Bab 9 - Istri Udik

...༻⌘༺...

Beno dan Rika mendengus kasar saat mendengar ide gila Altesa. Meskipun begitu, mereka tidak bisa melarang niat dari temannya tersebut.

"Tunggu, sebelum kau bertindak. Bagaimana kita temui Pak Wisnu terlebih dahulu. Dia pengacara terpercayamu kan? Mungkin dengan bantuan Pak Wisnu semuanya bisa di urus lebih cepat," usul Beno.

Altesa melebarkan kelopak mata. Dia memiringkan kepala. Berpikir kalau saran Beno ada benarnya.

"Kau benar. Mungkin sebaiknya kita temui Pak Wisnu terlebih dahulu," ujar Altesa.

Rika segera mengambil ponsel dan menghubungi Pak Wisnu. Membuat temu janji dengan lelaki yang telah menjadi pengacara terpercaya keluarga Dewangga. Termasuk Altesa sendiri.

Sayangnya Pak Wisnu tidak mengangkat panggilan Rika. Bahkan saat panggilan itu dilakukan beberapa kali.

"Aneh sekali. Teleponnya berdering, tapi Pak Wisnu tidak mengangkat," keluh Rika. Dia terus mencoba menghubungi Pak Wisnu. Namun hasilnya tetap nihil.

"Apa mungkin Pak Wisnu sudah berada dipihak Wildan. Kan kalau warisan keluarga Dewangga di ambil, otomatis Wildan harus berurusan sama Pak Wisnu," imbuh Beno.

Altesa menghembuskan nafas berat. "Sepertinya begitu..." ucapnya sembari menunduk sendu. "Satu-satunya jalan untuk merebut kembali hak milikku hanyalah dengan masuk ke lubang buaya. Aku juga tidak sudi Azka tumbuh ditangan Wildan dan wanita itu!" sambungnya. Dua tangan Altesa membentuk kepalan tinju.

"Masalah Pak Wisnu, aku akan memastikannya dengan cara bertemu langsung. Kita sebaiknya bersiap untuk menjalankan rencana," cetus Rika.

"Pertama-tama, aku ingin bekerja seperti dulu," ucap Altesa.

"Bekerja jadi make up artist lagi? Kau masih ingat caranya kan?" Beno meragu. Sebab Altesa sudah mengalami koma selama dua tahun lebih. Jadi bisa saja perempuan itu lupa bagaimana cara ber-make up. Apalagi penampilan Altesa sekarang terbilang agak serampangan.

"Aku memang sedikit lupa. Tapi tenang saja. Aku bersedia memulai semuanya dari awal. Mungkin aku bisa membantu Beno bekerja. Aku tidak bisa tinggal di rumah Wildan seharian kan?" terang Altesa panjang lebar.

"Ada benarnya, Al. Kau memang sangat pintar! Kau tentu bisa ikut bekerja denganku," sahut Beno antusias. Dia, Altesa, dan Rika segera bersiap menjalankan rencana.

Rika membantu mencari bukti tentang status Altesa yang masih sah sebagai istri Wildan. Sedangkan Beno banyak sekali memberikan pakaian serta peralatan make up.

"Kau harus diet, Al. Badanmu... wow... aku tidak bisa berkata-kata." Beno mengamati perubahan bentuk badan Altesa yang tambah gemuk.

"Ini gampang. Dulu aku seorang make up artist, aku tahu cara memperbaiki penampilan. Hanya saja sekarang, segalanya sedang tidak mendukung." Altesa menjawab sambil mengulurkan dua tangan ke depan.

"Aku tahu. Kalau perlu buat Wildan menyesal dengan penampilanmu nanti," balas Beno.

"Tidak! Aku bahkan tidak sudi menyentuh tangan Wildan!" tolak Altesa. Mengangkat dua tangannya ke udara.

"Benar sebenar kecebong cincau." Beno berucap dengan nada alunnya. Melambaikan gemulai satu tangannya. Altesa hanya bisa tergelak melihat gelagat Beno.

...***...

Hari Altesa datang ke rumah Wildan akhirnya tiba. Kini dia berdiri sambil memegang sebuah koper. Menggunakan sepatu hak tinggi serta kacamata hitam.

Altesa menggerai rambut panjangnya. Rika dan Beno terlihat memperhatikan dari dalam mobil.

"Terima kasih banyak!" ungkap Altesa seraya menoleh ke arah dua temannya berada.

"Kalau ada apa-apa hubungi kami!" seru Rika. Dia membentuk jemarinya seperti telepon. Rika dan Beno berharap Altesa mampu menjalankan rencana dengan baik.

Altesa mengeluarkan nafas dari mulut. Lalu melangkah ke depan pagar rumah Wildan. Satpam yang berjaga lantas mendekat.

Tanpa pikir panjang, Altesa mengeluarkan surat bukti kalau dirinya merupakan istri Wildan. Karena hal itu, satpam tidak bisa berkata-kata. Kemudian membiarkan Altesa masuk ke rumah.

Kebetulan Wildan dan Azka sedang tidak ada. Jadi hanya ada Erma yang ada di rumah. Wanita itu dibuat sangat kaget terhadap kedatangan Altesa.

