Bab 15 - Mulai Dekat

...༻⌘༺...

Altesa kembali pulang. Dia tidak melihat keberadaan Erma maupun Wildan. Hanya ada Azka yang terlihat asyik bermain sambil ditemani oleh pengasuhnya.

Pupil mata Altesa membesar. Ia merasa mendapatkan peluang emas untuk mendekati Azka. Tanpa pikir panjang, dirinya buru-buru berganti pakaian.

Usai membenahi diri, Altesa segera menemui Azka. Meskipun begitu, dia memilih mengamati dari jauh. Altesa takut kesenangan Azka terganggu gara-gara dirinya.

'Aku harus mulai dari mana?' batin Altesa. Tidak tahu cara mengawali pendekatan. Sebab dia sudah beberapa kali gagal mendekati anaknya sendiri.

Azka nampak memainkan mobil mainan. Itu berselang cukup lama. Sampai akhirnya Azka meminta dibuatkan makanan.

Altesa lantas menggunakan peluangnya untuk mendekat. Dia tersenyum dan berjongkok ke hadapan Azka.

"Mau Bunda masakin nggak?" tawar Altesa.

"Enggak!" tolak Azka sambil membuang muka. Dia segera menghampiri Nina.

"Cepat, Tante Nina. Aku udah lapar..." desak Azka.

"Ya udah, biar Tante pesankan makanan dulu. Azka nggak masalah kan kalau menunggu?"

Azka tertegun sejenak. Tak lama kemudian, barulah dia menganggukkan kepala. Azka tetap mengabaikan Altesa seperti sebelum-sebelumnya.

Altesa mendengus kasar. Dia tidak peduli dengan segala penolakan Azka. Perempuan tersebut beranjak ke dapur dan tetap memasak.

Kali ini Altesa memilih membuat nasi goreng. Selain ahli melalukan make up, dia juga jago memasak.

Aroma masakan yang dibuat Altesa menyeruak kemana-mana. Terutama pada Azka dan Nina. Kebetulan mereka ada di ruang tengah. Lokasi yang tidak begitu jauh dari dapur. Jujur saja, keduanya tidak bisa mengelak kalau bau yang tercium sangatlah lezat.

Perut Azka langsung keroncongan saat menghirup bau masakan Altesa. Kini dia menelan ludahnya sendiri. Lalu perlahan melirik ke arah dapur.

"Kenapa, Ka? Udah lapar banget ya? Kalau mau makan masakannya Tante Al bilang aja," tegur Nina sekaligus memberi tawaran.

Azka menggeleng. Dia memilih menahan lapar dari pada harus memakan makanan buatan Altesa.

"Ya udah..." Nina mencoba mengerti.

Satu jam terlewat. Tetapi makanan pesanan Azka tidak kunjung datang. Wildan dan Erma bahkan belum juga pulang.

Azka mulai meringiskan wajah. Satu tangannya terus mengelus-elus perutnya sendiri. Nina yang melihat, berinisiatif menghubungi jasa pengantar makanan. Namun dia sama sekali tidak mendapat kabar apapun.

Nina menghela nafas panjang. Ia jadi kasihan menyaksikan Azka. Nina ingin memasakkan sesuatu, tetapi Azka tidak pernah menyukai masakan buatannya. Itulah alasan Nina selalu memesan makanan dari luar. Wildan bahkan selalu memberikan uang khusus untuk makan Azka.

Sementara itu, Altesa sengaja menunggu di dapur. Nasi goreng buatannya masih tersedia untuk Azka. Ia menunggu sang putra di meja makan.

"Lapar, Tante!" keluh Azka. Akibat rasa lapar yang mengganggu, dia jadi tidak merasakan kantuk.

Altesa reflek berdiri saat mendengar teriakan putranya. Dia langsung mengambil sepiring nasi goreng, kemudian mendatangi Azka.

"Jangan sampai kelaparan, Ka. Ini udah dibuatkan nasi goreng. Lihat! Nasi gorengnya kayak boneka beruang kan?" Altesa duduk di hadapan Azka. Meletakkan hidangan buatannya ke atas meja. Dia sengaja membentuk nasi gorengnya semenarik mungkin.

Ilustrasi nasi goreng buatan Altesa :

Atensi Azka terpaku pada nasi goreng buatan Altesa. Selain lapar, hidangan tersebut juga terlihat enak dan menarik. Azka lagi-lagi harus menelan ludahnya sendiri.

Nina yang tahu Azka tertarik, saling bertukar pandang dengan Altesa. Dia bicara menggunakan gerakan bola mata. Memberikan kode agar Altesa bisa mengambil peluang untuk menyuapkan makanan pada Azka.

Tanpa ba bi bu, Altesa meraih piring berisi nasi goreng. Lalu mengambilkan satu sendok untuk disuapkan ke mulut Azka.

"Enggak. Tante Nina aja." Azka menggeleng. Dia tetap menolak. Kali ini nada penolakannya tidak ketus seperti biasa.

Altesa tersenyum. Bukannya sedih sudah ditolak, dia justru senang. Setidaknya Azka bersedia memakan hidangan buatannya.

"Ini! Cepat suapi Azka! Dia sudah kelaparan." Altesa langsung menyerahkan nasi gorengnya kepada Nina. Membiarkan Nina menyuapi makanan kepada Azka.

Senyuman Altesa melebar, ketika melihat Azka makan sangat lahap. Anak itu bahkan tidak menampakkan ekspresi kebencian lagi.

'Tidak apa-apa. Setidaknya sudah ada sedikit kemajuan. Pelan-pelan saja, Al...' sama seperti wajahnya, hati Altesa juga tersenyum. Dia berharap bisa lebih dekat lagi dengan anaknya.

Tak lama kemudian Erma datang. Matanya langsung melotot saat melihat Altesa berkumpul dengan Azka.

"Azka!" panggil Erma seraya melangkah laju mendatangi Azka.

"Bunda!" Azka reflek berdiri. Dia berlari ke dalam pelukan Erma.

"Kamu makan apa, hah?!" tanya Erma sembari melepas pelukan Azka. Lalu berjongkok ke hadapan anak tersebut.

"Nasi goreng buatan Tante..." Azka menjawab sambil melirik ke arah Altesa.

"Tante Altesa?! Astaga, Nina! Kenapa kau biarkan begitu saja?!" Erma justru memarahi Nina.

"Kenapa kau menyalahkan Nina? Memangnya apa salahnya Azka memakan masakanku. Bukankah kau sudah mempercayaiku?" Altesa mengerutkan dahi. Dia tidak mengerti terhadap sikap Erma. Begitu pun Nina.

"Ini berbeda! Aku tidak akan membiarkannya makan sendirian bersamamu!" balas Erma. Alasan terbesar kemarahannya adalah karena dia takut Azka akan diambil oleh Altesa. Mengingat Azka merupakan anak satu-satunya bagi Erma.

"Kenapa?!" Altesa menuntut jawaban. Ia masih tidak paham.

"Nina! Ikut aku! Kita perlu bicara!" Erma mengabaikan pertanyaan Altesa. Dia, Azka, dan Nina segera beranjak. Meninggalkan Altesa sendiri tanpa menerima jawaban.

Diam-diam Erma melarang Nina agar tidak membiarkan Azka berdekatan dengan Altesa. Bahkan saat mengalami keadaan tersulit sekali pun.

"Pokoknya jangan biarkan Altesa bicara dan menyentuh Azka. Kalau tidak, aku pasti akan langsung memecatmu!" begitulah ancaman yang diberikan Erma pada pengasuh Azka.

Sebagai bawahan, Nina hanya bisa menurut. Dia juga tidak berani bertanya tentang alasannya.

Di waktu yang sama Altesa duduk di depan meja rias. Dia melihat wajahnya mulai tirus. Akan tetapi dirinya malah menghembuskan nafas berat.

"Entah apakah ini karena beban hidup atau memang karena diet yang kulakukan," gumam Altesa. Dia meneruskan kegiatan dengan merebahkan diri ke kasur dan tertidur.

Malam berganti siang. Altesa terbangun karena ada teriakan serta gedoran dari depan pintu.

"Altesa! Cepat bangun dan buka pintunya!" desak suara wanita yang tidak lain adalah Erma.

"Apa lagi coba." Altesa tercengang. Dia memang selalu mengunci pintu kamar untuk berjaga-jaga. Terutama dari Wildan yang masih belum resmi bercerai dengannya.

Walau Wildan sudah tidak tertarik dengannya, Altesa tetap berusaha menjaga diri. Apa yang dia lakukan termasuk salah satu masukan dari Rika dan Beno. Altesa juga mencoba melindungi diri dari Erma yang bisa saja melakukan hal tak terduga. Seperti sekarang misalnya. Andai Altesa tidak mengunci pintu, Erma pasti sudah masuk ke kamarnya tanpa permisi.

Usai merapikan rambut, Altesa segera membuka pintu. Penglihatannya disambut dengan pemandangan baskom pakaian kotor yang sebelumnya dia abaikan.

"Ini! Kenapa kau belum juga mencucinya! Mas Wildan ingin memakai kemeja favoritnya. Cepat cuci sana!" geram Erma sambil berkacak pinggang.

Mata Altesa mendelik. Dia sempat kelepasan. Namun itu tidak berlangsung lama. Altesa dengan cepat mengambil semua pakaian kotor.

"Maaf, Kak. Aku lupa. Harusnya Kakak bilang kalau Mas Wildan ingin cepat-cepat memakai kemejanya. Kan aku nggak akan menunda-nunda waktu begini," kilah Altesa.

Sesampainya ke ruang laundry, Altesa langsung menuang semua pakaian kotor ke mesin cuci. Seringai muncul di parasnya. Ide jahil terselubung muncul dalam benak.

Terpopuler

Comments

Sari Dewi

Sari Dewi

istri cerdas

2022-09-01

2

penahitam (HIATUS)

penahitam (HIATUS)

susahhhh ya hidup sama biang kerok

2022-08-18

1

🦅ᴮᵀ⃝☽⃟☾fítrí

🦅ᴮᵀ⃝☽⃟☾fítrí

ayok all kerjain tuh orang picik ky wildan dan istrinya

2022-08-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Kecelakaan Beruntun
2 Bab 2 - Bangun Dari Koma
3 Bab 3 - Pengkhianatan Suami
4 Bab 4 - Istri Baru Wildan
5 Bab 5 - Dibenci Anak Kandung Sendiri
6 Bab 6 - Kehilangan Semua Properti Bangunan
7 Bab 7 - Pikiran Yang Runyam
8 Bab 8 - Rencana Altesa
9 Bab 9 - Istri Udik
10 Bab 10 - Kamar Kecil Untuk Istri Pertama
11 Bab 11 - Perubahan Rencana
12 Bab 12 - Bukan Wanita Murahan
13 Bab 13 - Pertama Bekerja Setelah Vakum
14 Bab 14 - Wildan Berbohong Lagi
15 Bab 15 - Mulai Dekat
16 Bab 16 - Senjata Makan Tuan
17 Bab 17 - Pesona Altesa
18 Bab 18 - Cantik Yang Kian Menggoda
19 Bab 19 - Tidak Akan Kubiarkan Dia Menyentuhku!
20 Bab 20 - Saatnya Beraksi
21 Bab 21 - Rencana Wildan
22 Bab 22 - Kesepakatan
23 Bab 23 - Altesa Vs Erma
24 Bab 24 - Ciuman Wildan
25 Bab 25 - Hasrat Suami Beristri Dua
26 Bab 26 - Wildan Vs Erma
27 Bab 27 - Perubahan Erma
28 Bab 28 - Revan & Stevan
29 Bab 29 - Cinta Semenjak Koma
30 Bab 30 - Pengacara Baru
31 Bab 31 - Membuktikan Kepada Azka
32 Bab 32 - Nekat
33 Bab 33 - Lebam
34 Bab 34 - Penyesalan Selalu Datang Di Akhir
35 Bab 35 - Pendekatan Wildan
36 Bab 36 - Sesama Penyuka Seni [Bonus Visual]
37 Bab 37 - Karma
38 Bab 38 - Kedatangan Randi
39 Bab 39 - Bertemu Randi
40 Bab 40 - Keceplosan
41 Bab 41 - Perceraian
42 Bab 42 - Memilih Pergi
43 Bab 43 - Kepergian Altesa
44 Bab 44 - Potongan Rambut Revan
45 Bab 45 - Karma & Pilihan [Ending]
46 Pengumuman Novel Baru
47 Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
48 NOVEL WANITA KUAT
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 - Kecelakaan Beruntun
2
Bab 2 - Bangun Dari Koma
3
Bab 3 - Pengkhianatan Suami
4
Bab 4 - Istri Baru Wildan
5
Bab 5 - Dibenci Anak Kandung Sendiri
6
Bab 6 - Kehilangan Semua Properti Bangunan
7
Bab 7 - Pikiran Yang Runyam
8
Bab 8 - Rencana Altesa
9
Bab 9 - Istri Udik
10
Bab 10 - Kamar Kecil Untuk Istri Pertama
11
Bab 11 - Perubahan Rencana
12
Bab 12 - Bukan Wanita Murahan
13
Bab 13 - Pertama Bekerja Setelah Vakum
14
Bab 14 - Wildan Berbohong Lagi
15
Bab 15 - Mulai Dekat
16
Bab 16 - Senjata Makan Tuan
17
Bab 17 - Pesona Altesa
18
Bab 18 - Cantik Yang Kian Menggoda
19
Bab 19 - Tidak Akan Kubiarkan Dia Menyentuhku!
20
Bab 20 - Saatnya Beraksi
21
Bab 21 - Rencana Wildan
22
Bab 22 - Kesepakatan
23
Bab 23 - Altesa Vs Erma
24
Bab 24 - Ciuman Wildan
25
Bab 25 - Hasrat Suami Beristri Dua
26
Bab 26 - Wildan Vs Erma
27
Bab 27 - Perubahan Erma
28
Bab 28 - Revan & Stevan
29
Bab 29 - Cinta Semenjak Koma
30
Bab 30 - Pengacara Baru
31
Bab 31 - Membuktikan Kepada Azka
32
Bab 32 - Nekat
33
Bab 33 - Lebam
34
Bab 34 - Penyesalan Selalu Datang Di Akhir
35
Bab 35 - Pendekatan Wildan
36
Bab 36 - Sesama Penyuka Seni [Bonus Visual]
37
Bab 37 - Karma
38
Bab 38 - Kedatangan Randi
39
Bab 39 - Bertemu Randi
40
Bab 40 - Keceplosan
41
Bab 41 - Perceraian
42
Bab 42 - Memilih Pergi
43
Bab 43 - Kepergian Altesa
44
Bab 44 - Potongan Rambut Revan
45
Bab 45 - Karma & Pilihan [Ending]
46
Pengumuman Novel Baru
47
Novel Baru Gairah Cinta Zerin & Zidan
48
NOVEL WANITA KUAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!