Bab 10 - Kamar Kecil Untuk Istri Pertama

...༻⌘༺...

Altesa langsung membuang muka. Seolah tidak peduli dengan ucapan Erma. Dia kemudian duduk kembali ke sofa. Dalam keadaan tangan yang menyilang di dada.

Erma meringis jijik. Dia segera pergi meninggalkan Altesa. Membiarkan perempuan itu sendirian di ruang tamu.

Tak lama kemudian, Azka datang dari sekolah. Altesa langsung berdiri. Dia tentu bersemangat ketika melihat sang anak.

"Kenapa Tante datang lagi?" timpal Azka dengan alis yang nyaris bertautan.

"Untuk sementara aku akan tinggal di sini..." sahut Altesa. Kali ini dia mencoba menahan diri agar tidak membuat Azka takut.

"Apa?!" Azka kaget. Dia terlihat panik dan berlari menaiki tangga.

Altesa yang cemas Azka akan terjatuh, memutuskan untuk mengikuti. Dia melangkah pelan mengiringi Azka. Hingga ketika tiba di lantai dua, Altesa menyaksikan Azka masuk ke sebuah kamar.

Pintu kamar dibiarkan terbuka. Azka terlihat menghampiri Erma yang rebahan di kasur. Wanita itu tidak langsung duduk saat didatangi Azka. Dia hanya sibuk memainkan ponsel.

"Bunda! Bunda! Kenapa tante jahat itu tinggal di sini?!" tanya Azka sambil menghentakkan dua kaki secara bergantian.

"Dia akan tinggal sementara saja, Sayang. Tidak akan lama. Kau lebih baik istirahat dan makan ya. Bunda tadi sudah pesankan pizza," ujar Erma. Dia menatap dan tersenyum selintas ke arah Azka. Lalu kembali fokus dengan ponsel.

Dari balik dinding, Altesa mengamati bagaimana cara Erma memperlakukan Azka. Wanita tersebut memang terkesan peduli, tetapi perhatiannya masih terbilang kurang.

'Baguslah kalau begini. Aku dapat dengan mudah memberi perhatian sama Azka,' batin Altesa seraya tersenyum tipis. Ia merasa mempunyai harapan.

Diam-diam Altesa turun ke lantai bawah. Saat itulah dia berpapasan dengan Wildan. Lelaki itu datang sambil melonggarkan dasi.

"Jadi kau tidak masalah mau tinggal di sini?" tanya Wildan dengan seringai di semburat wajahnya.

"Aku terpaksa. Itu karena kau telah menjual semua porperti bangunanku! Katakan kepadaku, berapa banyak harta yang kau ambil dariku." Altesa melangkah ke hadapan Wildan.

"Jika kau ingin menumpang tinggal di sini, sebaiknya jangan pernah membicarakan hal yang sudah bukan milikmu lagi." Wildan berucap pelan tetapi dengan penuh penekanan. Dia melingus melewati Altesa. "Ikuti aku! Akan aku tunjukkan kamar untukmu," ucapnya tanpa menoleh ke belakang.

Altesa segera mengambil koper. Dia melenggang mengekori Wildan. Tepatnya ke sebuah kamar yang dekat dengan pedapuran.

"Masuklah! Ini kamarmu. Lebih baik dari pada tidur di jalanan bukan?" kata Wildan sembari membukakan pintu. Memperlihatkan kamar kecil yang seharusnya dikhususkan untuk pembantu.

Mata Altesa langsung mendelik. "Aku tidak mau tidur di kamar ini," tolaknya ketus.

"Terima saja. Semua kamar bagus sudah di isi," kilah Wildan. Ia tentu berbohong. Mengingat rumah yang ditinggalinya sekarang besar bak sebuah istana.

"Benarkah? Kalau begitu aku akan melihat-lihat sendiri." Altesa tidak percaya. Dia beranjak seraya membawa kopernya.

Wildan gelagapan. Dia buru-buru menghentikan. Mencengkeram erat lengan Altesa.

"Sudah kubilang! Tidak ada kamar lagi untukmu. Jika kau tidak mau kamar yang kuberikan, maka aku akan langsung mengusirmu dari sini!" ancam Wildan dengan tatapan tajam.

"Begitukah sikapmu pada istri?! Kau tahu aku bisa menuntutmu! Sekarang aku menyiapkan pertemuanku dengan Pak Wisnu!" balas Altesa yang tersungut amarah. Dia akhirnya kelepasan.

Wildan sempat terdiam mendengar pernyataan Altesa. Tetapi itu tidak berlangsung lama. Sebab dia segera melepaskan gelak tawa. Menyebabkan kening Altesa mengernyit dalam.

"Kau pikir itu lucu?!" Altesa mengepalkan tinju di kedua tangan.

"Bwhahaha... sangat lucu, Al." Wildan masih tertawa. Lama-kelamaan dia berhenti tergelak. Kemudian menyatakan, "aku akan menunggu tuntutanmu itu. Jadi, lebih baik kau masuk ke kamar kecilmu."

Wildan tersenyum miring. Dia merampas koper Altesa. Kemudian melemparkannya ke dalam kamar. Seakan memaksa Altesa untuk segera masuk ke kamar tersebut.

Setelah itu, Wildan memandangi Altesa penuh curiga. Dia tentu merasa aneh dengan segala perubahan istri pertamanya tersebut.

"Apa maumu? Kau pasti merencanakan sesuatu," tukas Wildan. Menyebabkan pupil mata Altesa melebar seketika. Walaupun begitu, dia tetap berlagak tenang.

"Aku hanya butuh tempat tinggal. Lagi pula kita belum bercerai bukan? Sebagai suami, kau masih memiliki kewajiban untuk menjagaku," tanggap Altesa.

"Kita memang belum bercerai. Tapi aku sudah tidak menganggapmu sebagai istri." Usai berucap begitu, Wildan berlalu pergi.

Kini Altesa tidak punya pilihan. Wajahnya memerah padam karena amarah.

Altesa terpaksa masuk ke kamar. Dia menyandar di pintu dan perlahan terduduk ke lantai. Memikirkan bagaimana sikap Wildan terhadapnya tadi.

"Apa yang terjadi pada Wildan? Kenapa dia jadi begitu?" gumam Altesa. Ia membandingkan Wildan yang dulu dan sekarang. Perbandingannya jelas sangat berbeda.

Altesa mengambil ponsel. Dia segera menanyakan Rika perihal Pak Wisnu.

"Aku sudah mendatangi Pak Wisnu ke kantornya. Tapi dia tidak ada. Katanya Pak Wisnu sedang berlibur. Kita harus menunggu, Al. Atau kau mau aku carikan pengacara lain?" ujar Rika dari seberang telepon.

"Tidak perlu. Jika memakai jasa pengacara lain, maka kita akan mulai dari awal. Dan kemungkinan kita akan kesulitan menemukan bukti. Lagi pula aku tidak mau terlalu banyak berhutang kepadamu dan Beno," ucap Altesa.

"Tidak apa-apa, Al. Aku dan Beno tidak mau kau berlama-lama tinggal di sana!"

"Aku bisa bertahan. Percayalah, aku tidak akan menyerah sebelum bisa meyakinkan Azka." Altesa memunculkan tekadnya lagi.

"Ya sudah... jika Wildan dan wanita itu jahat padamu, jangan lupa untuk mendokumentasikannya dengan video atau foto. Dan pastikan kau tidak akan kalah. Aku--"

"Kau tenang saja. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Terima kasih banyak, Rik. Beritahu Beno, aku akan ikut bekerja dengannya besok." Altesa sengaja memotong ucapan Rika. Dia menjadi orang yang mengakhiri panggilan lebih dulu.

Altesa berdiri ke depan cermin. Memperhatikan bentuk tubunya dari ujung kaki hingga kepala. Dia memang tidak membantah bahwa penampilannya acak-acakan. Ditambah badannya lebih berisi.

"Ayo kita perbaiki penampilan mulai dari sekarang. Dan tidak ada hari esok!" Altesa bicara pada pantulan dirinya sendiri. Ia meluruskan rambut dengan alat cetok. Lalu mengganti pakaian dengan sebuah dress selutut.

Saat sore menjelang malam, Altesa sibuk memasak di dapur. Dia ingin membuatkan makan malam khusus untuk Azka.

Bertepatan dengan itu, Erma muncul. Dia mengukir seringai diparasnya.

"Syukurlah kau tahu harus melakukan apa. Tolong buatkan aku teh hangat." Erma dengan gamblang menyuruh Altesa. Dia terlihat sudah menunggu di meja makan. Wanita itu lagi-lagi asyik bermain ponsel.

"Buatlah sendiri!" balas Altesa.

Erma terperangah. Atensinya segera beralih ke arah Altesa. "Hei! Apa kau sadar dengan posisimu? Kau lebih muda dariku! Selain itu, kau menumpang tinggal di sini!" tegasnya seraya bangkit dari tempat duduk.

"Aku tahu. Tapi posisiku masih sebagai istri sah Wildan." Altesa membalas dengan nada bicara lembut. Ia bahkan memegangi dadanya. Menampakkan mimik wajah tak bersalah.

"Cepat lakukan saja perintahku!" Erma memaksa.

Altesa terdiam sejenak. Sampai terlintas ide dalam benaknya. Dia lantas berkata, "Maaf... ya sudah kalau begitu."

Altesa menundukkan kepala. Dia mengambil sebuah gelas dari rak. Membuatkan teh hangat untuk Erma.

Ketika sudah selesai, Altesa memberikan teh buatannya kepada Erma. Tanpa pikir panjang, istri kedua Wildan itu meminum teh tersebut.

Byur!

Belum sempat menelan, Erma langsung menyemburkan teh keluar dari mulut. Bagaimana tidak? Rasanya sangat asin seperti air laut.

"Kau beruntung aku tidak memasukkan racun," imbuh Altesa sambil tergelak kecil. Dia kembali lanjut memasak.

Terpopuler

Comments

Anita Yuniar

Anita Yuniar

baguus altesaa

2022-11-03

1

zeaulayya

zeaulayya

Rasain loh ,, minum dah tuh teh asinnya🤭🤣 good job altesa , kerjain terus ampe kapok , dan jgn lupa wildan si bajigur buat acak”hati dan pikirannya , kemudian hempaskan 💪🏻😁iidiihh si tua begaya jadi istri muda🤪

2022-08-26

1

penahitam (HIATUS)

penahitam (HIATUS)

Keren banget Altesaa...
kalo di dunia real, si Erma udah jadi perkedel tuh.
Udah pelakor, sok berkuasa lagi.
Dasar wildan buaya rawa, gak guna. Hihhhhh....

geregetan aku thor,
coba aja wildan sama erma itu manusia asli, pengen ki santet pake jasa pesulap merah itu 😂😂😂

benci banget sama tukang selingkuh. .

