Mereka tiba di lantai paling atas tempat kantor Sean berada.
"Sampai di sini saja, tunjukkan padaku dimana ruangan Sean."
"Ruangan paling ujung, anda hanya perlu mengikuti lorong ini," ujar si resepsionis yang mengantarkan Kiara sambil menunjuk sebuah ruangan, tapi diwajahnya menunjukkan sedikit ketidakpuasan dan sedikit kekhawatiran.
"Baiklah terimakasih."
"Eee... Bu Kiara ..." Ia memberanikan diri untuk memanggil Kiara.
"Ya ?" Kiara berbalik menatap resepsionis yang mengantar nya. Wajahnya cukup cantik dan tampak masih sangat muda, sepertinya belum lama bekerja disini.
"eh itu... Masalah tadi ... "
"Oh,, aku sudah melupakannya. Tidak usah dipikirkan. Hanya saja ...." Kiara berhenti sejenak untuk melihat ID card resepsionis tersebut.
"Vania, sebagai resepsionis kau juga merupakan wajah dari perusahaan ini, jadi tolong jaga sikapmu terhadap tamu," lanjutnya.
"Baiklah bu, saya akan mengingatnya." Vania membungkuk untuk mengucapkan terimakasih.
"Sudahlah aku sedang buru-buru, kamu lanjutkan pekerjaan mu."
Sean sedang berbicara dengan seseorang ditelepon ketika kiara masuk ke ruangannya. Tidak mau mengganggu seseorang yang kini berstatus calon suaminya itu, kiara duduk di kursi presdir sambil menunggu Sean selesai menelepon.
Sean yang menyadari kehadiran seseorang di ruangannya, segera mengakhiri panggilan telepon dan menghampiri Kiara.
"Jadi begini rasanya duduk di kursi presdir ?"
"Kau menyukainya ?" tanya Sean sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Hmmmm,,, lumayan... kamu mau memberikan nya pada ku ?" jawab Kiara sambil meneliti kursi yang tengah diduduki nya.
"Ada apa mencari ku sampai ke kantor ?"
"Tentu saja karena merindukan calon suami ku," jawab Kiara sambil mengedipkan mata nya, sementara tangannya dikalungkan di leher Sean.
"Oh ya ? Bagaimana kalau sekarang kita masuk ke ruangan pribadi ku untuk melepaskan rasa rindu ?" Sean menjawab sambil berbisik di telinga Kiara.
"Ehm, tidak perlu. Sebenarnya aku kemari karena ada hal penting yang perlu dibicarakan dengan mu."
Kiara melepaskan pelukannya dan kembali duduk di kursi presdir, sementara Sean hanya geleng-geleng melihat tingkah nya
"Katakan." Karena kiara sudah mulai berbicara serius, maka sean juga kembali ke mode serius.
"Besok kita harus pergi ke kota K untuk bertemu orangtuaku." tutur Kiara to the point.
"Aku ada rapat penting besok. Aku akan mengantarmu ke bandara dan menyusul lusa."
"Tidak bisa, bukankah kau sudah menandatangani kontrak perjanjian kita ? disana jelas tertulis pihak pertama harus bekerjasama penuh ketika pihak ke 2 membutuhkan bantuan ."
"Kiara, ketika kau menandatangani surat perjanjian kita, harusnya kau sudah tahu kalau kau tidak memiliki hak untuk tawar menawar dengan ku."
"Bagaimana jika dengan .... ?" Kiara berbisik di telinga Sean.
"Baiklah, besok kita berangkat ke kota K." Sean akhirnya mengiyakan permintaan Kiara untuk pergi ke kota K, menemui orang tuanya.
"Terimakasih sayang." Kiara mengecup pipi Sean sebelum berlalu meninggalkannya.
"Kukira kau orang yang jeli dan layak dijadikan partner, ternyata kau cukup gegabah dan emosional. Sepertinya aku sudah salah menilai mu." Seru Sean ketika Kiara sampai di depan pintu.
Kiara hanya mengedik kan bahu menanggapi pernyataan Sean.
....
"Maaa.... aku pulaaang...." Kiara berlari kecil menghampiri ibunya yang sedang menyirami bunga-bunga kesayangannya. Sementara Sean menyusul dibelakangnya sambil membawa koper mereka.
"Halo tante." Sean menyapa ibu Kiara dengan sopan.
"Halo... ini —?"
"Oh kenalin ma, ini Sean pacar aku. Sean, ini mama ku." Kiara memperkenalkan Sean.
"Oh halo nak Sean, saya Ratna mamanya Kiara. Mari bicara didalam."
Sean mengikuti Kiara dan ibunya masuk ke dalam rumah. Rumahnya tidak terlalu besar tapi cukup rapih. Dilihat dari dekorasinya, Sean sudah langsung tahu siapa yang mendesain dan menata rumah ini.
"Silahkan duduk nak Sean, mau minum apa ?"
"Apa saja tidak masalah."
Bu Ratna kembali dengan secangkir teh dan beberapa biskuit.
"Silahkan nak Sean, maaf hanya seadanya," ujar bu Ratna.
"Terimakasih."
"Kiara, ayo bantu mamah masak dibelakang."
"Haahhh baiklah,,, biarkan Chef Kiara yang beraksi. Kamu tunggu disini dulu, sebentar lagi papaku pulang," ujar Kiara.
"Baiklah, hati-hati."
"Aku cuma masak, bukan mau perang."
Kiara dan ibunya pergi dapur, sementara Sean menunggu diruang tamu. Karena bosan, Sean berkeliling ruang tamu dan melihat-lihat beberapa foto yang terpajang disana.
"Ra, kamu yakin sama Sean ?" tanya bu Ratna kepada Kiara. Meskipun suaranya cukup lirih tapi masih bisa terdengar oleh Sean karena rumah Kiara memang tidak kedap suara.
Sean yang mendengar namanya disebut reflek mendekat kearah dapur yang jaraknya tidak terlalu jauh dari ruang tamu.
"Tentu saja, kalau tidak, aku tidak akan mengajak nya ke rumah," jawab Kiara dengan penuh keyakinan agar mamahnya tidak curiga.
Entah kenapa, saat mendengar kalimat itu, sudut bibir Sean sedikit terangkat.
"Memangnya kenapa ?" tanya Kiara.
"Dilihat dari penampilannya saja, orang awam seperti mama juga tahu kalau ia bukan orang biasa. Ditambah wajahnya juga sangat tampan dan posturnya sempurna."
Sean tersenyum mendengar mamahnya Kiara memuji penampilan nya, namun detik berikutnya senyumannya berubah dingin saat mendengar apa yang dikatakan mamahnya Kiara.
"Kau juga pasti tahu kan, dia bisa mendapatkan gadis yang lebih baik dari mu, kenapa dia harus menikah dengan mu ? apa kamu nggak curiga ?" Kiara terdiam mendengar penuturan ibunya.
"Ra, mama cuma nggak mau kamu sakit hati. Mama lihat dia juga cuek-cuek aja. Takutnya dia cuma iseng aja."
"Aku tahu ma,, tapi mama juga tahu kan kalau aku nggak pernah 100% suka sama orang. Aku tahu batasan, jadi kalau pun pada akhirnya dia memilih pergi aku juga udah siap," jawab Kiara sambil menundukkan kepala untuk menyembunyikan kesedihannya.
Sean kembali ke ruang tamu dengan ekspresi yang rumit.
Ekspresi nya kembali normal ketika melihat ayah Kiara pulang. Mereka berbincang seputar pekerjaan di ruang tamu.
"Makanan sudah siap." Seru Kiara memanggil Sean dan Ayahnya.
"Makan yang banyak, kamu terlalu kurus." Sean mengambilkan beberapa lauk ke piring Kiara.
"Perutku nggak akan muat." Protes Kiara melihat sean terus menaruh berbagai lauk ke piringnya.
Selanjutnya mereka makan dengan tenang, tidak ada obrolan selama makan. Memang itulah kebiasaan yang diterapkan di keluarga mereka.
Setelah makan, mereka berkumpul di ruang keluarga sambil berbincang. Lebih tepatnya orang tua Kiara yang berbincang dengan Sean. Sementara Kiara hanya menjadi pendengar saja. Semuanya tampak sangat harmonis.
"Ehm.. om, tante,,, sebenarnya maksud kedatangan saya kemari selain menemani Kiara, saya ingin meminta izin kepada kalian, karena kami berencana untuk melanjutkan ke tahap yang lebih serius." Sean mulai mengutarakan tujuan utamanya datang ke rumah Kiara. Sebenarnya Kiara sendiri cukup terkejut dengan tindakan Sean, karena tidak menyangka Sean akan mengatakan nya saat ini.
"Apa kau yakin ?"
"100% yakin om."
"Apa kau bersungguh-sungguh mencintai putri saya?"
"Saya tidak bisa menjanjikan cinta seperti kisah Romeo dan Juliet, tapi 1 hal yang bisa saya pastikan. Saya akan menjaganya sebaik mungkin dan tidak akan membiarkannya menderita."
"Hahaha... Jangan terlalu percaya diri nak, jalan ke depan masih sangat panjang, tapi saya menghargai keberanianmu dan saya harap kamu bisa menepati perkataan mu. Mengenai bagaimana jawaban saya, semua tergantung bagaimana Kiara. Jika Kiara bahagia kami sebagai orang tua juga ikut bahagia."
"Terimakasih om, tante. Saya janji tidak akan mengecewakan kalian."
....
"Hahhhh sayang sekali kau tidak jadi aktor dengan kemampuan akting mu itu. Jujur saja aku hampir mengira kalau kau tidak sedang akting." Seru Kiara mengungkapkan isi hatinya.
Mereka kini sedang berjalan-jalan di taman, Kiara sengaja mengajak Sean keluar dengan alasan berjalan-jalan.
"Sepertinya tawaran yang menarik, aku akan memikirkan nya jika kau ingin aku jadi pemeran utama untuk naskah drama mu." Jawab Sean.
Keduanya tidak lagi melanjutkan percakapan dan hanyut dalam pemikiran masing-masing.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments