"Louise!" panggil Arthur ketika melihat sesosok Louise di cafe tempat mereka janjian.
Louise memicingkan matanya, memastikan apakah benar Arthur yang baru saja melambaikan tangan dan memanggil namanya.
"Disini!" seru Arthur memastikan.
Louise pun segera bergegas untuk mendatangi Arthur. Arthur sendiri juga segera berdiri untuk menyambut kawan lama yang sudah lama tidak dia jumpai.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Louise.
"Seperti yang kau lihat aku baik-baik saja. Lalu bagaimana denganmu, Tuan Muda Louise?" balas Arthur dengan menyisipkan seutas senyum tipis di bibirnya.
"Apa ada hal buruk yang bisa terjadi padaku?" tanya Louise menyombongkan diri kemudian memberikan pelukan kepada Arthur.
"Ah, kau benar. Sekalipun ada hal buruk, itu tidak akan pernah bisa menghentikan seorang Louise Matthew bukan?" balas Arthur sambil membalas pelukan Louise.
"Bolehkan aku duduk?" tanya Louise
"Silahkan, duduklah!" jawab Arthur.
Arthur memanggil seorang waiters, kemudian memesan minuman dan beberapa makanan untuk makan siang mereka.
"Dimana William. Bukankah dia yang bersikeras meminta kita untuk reuni. Kenapa aku tidak melihat batang hidungnya sekarang?" protes Arthur.
"Entahlah, dia terburu-buru pergi. Sepertinya akan menemui seseorang," ujar Louise menjelaskan.
"Pacarnya?" tanya Arthur.
"Bisa jadi," jawab Louise.
"Baguslah kalau akhirnya dia tertarik dengan perempuan," kelakar Arthur.
"Apa maksudmu? William itu normal sama seperti dirimu. Tentu saja dia akan tertarik pada perempuan," bela Louise.
"Baiklah aku percaya, lalu bagaimana denganmu apa kau juga normal?" tanya Arthur pelan dan penuh penekanan pada kata normal.
"Hm?" jawab Louise pura-pura bodoh. Membesarkan matanya yang sebenarnya tidak terlalu besar.
"Apa ada seseorang yang sedang kau kencani saat ini?" selidik Arthur, sambil menyeruput minuman yang baru saja disajikan.
"Daripada membahas itu, lebih baik kita bahas tentang dirimu. Kudengar kau akan segera menikah, apa itu benar?" tanya Louise mengalihkan pembicaraan. Louise pun sama dia juga baru saja menyiram tenggorokannya yang kering dengan minuman yang dia pesan.
"Iya, aku akan menikah bulan depan. Pastikan kau datang dengan William, tentu saja dengan membawa pasangan kalian masing-masing," pinta Arthur.
"Apa aku dan William tidak boleh datang jika tidak membawa pasangan?" protes Louise.
"Tentu saja boleh, hanya saja akan ada pesta dansa nantinya. Jika kau tak keberatan berdansa dengan William, maka datanglah dan berdansa bersamanya," ledek Arthur puas.
"Ck, kenapa aku berdansa dengan seorang pria. Baiklah, sepertinya aku akan membawanya. Tapi itu tergantung keputusannya. Ingin pergi atau tidak," jawab Louise percaya diri.
"Oh, berarti benar. Ada seseorang yang kau kencani saat ini kan?" tanya Arthur semakin kepo
"Terlalu awal untuk mengatakannya bukan?" lanjut Louise.
"Baiklah, segera perkenalkan pada kami jika kau memang sudah mendapatkannya," saran Arthur.
"Tunggu saja, tapi persiapkan dirimu. Jangan sampai kau jatuh cinta padanya saat melihatnya di pesta pernikahanmu nanti," kata Louise memperingatkan.
"Apa kau sudah gila, kenapa juga aku harus jatuh cinta pada wanitamu?"
"Tentu saja karena dia luar biasa cantik, apalagi?" jawab Louise dengan senyum yang jarang terlihat sangat bebas.
"Itu tidak akan pernah terjadi. Ngomong-ngomong, sebenarnya aku sedikit kecewa mendengar kau dan William sudah memilih wanita kalian," kata Arthur tiba-tiba.
"Kenapa, apa kau berharap kami melajang seumur hidup?" protes Louise.
"Bukan seperti itu. Hanya saja aku memiliki seorang gadis yang cantik. Ku pikir salah satu dari kalian akan tertarik untuk mendekatinya," kata Arthur berterus terang. Tentu saja, seorang gadis yang dimaksud Arthur adalah Joanna.
Meskipun Arthur memiliki perasaan lebih untuk Joanna, tapi dia masih sepenuhnya waras dan terjaga. Dan memilih mencarikan seseorang yang dapat diandalkan dan dipercaya untuk menjaganya. Karena dia, tidak akan bisa menjaga Joanna seutuhnya.
"Secantik apapun gadismu itu, aku tidak akan tertarik. Aku sudah memutuskan pilihanku sendiri. Hubungi saja William dan katakan padanya apa keinginanmu," ujar Louise.
"Benar, dia sangat baik. Sepertinya dia tidak akan menolak meskipun aku memaksanya."
"Kenapa kau harus memaksanya?"
"Karena aku ingin melihat kau menyesal karena telah menolaknya," jawab Arthur.
Lagi-lagi Louise tersenyum, "Menyesal ya, tapi sepertinya tidak. Mungkin, aku baru akan menyesal jika tidak tahu ada wanita seperti Joanna yang hidup di dunia ini," batin Louise.
"Sudahlah, jangan membahas wanita lagi. Bagaimana dengan bisnismu akhir-akhir ini?" tanya Louise
"Semuanya baik, terimakasih atas bantuanmu waktu itu, Louise!"
"Tidak perlu berterimakasih, kau pantas mendapatkannya. Ngomong-ngomong, kudengar kau akan membangun villa baru di kota A. Bagaimana kelanjutannya?"
"Ya, tapi masih terkendala beberapa masalah," jawab Arthur
"Apa itu?"
"Ada sekelompok orang yang tiba-tiba tidak menyetujui harga tanah yang sudah kami sepakati sebelumnya. Baru-baru ini mereka menginginkan harga yang jauh lebih tinggi. Sepertinya mereka mendapatkan hasutan dari lawan bisnisku," jawab Arthur.
"Kalau begitu biarkan aku membereskan mereka untukmu," kata Louise menawarkan bantuan.
"Aku bisa melakukannya sendiri," tolak Arthur.
"Anggap saja itu sebagai kado pernikahan dariku untukmu," kata Louise
"Kau serius?"
"Arthur, apa kau lupa siapa Louise Matthew. Apa aku pernah tidak serius? Tapi, ada satu syarat yang harus kau penuhi."
"Apakah ini yang kau maksud dengan hadiah pernikahan?" kekeh Arthur, "tapi katakan saja, apa syaratmu?" lanjut Arthur.
"Bergabunglah denganku dan menjadi salah satu bagian dari Matthews Group kami," jawab Louise.
"Seperti yang kau minta," jawab Arthur tanpa banyak berpikir. Bergabung dengan perusahaan sebesar Matthews Group, siapa yang tidak menginginkannya?
"Lalu, apa yang harus kulakukan pertama kalinya sebagai salah satu orangmu?" tanya Arthur.
"Aku bukan tipe orang yang mengharapkan balasan ketika memberikan bantuan seperti itu. Tapi kalau kau tidak keberatan, aku ingin kau segera mempunyai anak-anak yang lucu."
Arthur hampir tersedak nafasnya sendiri ketika mendengar permintaan Louise, "Apa pria yang ada di hadapannya sekarang ini masih sama dengan Louise yang dingin dan acuh itu?
.
.
.
Sementara itu di tempat yang lain Alexa sedang bersenang-senang bersama dua sahabatnya, Joanna juga Marissa.
Marissa adalah orang tua tunggal Ebra, suaminya meninggal karena kecelakaan tunggal saat Ebra masih di 7 bulan di dalam kandungan.
Marissa membesarkan Ebra sendirian, sama halnya seperti Joanna. Tapi baik Oskar maupun Ebra, keduanya tidak pernah kekurangan kasih sayang seorang ayah karena Alexa sering membawa keduanya menghabiskan waktu bersama-sama dengan Arthur.
Alexa mengatakan sesuatu yang menyentuh hati Marissa saat Alexa tahu Ebra juga tidak memiliki seorang ayah seperti Oskar.
"Ebra, tolong anggap Bibi Alexa seperti ibu kalian sendiri. Ebra juga bisa menganggap Paman Arthur seperti ayahmu, jadi jangan sungkan jika ada masalah apapun, benarkan Oskar?" rajuk Alexa waktu itu.
"Em," jawab Oskar singkat.
Jika Joanna bertemu dengan Marissa di taman bermain saat membawa Oskar, berbeda halnya dengan Alexa.
