...༻⌘༺...
"Azka..." perhatian Altesa terus terpusat pada Azka. Namun putranya tersebut malah berlalu pergi begitu saja.
"Hari ini Bi Warni datang. Kau tidak perlu memasak dan mencuci lagi," ujar Wildan. Membuat kening Erma sontak mengernyit. Dia heran mendengar Wildan tiba-tiba berucap begitu.
"Benarkah? Syukurlah..." tanggap Altesa. Memaksakan dirinya tersenyum. Ia tadinya hendak mengejar Azka. Namun urung karena Wildan mendadak bicara. "Tapi aku tidak masalah dengan tugas memasak. Biarkan Bi Warni melakukan tugas untuk mencuci saja," ucapnya bersungguh-sungguh. Tujuan Altesa melakukan itu, tentu agar dirinya bisa membuat makanan untuk Azka setiap hari.
"Ya sudah, aku harus pergi bekerja dulu," pamit Altesa sembari beranjak melalui pintu keluar.
"Tidak usah berlagak seperti malaikat!" sinis Erma. Dia melirik selintas Altesa yang berjalan melewatinya. Saat itulah dia berhasil memergoki Wildan. Lelaki tersebut menatap Altesa sampai memutar kepala ke belakang hingga 90 derajat.
"Mas! Kenapa kau menatap wanita itu sampai begitu?!" timpal Erma.
Wildan langsung menggeleng kuat. Dia mengusap kasar wajahnya satu kali.
"Mas! Jawab pertanyaanku!" desak Erma seraya menghentakkan salah satu kaki.
"Tidak apa-apa. Aku hanya aneh dengannya. Dia terlihat berusaha keras berdandan. Bukankah begitu?" Wildan memberi alasan.
"Aku tahu! Jangan bilang kau tergoda dengannya karena itu?!" tukas Erma. Menyalangkan mata sambil berkacak pinggang.
"Tentu saja tidak! Kau tahu aku mencampakkannya demi dirimu. Tidak mungkin aku tertarik dengan Altesa lagi!" Wildan membantah tegas.
"Itu bisa saja terjadi kan? Karena dulu kau pasti sempat mencintainya. Jadi, perasaan lama itu pasti bisa muncul! Jika begitu, aku akan mengusirnya dari sini!"
"Ayolah, sayang... kau harus mengingat besarnya pengorbananku agar bisa bersamamu. Itu bukti bahwa aku sangat mencintaimu." Wildan melingkarkan tangan ke pinggul Erma. Menatap dalam manik hitam istri keduanya tersebut.
Erma terkesiap. Kata 'cinta' yang selalu dilontarkan di mulut Wildan memang selalu bisa membuat hatinya luluh. Tak lama kemudian, Wildan segera menggendong Erma dengan gaya bridal. Pergi ke kamar sambil mengikik bersama.
"Mas itu selalu bisa bikin hati aku meleyot," komentara Erma. Dia dan Wildan segera melanjutkan kegiatan intim di atas ranjang.
Di sisi lain, Altesa baru sampai ke lokasi syuting. Dia datang bersama Beno seperti biasa. Langsung menemui Revan yang telah menunggu di tenda.
Kedatangan Altesa menarik perhatian banyak orang. Terutama dari para kaum adam. Bagaimana tidak? Altesa jauh sangat berbeda dibanding kedatangannya terakhir kali.
"Kau terlalu cantik, say. Aku yakin bukan hanya Wildan yang akan tertarik jika kau terus berpenampilan begini," bisik Beno. Dia dan Altesa baru masuk ke dalam tenda.
"Beno..." Altesa lelah menanggapi celotehan Beno yang tak ada habisnya. Terutama terkait kecantikannya sekarang.
"Kenapa lama se--" Revan menyambut dengan omelan. Tetapi perkataannya terhenti ketika melihat Altesa. Sama seperti lelaki lainnya, Revan juga dibuat kaget dengan perubahan Altesa.
Keterkejutan Revan terbilang wajar, sebab dirinya sudah tidak bertemu Altesa setengah bulan lebih. Seingat dia, Altesa hanyalah perempuan udik yang selalu berpenampilan asal dan lebih gemuk. Tetapi sekarang?
"Maafkan kami, Revan. Aku harus mengisi perutku sebentar tadi. Tapi syutingnya di mulai jam sebelas kan? Kita masih punya waktu kok," ujar Beno. Dia menyadari tatapan Revan kepada Altesa.
"Altesa semakin cantik kan? Kalau tertarik, lebih baik jangan menunda-nunda untuk mendekatinya," ucap Beno lagi.
Revan sontak gelagapan. Dia tentu merasa tertangkap basah. Matanya tampak meliar ke segela arah.
"Apa-apaan kau! Tentu tidak!" bantah Revan. "Aku hanya sedikit kaget. Aku yakin pasti kau yang mendandaninya," tambahnya sembari berlagak tenang. Lalu duduk di kursi depan meja rias.
Sementara Altesa, tangannya sigap mencubit lengan Beno. Dia tentu tidak terima dirinya diobral seperti sebuah barang.
"Beno! Kenapa kau bicara begitu!" protes Altesa dengan nada berbisik namun penuh penekanan.
"Aku hanya ingin mencarikanmu pengganti Wildan. Revan adalah salah satu lelaki baik yang kutahu," sahut Beno blak-blakkan. Dia segera mendapatkan pelototan dari Revan dan Altesa sekaligus. Akibat hal itu, Beno reflek mengangkat tangan ke udara. Kemudian mengatup mulut serapat mungkin.
"Oke, aku tidak akan bicara begitu lagi." Beno menyerah.
"Berhentilah bicara dan bekerjalah!" tekan Revan. Bola matanya memutar jengah. Dia menatap Altesa dan Beno secara bergantian. Revan baru sadar kalau Leny tidak ada. Ia lantas menanyakan hal tersebut pada Beno.
"Leny sedang pulang kampung. Dia harus menjenguk ibunya yang sakit," jawab Beno.
Revan terperangah. Matanya perlahan melirik ke arah Altesa. Kini dia dapat menyimpulkan kalau selama beberapa hari ke depan, wajahnya akan dirias oleh Altesa.
"Jadi sekarang, Altesa yang akan memberi make up ke wajahku?" Revan memastikan.
"Tentu saja. Siapa lagi? Aku hanya akan menyiapkan baju untukmu di sini. Make up bukan keahlianku." Beno merespon sambil mengambil salah satu pakaian yang tergantung.
"Tenang saja, Revan. Kau tidak takut denganku kan?" tanya Altesa. Dia melihat ekspresi Revan terlihat sangat serius.
"Ti-tidak. Untuk apa aku takut. Aku hanya tidak nyaman dengan orang baru. Apalagi dengan orang yang hampir membobol rumahku," jawab Revan sedikit tergagap.
"Percayalah kepadaku." Altesa tersenyum. Dia segera menyiapkan peralatan make up. Siap berkutat untuk memberi sentuhan ke wajah Revan.
Revan mencoba sebisa mungkin agar bisa merasa nyaman. Tetapi entah kenapa jantungnya berdebar ketika melihat wajah Altesa terlalu dekat. Alhasil Revan berusaha mengalihkan pandangannya dari perempuan tersebut. Hingga akhirnya riasan yang diberikan Altesa dapat dilakukan dengan baik. Revan bahkan bisa menjalani syutingnya tanpa ada halangan.
Hari demi hari terlewat. Maka tambah cantik pula Altesa. Bentuk tubuh langsingnya sekarang sudah ideal. Altesa hanya perlu menjaga pola makan agar tidak berlebihan.
Kini Altesa benar-benar terlihat seperti perempuan belum menikah. Kulit putihnya bersih dan kencang. Rambut hitamnya juga lurus mengkilap. Bahkan Altesa tetap cantik walau tidak memakai make up.
Kecantikan Altesa, membuat Erma risih. Dia semakin rutin melakukan perawatan ke dokter kulit. Erma sampai pergi pagi-pagi sekali untuk melakukan perawatan.
Bertepatan dengan itu, Altesa baru selesai memasak. Ia kini sibuk menyiapkan makanan di meja makan. Saat itu dia hanya mengenakan dress biasa untuk sehari-hari. Menggelung rambutnya ke atas dengan rapi. Altesa memoles bibirnya dengan lipstik tipis berwarna merah muda.
Dari arah belakang, Wildan berjalan mendekat. Tatapannya tertuju ke arah bentuk badan Altesa. Betis yang mulus dan putih juga tak lepas dari atensinya.
Jujur saja, setelah pulang dari luar negeri, sosok Altesa mulai menjadi momok bagi Wildan. Terlebih perempuan itu masih sah sebagai istrinya. Dia pastinya tergoda dengan penampilan sang istri pertama yang kian mempesona.
"Apa yang terjadi kepadamu? Kau terlihat berusaha keras memperbaiki penampilanmu," celetuk Wildan. Membuat Altesa langsung memutar tubuh menghadapnya.
"Tidak ada. Aku hanya ingin membuktikan kalau aku benar-benar ingin memulai hidup baru. Dan inilah yang kulakukan," terang Altesa. Senyuman tipis mengembang di wajahnya. Ia sebenarnya merasakan ketertarikan Wildan semenjak beberapa hari terakhir. Altesa tentu harus siap agar bisa menjaga diri dari lelaki itu.
"Kau benar-benar melakukan saran yang kuberikan. Bisakah kau jelaskan kehidupan baru bagaimana yang kau inginkan?" tanya Wildan. Melangkah lebih dekat ke hadapan Altesa. Tatapannya tertuju pada bibir ranum sang istri.
Altesa menelan salivanya sendiri. Dia mencoba melangkah mundur. Namun tanpa diduga, Wildan memegangi pinggangnya. Tidak membiarkan Altesa beranjak pergi.
"Biar kutebak. Apa kau berharap aku dan Azka akan kembali kepadamu? Itukah kehidupan baru yang kau inginkan?" ucapnya pelan. Dia semakin mendekat. Hingga wajahnya dan Altesa hanya berjarak beberapa senti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
penahitam (HIATUS)
jangan takut altesa
maju aja maju,
benturin kepalanya wildan pake kepalamu, biar koid tuh orang!
2022-08-19
2