"Kami pergi dulu." Sean berpamitan kepada orang tua Kiara.
"Hati-hati dijalan, tolong jaga Kiara."
"Kalian tidak perlu Khawatir."
Kiara memeluk ibunya sebelum masuk ke dalam mobil.
"Kalian benar-benar tidak mau ikut bersama kami ?" tanya Kiara.
"Tidak, kami akan datang saat kalian menikah. Kau jaga diri baik-baik, jangan selalu merepotkan nak Sean."
"Baiklah, kami pergi dulu. Kalian juga jaga kesehatan."
"Sudah-sudah,,, nanti keburu ketinggalan pesawat."
Kiara melambaikan tangan kepada kedua orangtuanya.
"Kelihatannya kau cukup akrab dengan kedua orang tua mu ?" tanya Sean.
"Yah begitulah, apa kau tidak akrab dengan orang tuamu ?"
"Menurut mu ?"
"Perasaan orang tidak ada yang tahu, tapi menurutku kau dan ayahmu cukup kompak."
"Maksudmu ?"
"Lihat saja aku, bukankah kalian sama-sama memilih ku untuk dijadikan partner kerjasama."
"Cihhh kepedean."
Kiara mengalihkan pandangannya keluar jendela, banyak pedagang kaki lima di sepanjang jalan.
"Sean, jam berapa jadwal penerbangan kita ?"
"Jam 09.00 pagi, kenapa ?"
"Sekarang masih jam 07.15, perjalanan ke bandara butuh waktu 1 jam jika lalulintas lancar. Ah masih lebih dari cukup." gumam Kiara, sementara Sean tidak menghiraukan nya karena fokus pada laptop nya.
"Pak, tolong berhenti sebentar !" seru Kiara pada supir yang mengantarkan mereka. Supir pun menepi dan menghentikan mobilnya.
"Ada apa ?" tanya Sean.
Kiara tidak menghiraukan pertanyaan Sean dan langsung keluar menuju tempat para pedagang kali 5.
"Heii, hati-hati !" teriak Sean saat melihat Kiara berlari tanpa melihat kanan kiri.
"Tch, dasar bocah," gumam nya.
Kiara kembali dengan tangan yang dipenuhi berbagai macam camilan, dan hampir semuanya makanan pedas.
"Jalan pak," ujar Kiara sambil makan siomay.
"Telan dulu baru bicara," tegur Sean yang tidak habis pikir dengan tingkah Kiara.
"Kau mau ?" Kiara menawarkan camilan yang dibelinya.
"Tidak, makanan dipinggir jalan tidak sehat. Jangan terlalu sering memakan nya." Sean kembali mengingatkan Kiara.
"Huhhh dasar tidak asik, kau tidak tahu sudah lama sekali aku tidak memakan makanan seperti ini." Jawab Kiara.
"Ahhhh... i love spicy," Lanjutnya.
"Pak, tolong berhenti di minimarket depan ya pak." Titah Sean kepada sang supir.
"Baik tuan."
Sean masuk kedalam minimarket dan langsung menarik perhatian beberapa orang, termasuk kasir minimarket tersebut.
Ia tidak peduli dengan pandangan orang-orang dan terus berjalan ke Rak minuman. Setelah mendapatkan apa yang dicari, ia menuju kasir untuk melakukan pembayaran.
"Ada yang lain ?" tanya kasir yang pandangannya tidak lepas dari wajah Sean.
"Sama ini, ini dan ini juga." Belum sempat menjawab pertanyaan sang kasir, suara perempuan yang sangat dikenalnya sudah mendahuluinya sambil meletakkan beberapa snack dan cokelat.
Sean menatap gadis kecil disampingnya dan menggelengkan kepalanya.
"Jadi berapa total nya ?" Tanya Sean.
"298 ribu pak."
"Ini ambil saja sisanya." Sean memberikan 3 lembar uang 100 ribuan.
"Ckk ganteng-ganteng udah punya anak, pelit pula." gumam sang kasir yang masih bisa didengar oleh Sean dan Kiara.
Kiara tertawa puas mendengar apa yang di katakan kasir tersebut, lain halnya dengan Sean yang memasang wajah datar.
"Minum ini." Ucap Sean sembari memberikan Susu yang tadi di belinya.
"Untuk mu saja, aku sudah punya ini." Jawab Kiara sambil menggoyangkan 1 cup Boba di depan wajah Sean.
Sean mengambil dan melempar minuman Kiara keluar mobil.
"Sean !!!" Sentak Kiara marah.
"Sekarang kau sudah tidak punya minuman, jadi minum ini" Jawab Sean santai sambil menyerahkan kotak susu yang dari tadi masih dipegang nya.
"Hufffttt..." Kiara mengambil susu dari tangan Sean dengan wajah cemberut.
