...༻⌘༺...
Dua tahun delapan bulan berlalu. Suara detak jantung dari mesin EKG terus menggema. Altesa sedang telentang tak berdaya dalam balutan masker oksigen.
Karena terus menerima asupan makan dan minum melalui cairan, tubuh Altesa justru tambah berisi. Dia lebih gemuk dibanding saat terakhir kali mengalami kecelakaan.
Seorang perawat bernama Nirina masuk ke dalam ruangan. Dia menyuntikkan sesuatu ke tubuh Altesa.
"Kasihan banget kamu. Padahal cantik banget. Hari ini suamimu memutuskan untuk menyerah denganmu..." lirih Nirina sembari mengamati wajah Altesa. Dia termangu sejenak.
Kebetulan Nirina merupakan perawat yang bertugas untuk menjaga Altesa. Selama bertahun-tahun dia terus melakukan hal sama setiap hari. Nirina merasa dekat dengan Altesa walau tidak pernah saling bicara.
Saat terpaku menatap wajah pasiennya, Nirina tidak mengetahui satu hal. Jari telunjuk Altesa mendadak bergerak. Itu pertama kalinya dalam dua tahun terakhir. Dan pastinya, pergerakan kecil tersebut merupakan sebuah keajaiban.
Setelah jari telunjuk bergerak. Jari-jemari Altesa lainnya ikut bergerak. Selanjutnya barulah mata perempuan itu terbuka.
Silaunya cahaya langsung menghantam penglihatan Altesa. Dia berusaha beradaptasi terlebih dahulu.
Nirina yang melihat, kaget bukan kepalang. Dia bergegas memanggil dokter yang bertugas. Memberitahukan kabar tak terduga atas pasiennya.
Stevan selaku dokter yang bertugas datang. Dia tidak menyangka Altesa bisa tiba-tiba tersadar. Padahal hari itu Stevan disuruh mempersiapkan proses euthanasia. Namun sepertinya hal tersebut tidak bisa dilakukan karena pasien mendadak sadar.
"Al? Jika kau bisa melihat tanganku, tolong anggukan kepalamu," ujar Stevan sambil melambaikan tangan ke depan wajah Altesa.
Altesa masih berusaha mengumpulkan kesadaran. Meskipun begitu, dia menganggukkan kepala untuk memberi jawaban.
"Ini benar-benar keajaiban! Wildan pasti sangat senang!" seru Stevan. Dia memerintahkan Nirina untuk memberitahu Wildan perihal keadaan Altesa.
"Tenanglah, Al. Kita lakukan semuanya dengan bertahap." Stevan berucap dengan raut wajah sumringah.
Karena sudah mampu mencerna semuanya, Altesa mulai bisa merespon melalui suara. Dia menanyakan apa yang sudah terjadi kepadanya.
"Kau mengalami koma selama dua tahun lebih. Ini adalah keajaiban!" ucap Stevan.
"Be-benarkah? Apa aku akan baik-baik saja?" sahut Altesa yang terlihat cemas. Dia merubah posisi menjadi duduk.
"Keadaanmu sangat baik. Kau hanya perlu terbiasa untuk melakukan pergerakan aktif saja. Tubuhmu pasti terasa kaku karena terlalu lama tidak digerakkan." Stevan memberikan penjelasannya lagi.
"Bagaimana dengan keluargaku? Dimana suami dan anakku? Bolehkah aku bertemu dengan mereka?" pinta Altesa. Dia tentu merindukan keluarga kecilnya.
"Suamimu sedang dalam perjalanan ke sini!" jawab Stevan.
Altesa mengangguk. Dia segera dibimbing Stevan dan Nirina untuk berdiri. Altesa juga diperbolehkan menggerakkan kaki. Semua itu dilakukan agar dia dapat terbiasa.
Sesekali Altesa nyaris terjatuh. Tetapi itu tidak berlangsung lama, sebab dirinya dapat beradaptasi cukup cepat.
...***...
Mendengar kabar sadarnya Altesa, Wildan sangat terkejut. Dia yang sedang sibuk melakukan rapat perusahaan, bergegas pergi ke rumah sakit.
"Ini tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi..." gumam Wildan yang masih merasa tidak percaya. Dia baru masuk ke mobil. Saat itulah dia mendapatkan pesan baru dari Stevan. Lelaki tersebut mengirimkan bukti berupa foto bahwa Altesa sudah bangun.
Mata Wildan menyalang hebat. Dia mengeratkan rahang dan langsung menginjak pedal gas. Wildan akan membuktikan sendiri dengan cara mendatangi rumah sakit.
Sekian menit terlewat. Wildan akhirnya sampai di tempat tujuan. Dia segera mencari keberadaan Altesa. Istrinya itu terlihat berdiri di depan jendela dan melihat pemandangan kota.
Wildan sempat mematung dari balik pintu. Mengamati Altesa dari ujung kaki hingga kepala. Dia masih tidak menyangka kalau istrinya itu sudah sadar kembali. Mengingat kecelakaan yang menimpa Altesa terbilang sangat parah.
Rencana Wildan gagal untuk melakukan proses euthanasia. Anehnya dia tersenyum miring, lalu melangkah ke belakang Altesa.
"Al..." panggil Wildan lirih.
Altesa terkesiap. Dia langsung menoleh dan tersenyum penuh haru. Tanpa pikir panjang, Altesa menghamburkan pelukan kepada Wildan.
"Mas... aku kangen banget..." ungkap Altesa sembari memeluk erat sang suami.
Wildan hanya diam saja. Ia hanya membalas pelukan Altesa dengan lemah. Seakan tidak tertarik terhadap pertemuannya dengan Altesa.
"Mana Azka? Mas nggak bawa dia?" Altesa melepas pelukan. Dia celingak-celingukan karena berusaha mencari keberadaan anak kandungnya.
"Dia sedang sekolah." Wildan menjawab singkat.
"Benarkah? Dia pasti sudah besar sekarang. Kalau dua tahun aku koma, itu berarti usia Azka sekarang menginjak enam tahun kan?" Altesa tampak antusias.
Wildan mengangguk lemah. Senyumannya bahkan terlihat kecut.
"Terus gimana kabar ibuku? Kok dia juga nggak ada?" tanya Altesa lagi.
Mendengar pertanyaan Altesa, kepala Wildan perlahan tertunduk. Menampakkan mimik wajah sendu. Selanjutnya, barulah dia memberitahu Altesa kalau Ratna sudah meninggal dua tahun yang lalu. Tepat satu minggu setelah Altesa divonis mengalami koma.
"A-apa?! Mas bercanda kan? Tolong kasih tahu aku kalau itu nggak benar!" Altesa mengguncang badan Wildan dengan histeris.
"Maafkan aku..." perkataan Wildan menunjukkan keseriusan. Membuat Altesa tidak bisa membantah lagi. Perempuan malang itu akhirnya memecahkan tangis.
Wildan sigap membawa Altesa kembali ke dalam pelukan. Mencoba menenangkan sang istri sebisa mungkin.
Altesa cukup lama meratap dalam dekapan Wildan. Dia merasa sedih karena tidak sempat menemui ibunya sendiri.
"Kau harus beristirahat. Apa ada makanan yang sangat ingin kau makan? Aku akan membelikannya untukmu," tawar Wildan lembut.
Altesa tersenyum. Dia terenyuh dengan sikap sabar Wildan. "Mas nggak pernah berubah. Perhatiannya nggak pernah hilang," balasnya yang semakin mengencangkan pelukan.
"Wildan adalah satu-satunya orang yang selalu menjagamu, Al..." Stevan tiba-tiba menyahut. Dia tahu kalau Wildan adalah orang yang paling sering menjenguk Altesa.
Wildan segera membawa Altesa duduk ke hospital bed. Menyuruh istrinya menunggu sebentar. Sementara dirinya pergi untuk membelikan makanan.
Altesa menanti kedatangan Wildan. Kebetulan dia sendirian di kamar. Sesekali matanya melirik ke arah jam dinding.
Pintu mendadak terbuka. Namun bukan Wildan yang datang, melainkan Nirina. Perawat tersebut membawakan makanan pembelian Wildan.
"Loh, Mas Wildannya mana?" tanya Altesa terheran. Dahinya mengerut dalam.
"Katanya ada pekerjaan mendesak. Makanya makanan ini dikasih lewat aku," jawab Nirina seraya menyiapkan makanan untuk diberikan kepada Altesa.
"Oh begitu... tapi dia akan ke sini lagi kan?" Altesa memastikan.
"Itu pasti. Nggak mungkin suamimu tidak kembali ke sini. Kamu tenang saja." Nirina melontarkan kalimat yang menenangkan. Alhasil Altesa percaya dan mengangguk.
Tidak terasa hari telah malam. Akan tetapi Wildan tak kunjung datang. Altesa akhirnya mencoba menghubungi Wildan melalui telepon rumah sakit. Sayangnya, nomor Wildan tidak aktif.
"Mas Wildan pasti sibuk banget. Mungkin dia akan datang besok." Altesa berusaha berpikir positif.
Di sisi lain, Stevan baru selesai mengobati seorang pasien. Dalam perjalanan menuju kamar Altesa, dia mendapat kabar tak terduga.
"Pasienmu yang bernama Altesa sudah tidak memiliki wali lagi!" kata seorang perawat bernama Raihan.
"Apa? Maksudmu?" kening Stevan mengernyit.
"Wali yang dahulu sudah mencabut haknya untuk tidak bertanggung jawab lagi. Jadi untuk sekarang, pasien itu belum membayar biaya pengobatan!" terang Raihan.
Stevan tercengang. Dia yang selama ini menduga Wildan berhati baik, ternyata tega menelantarkan istrinya sendiri.
..._____...
Catatan Kaki :
Euthanasia : Adalah tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja untuk menghilangkan penderitaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Neneng Liauw
laki benalu
2022-11-27
0
Vivi Bidadari
Wildan Wildan mau kaya kok merampok harta istri dasar laki2 gila 😁
2022-08-30
2
zeaulayya
Miris banget yah idupnya altesa ini, wildan tenggelamkan di laut ajah greget bngt , bacanya kudu di balap nih🫢😁 semangat thor
2022-08-23
1