"Kau tidak diterima di sini!" hardik Erma sambil menyalangkan mata. Dia yang tadinya duduk santai di sofa, langsung berdiri dalam posisi berkacak pinggang. Sikapnya persis seperti tuan rumah pada umumnya.

"Siapa bilang? Wildan belum menceraikanku. Jadi aku berhak datang ke sini," sahut Altesa sembari membuka kacamata hitam. Perempuan yang dulunya menangis tersedu-sedu, sekarang berubah drastis menjadi arogan.

Erma terperangah tak percaya. Terutama ketika melihat Altesa duduk dengan gaya menyilangkan kaki.

"Ah benar, aku tidak hanya berkunjung. Tapi berniat akan ikut tinggal bersama kalian. Ayo kita lihat, apakah Wildan bisa seperti Fahri dalam cerita ayat-ayat cinta," cetus Altesa. Mengangkat satu alisnya.

"Itu tidak akan terjadi!!" geram Erma. Dia bergegas mengambil ponsel dan menghubungi Wildan. Erma memberitahukan apa yang sudah dilakukan Altesa.

Salah satu rencana Altesa adalah menyimpan semua rasa sakit hatinya. Dia memang sengaja berlagak seperti wanita berani yang seolah menantang. Menurut Altesa, hal itu bertujuan agar dirinya tidak mudah ditindas. Cukup sudah dia menanggung derita.

Altesa mengamati rumah Wildan dengan rinci. Terutama foto-foto yang terpanjang di atas nakas dan dinding. Di sana hanya ada foto Wildan, Azka, dan Erma.

Ada sesuatu hal yang membuat Altesa penasaran. Apakah Wildan dan Erma tidak memiliki anak lagi selain Azka?

Di sisi lain, Erma sedang bicara serius dengan Wildan di telepon. Mendengar kedatangan Altesa, Wildan terkesan tenang. Seakan meremehkan kehadiran istri pertamanya tersebut.

"Kenapa kau sama sekali tidak terganggu, sayang? Apa kau tidak takut dia akan menghancurkan kelurga kita?!" tanya Erma terheran.

"Sayang... apa kau berpikir aku akan tertarik dengan Altesa? Itu tidak mungkin! Kau adalah yang utama bagiku, sedangkan Altesa hanyalah istri udik yang patut dibuang. Biarkan saja dia tinggal di rumah kita. Sebaiknya manfaatkan saja dia. Kau bahkan bisa menjadikannya pembantu. Kan kalau tidak sanggup, dia pasti akan minggat."

"Kau ada benarnya, sayang. Kepintaranmu itu membuatku tambah sayang. Kebetulan juga pembantu kita sedang pulang kampung. Kehadiran Altesa bisa dimanfaatkan sebagai pembantu." Erma setuju dengan ide Wildan. Pembicaraan mereka berakhir setelah saling melemparkan salam sayang.

Erma lantas menemui Altesa. Dia melihat perempuan itu memegangi salah satu figura foto miliknya.

Erma tersenyum miring. Dia berjalan pelan sambil melipat tangan di dada. "Kenapa? Berharap bisa menemukan fotomu?" tukasnya.

Altesa langsung menoleh. Lalu meletakkan kembali figura ke tempatnya. Dia tersenyum licik. Bersiap melayangkan kata-kata ampuhnya.

"Bukan begitu. Aku hanya heran, kenapa hanya ada Azka dalam foto kalian. Apa kalian tidak memiliki anak lain?" balas Altesa.

Erma merasa tertohok. Dia sudah mengangakan mulut untuk menjawab sindiran Altesa. Namun tidak sempat karena Altesa bicara lebih dulu.

"Mungkinkah karena kau sudah terlalu tua untuk hamil lagi? Ngomong-ngomong berapa umurmu?" ujar Altesa.

Erma mengatup rapat mulutnya. Pernyataan Altesa terasa seperti penghinaan baginya.

"Dasar jal*ng!" Erma mengangkat satu tangan ke arah wajah Altesa. Berniat melayangkan tamparan keras. Akan tetapi Altesa sigap menangkis serangan tersebut.

"Kenapa kau marah? Bukankah di sini aku yang memegang status istri pertama? Tapi kenapa malah istri kedua yang usianya lebih tua." Altesa justru menuang bensin ke dalam api yang telah membara.

Wajah Erma memerah padam. Dia menganggap ucapan Altesa sebagai awal mula perang. Sekarang dirinya berusaha meredam amarahnya sebisa mungkin.

"Terserah apa katamu. Yang jelas di rumah ini akulah tuan rumahnya." Erma menegaskan. Melangkah lebih dekat ke hadapan Altesa.

Terpopuler

Comments

Fitriani Fitriani

Fitriani Fitriani

kalau aku jadi altesa, aku akan bersa ndiwara, jadi wanita udik menyedihkan dan tertindas di dalam hati aku tertawa

2022-08-10

1

penahitam (HIATUS)

penahitam (HIATUS)

aku suka gayamu al.
kamu harus tetap elegan meski sebenanrnya hatimu sudah terlampau sakit. Semua itu demi membalas perbuatan bejad mereka.

Semangattt Altesaaaaa🤧🤧🤧
Aku dukung dari sini.
Aku bantu sumbang jampe-jampe, biar wildan sama erma cepat dipanggil sama author 😂😂

2022-08-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Kecelakaan Beruntun
2 Bab 2 - Bangun Dari Koma
3 Bab 3 - Pengkhianatan Suami
4 Bab 4 - Istri Baru Wildan
5 Bab 5 - Dibenci Anak Kandung Sendiri
6 Bab 6 - Kehilangan Semua Properti Bangunan
7 Bab 7 - Pikiran Yang Runyam
8 Bab 8 - Rencana Altesa
9 Bab 9 - Istri Udik
10 Bab 10 - Kamar Kecil Untuk Istri Pertama
11 Bab 11 - Perubahan Rencana
12 Bab 12 - Bukan Wanita Murahan
13 Bab 13 - Pertama Bekerja Setelah Vakum
14 Bab 14 - Wildan Berbohong Lagi
15 Bab 15 - Mulai Dekat
16 Bab 16 - Senjata Makan Tuan
17 Bab 17 - Pesona Altesa
18 Bab 18 - Cantik Yang Kian Menggoda
19 Bab 19 - Tidak Akan Kubiarkan Dia Menyentuhku!
20 Bab 20 - Saatnya Beraksi
21 Bab 21 - Rencana Wildan
22 Bab 22 - Kesepakatan
23 Bab 23 - Altesa Vs Erma
24 Bab 24 - Ciuman Wildan
25 Bab 25 - Hasrat Suami Beristri Dua
26 Bab 26 - Wildan Vs Erma
27 Bab 27 - Perubahan Erma
28 Bab 28 - Revan & Stevan
29 Bab 29 - Cinta Semenjak Koma
30 Bab 30 - Pengacara Baru
31 Bab 31 - Membuktikan Kepada Azka
32 Bab 32 - Nekat
33 Bab 33 - Lebam
34 Bab 34 - Penyesalan Selalu Datang Di Akhir
35 Bab 35 - Pendekatan Wildan
36 Bab 36 - Sesama Penyuka Seni [Bonus Visual]
37 Bab 37 - Karma
38 Bab 38 - Kedatangan Randi
39 Bab 39 - Bertemu Randi
40 Bab 40 - Keceplosan
41 Bab 41 - Perceraian
42 Bab 42 - Memilih Pergi
43 Bab 43 - Kepergian Altesa
44 Bab 44 - Potongan Rambut Revan
45 Bab 45 - Karma & Pilihan [Ending]
46 Pengumuman Novel Baru
47 Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
48 NOVEL WANITA KUAT
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 - Kecelakaan Beruntun
2
Bab 2 - Bangun Dari Koma
3
Bab 3 - Pengkhianatan Suami
4
Bab 4 - Istri Baru Wildan
5
Bab 5 - Dibenci Anak Kandung Sendiri
6
Bab 6 - Kehilangan Semua Properti Bangunan
7
Bab 7 - Pikiran Yang Runyam
8
Bab 8 - Rencana Altesa
9
Bab 9 - Istri Udik
10
Bab 10 - Kamar Kecil Untuk Istri Pertama
11
Bab 11 - Perubahan Rencana
12
Bab 12 - Bukan Wanita Murahan
13
Bab 13 - Pertama Bekerja Setelah Vakum
14
Bab 14 - Wildan Berbohong Lagi
15
Bab 15 - Mulai Dekat
16
Bab 16 - Senjata Makan Tuan
17
Bab 17 - Pesona Altesa
18
Bab 18 - Cantik Yang Kian Menggoda
19
Bab 19 - Tidak Akan Kubiarkan Dia Menyentuhku!
20
Bab 20 - Saatnya Beraksi
21
Bab 21 - Rencana Wildan
22
Bab 22 - Kesepakatan
23
Bab 23 - Altesa Vs Erma
24
Bab 24 - Ciuman Wildan
25
Bab 25 - Hasrat Suami Beristri Dua
26
Bab 26 - Wildan Vs Erma
27
Bab 27 - Perubahan Erma
28
Bab 28 - Revan & Stevan
29
Bab 29 - Cinta Semenjak Koma
30
Bab 30 - Pengacara Baru
31
Bab 31 - Membuktikan Kepada Azka
32
Bab 32 - Nekat
33
Bab 33 - Lebam
34
Bab 34 - Penyesalan Selalu Datang Di Akhir
35
Bab 35 - Pendekatan Wildan
36
Bab 36 - Sesama Penyuka Seni [Bonus Visual]
37
Bab 37 - Karma
38
Bab 38 - Kedatangan Randi
39
Bab 39 - Bertemu Randi
40
Bab 40 - Keceplosan
41
Bab 41 - Perceraian
42
Bab 42 - Memilih Pergi
43
Bab 43 - Kepergian Altesa
44
Bab 44 - Potongan Rambut Revan
45
Bab 45 - Karma & Pilihan [Ending]
46
Pengumuman Novel Baru
47
Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
48
NOVEL WANITA KUAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!