2022-08-10

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Kecelakaan Beruntun
2 Bab 2 - Bangun Dari Koma
3 Bab 3 - Pengkhianatan Suami
4 Bab 4 - Istri Baru Wildan
5 Bab 5 - Dibenci Anak Kandung Sendiri
6 Bab 6 - Kehilangan Semua Properti Bangunan
7 Bab 7 - Pikiran Yang Runyam
8 Bab 8 - Rencana Altesa
9 Bab 9 - Istri Udik
10 Bab 10 - Kamar Kecil Untuk Istri Pertama
11 Bab 11 - Perubahan Rencana
12 Bab 12 - Bukan Wanita Murahan
13 Bab 13 - Pertama Bekerja Setelah Vakum
14 Bab 14 - Wildan Berbohong Lagi
15 Bab 15 - Mulai Dekat
16 Bab 16 - Senjata Makan Tuan
17 Bab 17 - Pesona Altesa
18 Bab 18 - Cantik Yang Kian Menggoda
19 Bab 19 - Tidak Akan Kubiarkan Dia Menyentuhku!
20 Bab 20 - Saatnya Beraksi
21 Bab 21 - Rencana Wildan
22 Bab 22 - Kesepakatan
23 Bab 23 - Altesa Vs Erma
24 Bab 24 - Ciuman Wildan
25 Bab 25 - Hasrat Suami Beristri Dua
26 Bab 26 - Wildan Vs Erma
27 Bab 27 - Perubahan Erma
28 Bab 28 - Revan & Stevan
29 Bab 29 - Cinta Semenjak Koma
30 Bab 30 - Pengacara Baru
31 Bab 31 - Membuktikan Kepada Azka
32 Bab 32 - Nekat
33 Bab 33 - Lebam
34 Bab 34 - Penyesalan Selalu Datang Di Akhir
35 Bab 35 - Pendekatan Wildan
36 Bab 36 - Sesama Penyuka Seni [Bonus Visual]
37 Bab 37 - Karma
38 Bab 38 - Kedatangan Randi
39 Bab 39 - Bertemu Randi
40 Bab 40 - Keceplosan
41 Bab 41 - Perceraian
42 Bab 42 - Memilih Pergi
43 Bab 43 - Kepergian Altesa
44 Bab 44 - Potongan Rambut Revan
45 Bab 45 - Karma & Pilihan [Ending]
46 Pengumuman Novel Baru
47 Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
48 NOVEL WANITA KUAT
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 - Kecelakaan Beruntun
2
Bab 2 - Bangun Dari Koma
3
Bab 3 - Pengkhianatan Suami
4
Bab 4 - Istri Baru Wildan
5
Bab 5 - Dibenci Anak Kandung Sendiri
6
Bab 6 - Kehilangan Semua Properti Bangunan
7
Bab 7 - Pikiran Yang Runyam
8
Bab 8 - Rencana Altesa
9
Bab 9 - Istri Udik
10
Bab 10 - Kamar Kecil Untuk Istri Pertama
11
Bab 11 - Perubahan Rencana
12
Bab 12 - Bukan Wanita Murahan
13
Bab 13 - Pertama Bekerja Setelah Vakum
14
Bab 14 - Wildan Berbohong Lagi
15
Bab 15 - Mulai Dekat
16
Bab 16 - Senjata Makan Tuan
17
Bab 17 - Pesona Altesa
18
Bab 18 - Cantik Yang Kian Menggoda
19
Bab 19 - Tidak Akan Kubiarkan Dia Menyentuhku!
20
Bab 20 - Saatnya Beraksi
21
Bab 21 - Rencana Wildan
22
Bab 22 - Kesepakatan
23
Bab 23 - Altesa Vs Erma
24
Bab 24 - Ciuman Wildan
25
Bab 25 - Hasrat Suami Beristri Dua
26
Bab 26 - Wildan Vs Erma
27
Bab 27 - Perubahan Erma
28
Bab 28 - Revan & Stevan
29
Bab 29 - Cinta Semenjak Koma
30
Bab 30 - Pengacara Baru
31
Bab 31 - Membuktikan Kepada Azka
32
Bab 32 - Nekat
33
Bab 33 - Lebam
34
Bab 34 - Penyesalan Selalu Datang Di Akhir
35
Bab 35 - Pendekatan Wildan
36
Bab 36 - Sesama Penyuka Seni [Bonus Visual]
37
Bab 37 - Karma
38
Bab 38 - Kedatangan Randi
39
Bab 39 - Bertemu Randi
40
Bab 40 - Keceplosan
41
Bab 41 - Perceraian
42
Bab 42 - Memilih Pergi
43
Bab 43 - Kepergian Altesa
44
Bab 44 - Potongan Rambut Revan
45
Bab 45 - Karma & Pilihan [Ending]
46
Pengumuman Novel Baru
47
Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
48
NOVEL WANITA KUAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!