiba berdiri dan meloncat kegirangan, sangat sukses menarik perhatian Louise dan Oskar yang sekarang melihat kearah mereka.
"Matilah aku! Ebra, kau salah paham. Jangan berbicara sembarangan di hadapan macan yang sedang tertidur," rutuk William dalam hati.
.
.
.
"Itu, apa kau mendengar teriakan Ebra tadi?" tanya William sedikit canggung.
"Tentu," jawab Louise datar.
"Louise, dengarkan aku! Sungguh bukan aku yang mengajarinya. Kau tahu kan, aku bukan orang yang seperti itu," jelas William sebelum terjadi kesalahpahaman yang berkelanjutan.
"Aku tahu."
"Syukurlah kalau kau tahu, aku hampir mati karena kaget saat Ebra berteriak seperti itu tadi," lanjut William.
"Kau kelihatan sangat menyukainya," goda Louise.
"Siapa yang bisa menolak keimutan mereka. Ah, sial! Aku jadi ingin mempunyai anak yang lucu seperti mereka," jawab William tanpa menyaring kata-katanya.
"Kalau begitu nikahi saja ibunya Ebra. Kudengar suaminya meninggal sejak Ebra masih di dalam kandungan," saran Louise.
"Eh, benarkah?" tanya William.
William baru tahu sekarang, kenapa Ebra bisa sangat bahagia saat meminta dirinya menikahi ibunya.
"Aku tahu dari Diaz," lanjut Louise.
"Oh," jawab William singkat.
"Apa kau sedang memikirkan tawaran Ebra untuk menjadi papa sambungnya?" tanya Louise sedikit terkekeh.
"Tidak, siapa juga yang memikirkannya," sanggah William.
"Sungguh?"
"Tentu saja, lagipula aku sudah menemukan seseorang yang menarik di suatu tempat," jelas William.
"Kau sudah menjalin hubungan dengannya?" tanya Louise.
"Aku baru mengenalnya beberapa waktu lalu," jawab William.
"Kalau begitu, semoga beruntung dan segera menikah!" kata Louise dengan senyuman cerah.
"Ada apa dengannya?" batin William. Menatap Louise dengan wajah penuh kecurigaan.
William melepas pandangannya kearah lain. Jika dipikir-pikir hari ini sungguh hebat. Dirinya tak menyangka mendapatkan kejutan tak terduga yang bertubi-tubi.
Keterkejutannya yang pertama datang dari rasa nyamannya bermain-main dengan anak-anak itu. Lalu yang kedua, melihat Louise bisa bertingkah seperti itu bersama Oskar. Dan yang ketiga, mendengar tanggapan Louise yang ditujukan untuknya. Biasanya Louise akan menggoda atau mencibirnya ketika dia membahas soal wanita, tapi untuk kali ini Louise sepertinya malah mendukungnya.
"Terimakasih," ucap William sambil menutup pintu mobil.
Louise baru saja mengantarkan William sampai rumah dengan selamat. Setelah William turun, Louise segera memutar arah dan memacu mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Dehan
wahhh bijak bgt oskar..
2022-10-28
1
Dani irwandi
autor pahlawan sejati mampir kak
2022-10-07
0
Dewi Payang
Doa, Louise dan Oskar mirip😁
2022-08-28
0