"Jika begini, sepertinya kau memang lebih cocok untuk jadi anakku ketimbang tunangan ku." Ucap Sean sambil mengamati wajah Kiara.
"Itu menunjukkan kalau kau sudah tua !" Jawab Kiara tanpa menoleh.
"Heiii,, kau tidak melihat tatapan memuja dari para kasir tadi. Ah sudahlah aku tidak akan berdebat dengan anak kecil. Cepat habis kan susu mu."
.....
Setibanya di kota S Sean langsung mengantar Kiara ke perumahan Pertama Indah. Tidak ada percakapan diantara keduanya, Sean sibuk dengan pekerjaannya sementara Kiara memilih tidur sepanjang perjalanan.
"Tuan Sean, kita sudah sampai."
Sean meletakkan jari nya di bibir sebagai isyarat agar supirnya tidak berisik. Ia keluar dan membuka sisi pintu yang lain, kemudian menggendong Kiara ala bridal style.
"Letakkan kopernya diruang tamu, selanjutnya kau boleh pergi. Aku akan menyetir sendiri ke kantor," ujarnya.
Sean meletakkan Kiara di ranjang berwarna pink pastel milik gadis tersebut. Ia memandangi wajah gadis yang saat ini berstatus sebagai calon tunangannya.
"Sebenarnya ada berapa banyak topeng yang kamu gunakan ?" gumamnya sambil mengelus puncak kepala gadis tersebut, selanjutnya ia mengecup kening Kiara sebelum benar-benar meninggalkannya.
Ia tidak tahu bahwa tindakan kecil nya ini telah membuat jantung seseorang bergemuruh. Ya, Kiara memang sudah terbangun sejak Sean berbicara dengan supirnya. Namun ia tetap berpura-pura tidur karena posisi nya sangat canggung.
Beruntung Sean segera meninggalkan nya. Jika tidak, mungkin jantung nya akan melompat keluar dari tempatnya.
"Nggak bisa begini terus, aku tidak boleh memiliki perasaan apapun kepada nya. Apalagi sampai jatuh cinta." Kiara mencoba menenangkan dirinya meskipun percuma. Sudah lama ia tidak merasakan getaran seperti ini, rasanya seperti ada sesuatu yang menggelitik hati nya.
Ia meraih ponselnya dan menghubungi Nana, berniat mengajak nya main keluar. Cukup lama nada dering berbunyi sampai berganti suara operator.
Kiara mencoba menghubunginya lagi namun hasilnya masih sama.
"Ck, pasti pulang pagi lagi nih anak." Kiara pun memutuskan menghampiri Nana ke rumahnya.
Sesampainya di White Residence, Kiara langsung naik ke lantai 8 tempat dimana Apartemen Nana berada. Jarinya menekan deretan angka yang sudah dihafalnya.
Kiara terheran-heran melihat ruang tamu yang cukup berantakan.
"Ckk,, apa rumah ini habis kerampokan ??" Gumamnya.
"Tapi tidak mungkin, Apartemen ini memiliki sistem keamanan nomor 1," lanjutnya.
Ia pun beranjak ke kamar Nana, untuk mencari keberadaan sang pemilik rumah ini.
"Aaaaaaa....!!!!" Teriaknya sambil menutup kedua matanya ketika melihat pemandangan didepannya.
Sebuah bantal mendarat mulus di wajah Kiara.
"Hyaaaa !!! Ngapain pagi buta begini teriak-teriak ?? Mau membangunkan semua penghuni dilantai ini ?" rutuk Nana sebal.
"Pagi buta kepalamu ! Semua tetangga mu sudah pergi bekerja. Lagipula Apartemen ini memiliki kedap suara yang bagus," balas Kiara.
"Hoaammmm... Kenapa berisik sekali." Suara laki-laki menginterupsi keduanya.
Nana melihat ke sumber suara yang berada tepat dibelakangnya.
"Aaaaaaa.... Siapa kau ?" Ia pun sama histeris nya dengan Kiara, bahkan sampai melompat dari tempat tidur dengan tubuhnya yang hampir polos.
"Hyaaa... tutupi dulu tubuhmu !" Seru Kiara melihat kelakuan sahabatnya ini.
Nana pun segera menarik selimut untuk menutupi tubuh nya.
"Duduk !!" ujar Kiara kemudian.
"Dan kau !!! Diam ditempat kalau masih ingin mempertahankan milikmu." Ryan pun dengan patuh mengikuti perintah Kiara.
"Sekarang Jelaskan !!!" Kiara duduk di sofa dengan kaki disilangkan. Tampilannya saat ini mirip seorang ibu yang ingin menginterogasi anak-anaknya.
"Semalam aku pergi ke bar, sepertinya agak mabuk dan —,"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments