...༻⌘༺...
Altesa memanfaatkan kesendiriannya dengan cara mencari-cari sesuatu. Dia berpikir, mungkin saja ada bukti yang dirinya bisa temukan di rumah Wildan.
Rika dan Beno bahkan datang untuk membantu. Sebelum bertindak, mereka tentu tidak lupa mematikan rekaman CCTV.
"Rumah ini adalah hasil jarahan Wildan atas harta warisanmu, Al." Beno berkomentar sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia berdecak kagum dengan kemewahan rumah Wildan.
"Beno benar. Semua ini jelas milikmu. Wildan hanya berhasil mematenkan nama dan melipatgandakan uangnya." Rika sependapat dengan Beno.
"Sudahlah, sebaiknya kita fokus mencari bukti dahulu. Aku tidak mau berlama-lama tinggal di sini," tanggap Altesa. Dia melangkah masuk ke kamar utama. Yaitu tempat yang biasanya ditiduri oleh Wildan dan Erma.
Altesa memulai pencarian di sana. Nihil, dia tidak menemukan apapun di sana. Alhasil Altesa segera bergabung bersama Rika yang tengah ada di ruang kerja Wildan.
"Kau menemukan sesuatu?" tanya Altesa.
"Belum." Rika menjawab singkat. Ia tampak sibuk membuka laci meja kerja Wildan.
Altesa mendengus kasar. Dia iseng mengambil sebuah buku dari atas meja. Lalu membuka lembarannya. Tanpa diduga, sebuah foto terjatuh dari sana.
"Foto siapa ini?" Altesa mengambil foto yang terjatuh. Rika yang penasaran, lantas mendekat.
Dahi Altesa dan Rika mengerut bersamaan. Sebab mereka menemukan dua foto lelaki asing.
"Entahlah. Kenapa Wildan bisa memiliki foto mereka?" ujar Rika.
"Mereka tampak seperti ayah dan putranya kan?" imbuh Altesa. Dia mengamati dengan seksama foto yang dipegangnya.
"Kau benar. Mereka terlihat sangat mirip." Rika setuju dengan asumsi Altesa. "Coba lihat belakangnya. Mungkin saja ada nama yang tertulis?" usulnya.
Altesa segera memeriksa bagian belakang foto. Tetapi tidak ada apapun di sana. Hanya ada tanggal misterius yang tertera.
"Ini seperti memecahkan teka-teki saja," ucap Rika seraya memegangi kepala. Dia sudah pusing duluan.
Sementara Altesa, dia justru penasaran. Berulang kali dirinya membuka buku yang masih terpegang. Sayangnya tidak ada apa-apa lagi di sana.
"Kita harus memfotonya," cetus Altesa. Dia segera menggunakan kamera ponsel. Selanjutnya, pencarian selesai. Altesa dan dua sahabatnya berkumpul untuk makan malam. Mereka memesan pizza berukuran besar.
"Tunggu dulu." Rika tiba-tiba bicara. Dia memperhatikan Altesa dengan memicingkan mata. "Kau terlihat lebih berbeda. Aku baru sadar, penampilan temanku ini sudah seperti dulu lagi. Persis seperti tampilanmu sebelum menikah," katanya.
"Ayolah, sayangku... kau lupa kalau dulu banyak sekali lelaki yang mengejar Altesa. Tapi anehnya malah Wildan yang terpilih," cerocos Beno. Membuat mata Altesa langsung mendelik.
"Benar sekali! Jadi mulai sekarang kau harus berhati-hati, Al. Wildan bisa saja diam-diam masuk ke kamarmu." Rika sudah menduga hal yang berlebihan.
"Ayolah, guys. Jangan lebay." Altesa melambaikan tangan ke depan wajah.
"Rika benar! Kau harus jaga dirimu. Apa perlu aku meminta bantuan Revan agar kau bisa diajari ilmu bela diri?" tawar Beno tiba-tiba.
"Ya ampun Beno... Rika..." Altesa mengamati dua temannya secara bergantian.
"Kami cuman khawatir doang kok. Soalnya kamu benaran makin cantik. Pokoknya harus super hati-hati!" Rika memberikan nasehat.
"Iya... iya... aku paham." Altesa mengalah. Dia mencoba memaklumi perhatian Beno dan Rika.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau dulu mau menikah dengan Wildan?" Beno membuka topik pembicaraan baru. Rika yang mendengar langsung menganggukkan kepala. Pertanda bahwa dirinya juga penasaran akan hal tersebut.
"Ayolah. Aku tidak mau membicarakannya. Lelaki itu sebentar lagi akan khatam dari hidupku." Altesa tidak bersedia menjawab. Mengingat masa lalu hanya akan membuatnya sakit hati.
"Ah benar. Ayolah, Ben! Kau tidak seharusnya menanyakan itu!" timpal Rika.
"Astaga! Kenapa jadi aku yang disalahin. Padahal sendirinya juga penasaran," balas Beno. Dia menepuk jidat Rika dengan lemah lembut. Beno dan Rika melanjutkan perdebatan omong kosong penuh canda.
Altesa terkekeh menyaksikan kelakuan gila dua sahabatnya. Dia perlahan memeriksa layar ponsel. Mengamati foto dua lelaki asing yang tadi ditemukan di ruang kerja Wildan.
'Mereka siapa? Apa hubungannya dengan Wildan?' Altesa dibuat kian penasaran. Atensinya terfokus pada tanggal yang tertera di belakang foto. Yaitu tanggal 20 Januari 2019.
"Kalian tahu tanggal Wildan dan Erma menikah nggak?" tanya Altesa. Membuat interaksi di antara Beno dan Rika terjeda.
"Enggak." Beno dan Rika menjawab serentak.
Bola mata Altesa menyisir ke sekitar. Hingga perhatiannya berhenti ke arah foto pernikahan Wildan dan Erma. Dia berdiri dan menghampiri foto tersebut.
"Oh iya, di sana pasti tertulis tanggalnya kan?" cetus Rika. Dia mengekori Altesa. Hal serupa juga dilakukan Beno. Ketiganya memastikan kesamaan tanggal pernikahan Wildan dan tanggal yang tertulis di foto dua lelaki asing.
"Ada. Tapi tanggalnya tidak sama dengan yang ada di foto dua lelaki itu. Malah sangat jauh. Wildan dan Erma menikah pada tanggal 9 September 2019. Tanggal yang cantik," ujar Rika sambil menarik sudut bibirnya dengan sinis.
"Sebaiknya kita istirahat," usul Beno. Dia merangkul Altesa. Meletakkan kepalanya ke pundak perempuan itu.
Altesa tersenyum sembari memutar bola mata. Dia dan Rika menyeret Beno ke sofa panjang. Memaksa teman lelakinya itu untuk rebahan.
Waktu menunjukkan jam sebelas malam. Beno dan Rika telah tertidur pulas. Namun tidak untuk Altesa. Dia sibuk menjelajah internet. Mencari-cari sesuatu terkait tanggal 20 Januari 2019.
Bersamaan dengan itu, mendadak Rika terbangun. Ia menggeleng tak percaya melihat kesibukan Altesa.
"Astaga, Al... sampai cari ke internet." Sudah dua kali Rika menegur Altesa. Kini dia menyerah dan memaklumi saja. Lalu melanjutkan tidurnya lagi.
Altesa mengabaikan teguran Rika. Petunjuk kecil yang dia dapatkan sukses memunculkan rasa penasaran menggebu. Dengan sabar Altesa mencari-cari artikel penting terkait tanggal 20 Januari 2019.
Setelah lama mencari, Altesa akhirnya menemukan sesuatu. Yaitu artikel tentang kecelakaan beruntun pada tanggal itu. Parahnya dalam insiden tersebut, Altesa menjadi salah satu korban kecelakaan.
Altesa reflek membekap mulutnya. Walau tidak ada jawaban siapa lelaki yang ada di foto, tetapi segala prasangka langsung bermunculan dipikirannya.
'Tunggu, Wildan tidak merencanakan kecelakaan ini kan? Tidak mungkin kan?' duga Altesa. Wajahnya mengerucut karena merasa begitu syok.
"Nggak! Nggak mungkin. Aku nggak bisa menyimpulkan kalau belum menemukan bukti. Dua lelaki di foto ini saja masih belum terjawab," gumam Altesa. Ia memilih berpikir positif. Kemudian menenangkan diri dengan mengelus dada dan tidur ke samping Rika.
Satu malam terlewat. Beno dan Rika pulang dengan kabar baru yang ditemukan Altesa. Mereka berniat menyelidiki lebih lanjut sampai Pak Wisnu datang.
"Ingat, Al. Jam sepuluh nanti kita harus ke lokasi syuting. Hari ini kita akan mengurus Revan Alvino lagi," kata Beno.
Altesa mengangguk. Dia segera bersiap untuk pergi bekerja. Altesa mengenakan dress selutut yang dibalut dengan blazer hitam. Ia mengenakan make up tipis dan menggerai tambut panjangnya.
"Aku cantik begini buat siapa sih?" ungkap Altesa. Menatap heran pantulan dirinya di cermin. Dia mengangkat bahunya tak acuh. Kemudian beranjak dari kamar.
Ketika Altesa hendak berangkat, Wildan, Erma, dan Azka datang. Mereka semua berpapasan di ruang tamu. Altesa sontak berhenti melangkah. Memandangi Azka lamat-lamat. Dia sangat merindukan putranya itu.
Tanpa sepengetahuan Altesa, ada seseorang yang terpaku menatapnya. Siapa lagi kalau bukan Wildan. Lelaki itu terpesona dengan tampilan Altesa yang semakin cantik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
penahitam (HIATUS)
ahhh, penasarannn.
kok jadi cerita misteri gini sih.
tapi aku sukaa.
otakku berasa skorjam.
jangan plinplan kau wildan. Udah sana kau honeymoon lagi sama istrimu yang tuir itu. 😑
2022-08-19
1