Pertemuan pertamanya dengan Marissa terjadi ketika Joanna mengundangnya makan malam bersama dirumahnya. Malam itu Joanna tidak hanya mengundang Arthur juga Alexa, tapi juga Marissa serta Ebra. Sejak saat itulah hubungan mereka semakin dekat dari hari ke hari.
Tentu saja, dia dalam hubungan yang dekat itu ada satu pihak yang sangat dirugikan. Siapa lagi kalau bukan Arthur. Terkadang, dia harus menjaga anak-anak disaat ketiga wanita itu berbelanja. Dan terkadang, harus terjebak dalam perasaan lebih untuk Joanna.
"Joanna, manurutmu bagaimana kalau yang ini?" tanya Marissa kepada Joanna.
Saat ini mereka sedang membantu Alexa membeli beberapa perlengkapan pernikahannya dengan Arthur yang sudah semakin dekat.
"Itu bagus. Sangat cocok dengan Alexa," jawab Joanna.
"Benarkah aku terlihat bagus memakai ini?" tanya Alexa kurang percaya diri.
"Ini sangat cocok denganmu, Arthur pasti tidak akan berkedip ketika melihatmu nanti," puji Marissa.
"Baiklah, kalau begitu aku memilih yang ini," jawab Alexa senang.
Setelah berputar-putar sejak pagi, akhirnya selesai sudah kesibukan mereka siang ini. Mereka berencana pergi ke sebuah restoran untuk makan siang, tapi Marissa bilang tidak bisa ikut karena ada pertemuan penting dengan klien. Jadi Joanna dan Alexa hanya pergi berdua saja menuju restoran dimana mereka biasa makan bersama.
"Joanna, sore nanti biarkan aku yang menjemput anak-anak," ijin Marissa kepada Joanna sebelum pergi.
"Bukankah kamu akan bertemu dengan klien?" tanya Joanna memastikan.
"Iya, tapi ini tidak lama. Masih keburu untuk menjemput Ebra dan Oskar," janji Marissa.
"Baiklah kalau begitu, maaf merepotkanmu," ucap Joanna.
"Apa sih yang kau katakan. Aku yang lebih sering merepotkanmu," ucap Marissa sambil mencium Alexa dan Joanna bergiliran.
"Berhati-hatilah! Kita bertemu lagi di rumah Joanna sore nanti," ujar Alexa.
Marissa pun segera pergi setelah teman-temannya mempersilakannya. Menghadiri pertemuan untuk membahas kerja sama penting yang hampir menemui kesepakatan.
"Kau ingin makan apa?" tanya Alexa setelah Marissa tak terlihat. Tangannya dengan lincah membolak-balikkan buku untuk melihat menu.
"Apapun yang kamu makan, aku juga akan makan," jawab Joanna.
"Baiklah, kali ini biar aku yang pesan," kata Alexa sambil memperhatikan menu dengan seksama.
Beberapa saat kemudian, Alexa memanggil pelayan untuk memesan beberapa menu dan cola sesuai keinginannya untuk porsi dua orang saja. Sembari menunggu pesanan, Alexa memainkan ponsel miliknya dengan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
"Alexa, kau akan segera menikah. Jaga kesehatanmu dengan baik," ujar Joanna membuka percakapan.
"Aku tahu," jawab Alexa masih dengan menatap layar handphonenya.
Melihat Alexa yang masih sibuk dengan intermezzonya, Joanna pun ikut merogoh ponsel miliknya.
Pertama yang dia lakukan adalah menghubungi salah satu guru di sekolah Oskar dan memberitahunya jika hari ini Oskar akan dijemput oleh Marissa.
Kedua, memeriksa sebuah pesan masuk yang diterima Joanna, itu adalah pesan dari Louise.
"Joanna, apa kau sibuk?"
Begitulah isi pesan dari Louise. Pesan itu diterimanya sejak satu jam lalu.
"Maaf, aku sedang membantu temanku mempersiapkan pernikahannya sekarang," balas Joanna.
Pesan balasan telah dikirim. Tapi tidak ada balasan lagi dari Louise, mungkin dia masih sibuk. Tapi, kenapa dia menghubunginya hari ini. Makan malam yang mereka sepakati kan masih akhir pekan.
Setelah beberapa saat menunggu, pesanan mereka pun datang. Alexa yang nyaris rebahan kembali duduk tegak. Sementara Joanna langsung menyimpan kembali telepon genggam miliknya.
"Ada apa, kau terlihat senang," tanya Alexa begitu menyadari perubahan mimik di wajah Joanna.
"Tidak ada, ayo makan!" jawab Joanna.
"Joanna, sepertinya Xiao O memiliki paman baru yang menyenangkan akhir-akhir ini, apa hanya perasaanku saja?" tanya Alexa dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Bukankah bagus kalau menyenangkan. Apa ada yang salah dengan itu?" jawab Joanna.
"Tidak ada. Tapi, saat pergi bersama kami tempo hari dia sering menceritakan paman barunya itu dengan mata berbinar-binar. Aku tidak pernah melihatnya seperti itu sebelumnya. Jadi katakan, siapa paman baru yang Xiao O sukai itu. Apa dia pacarmu?" tanya Alexa panjang lebar.
"Apa yang sedang kau bicarakan. Aku bahkan belum sempat bertemu dengannya, bagaimana bisa dia jadi pacarku," kilah Joanna.
"Ah, padahal aku sangat berharap begitu," sesal Alexa.
"Alexa, kau pikir apakah akan ada orang yang ingin menikah dengan seorang yang kehilangan ingatannya dan memiliki seorang anak sepertiku. Lagipula, mungkin saja aku sudah memiliki suami bukan?" kata Joanna.
"Itu tidak benar Joanna, kau belum menikah sebelumnya. Aku bisa menjaminnya 100 persen," ujar Alexa percaya diri.
"Kau yakin?" tanya Joanna.
"Tentu saja aku yakin. Aku kan yang menemukanmu malam itu. Dengarkan aku, bukan hanya aku tapi Arthur juga Bibi Diaz sangat yakin akan hal itu. Jadi cobalah untuk memulai, Joanna. Tidak perlu mencemaskan masa lalu yang tak bisa kau ingat. Karena kau sudah lupa maka biarkan saja. Kau berhak bahagia dengan hidupmu yang sekarang bukan? Mungkin tak terlihat, tapi suatu saat Xiao O akan membutuhkan sosok seorang ayah terlepas dari keberadaan Arthur yang selalu ada untuknya," urai Alexa panjang lebar.
"Aku tahu," jawab Joanna lirih dengan menyunggingkan senyum manis di sudut bibirnya.
Melihat itu, Alexa bangkit kemudian memeluknya, "Aku tahu kau menjalani perjalanan yang tidak mudah selama ini. Tapi kau sangat hebat karena bisa bertahan sampai titik ini. Joanna, lepaskan semua beban tentang masa lalumu itu sekarang dan mulailah membuka hati. Atau, kalau kau tak kunjung memulai juga, aku akan benar-benar membiarkan Arthur untuk menjadikanmu istri keduanya," ancam Alexa.
"Alexa, apa sih yang kau katakan," tolak Joanna dengan menyingkirkan Alexa dari pelukannya.
"Joanna, bukankah selama ini kita sudah begitu. Kita bertiga membesarkan Oskar bersama-sama. Lalu apa salahnya jika terus melanjutkannya seperti ini?" lanjut Alexa.
"Alexa, apa kau gila. Kau bahkan belum meresmikan pernikahanmu dan kau sudah menawarkan calon suamimu untukku. Apa kau tidak takut aku menerima tawaranmu?" tanya Joanna dengan menaikkan satu alisnya. Lengkap dengan memukul Alexa dengan ringan.
"Maka aku akan sangat senang. Atau begini saja, kau menikahlah duluan dan aku selanjutnya. Bagaimana menurutmu? Joanna, asal itu kau aku tidak pernah keberatan jika kau jadi istri pertama dan aku jadi yang kedua. Bagiku, pertama dan kedua itu hanya soal urutan," jawab Alexa dengan lapang dada.
"Alexa, hentikan pikiran liarmu itu," ketus Joanna. Dia benar-benar marah sekarang.
"Joanna, niatku ini sangat baik. Bukankah menyenangkan jika nanti kau yang menyapu di dalam dan aku yang menyapu di luar. Atau, kau yang memasak dan aku yang membersihkan rumah. Lalu biarkan Arthur yang merawat anak-anak, dia kan pintar menjaga anak. Terbukti dari caranya merawat Xiao O kita selama ini," lanjut Alexa dengan tawa lebarnya.
"Alexa, kau benar-benar idiot. Itu tidak akan pernah terjadi meskipun hanya dalam mimpimu. Lalu, Xiao O itu milikku bukan milik kita," tolak Joanna mentah-mentah lengkap dengan tatapan yang ingin memakan Alexa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
@Kristin
Mawar buat Alexa🌹
2022-12-06
0
Dehan
ada ada aja alexa.. tidak semudah itu jadi yg kedua alexa
2022-10-28
1
Dewi Payang
Ah Alexa, pikiranmu mengerikan....
2022-08-28
0