Begitu masuk apartemen, Kiara dikagetkan dengan keberadaan Nana yang berdiri didekat belakang pintu seolah sudah menunggu kedatangan Kiara atau lebih tepatnya menunggu gosip hangat antara sang penulis dan sutradara terkenal. Nana melihat ke belakang Kiara namun tidak menemukan siapapun.
"Tidak mengajaknya naik ?" tanya Nana penasaran
"Siapa ?"
"Pangeran yang mengantarkan tuan putri. bukankah seharusnya kita menjamu nya sebagai tanda terimakasih." jawab Nana sambil merebahkan tubuhnya di sofa.
Kiara melemparkan bantal ke arah Nana.
"Ramyeon mokkogale ? apa aku harus mengatakan itu kepada nya ?"
"boleh juga tuh... hahahaha..."
"Dasar sint*ng ...." Kiara pergi ke kamar.
"Heiii,,, bagaimana pembahasan kerjasamanya ?"
"belum ada kesepakatan." Kiara menjawab dari balik pintu.
"haaahhhh... sepertinya lebih baik aku cari penulis lain saja." gumam Nana.
"Hei aku bisa mendengar nya !" teriak Kiara dari dalam kamar.
"Coba saja kalau berani, maka ku tolak saja penawaran Indra," lanjutnya. Setelah itu Kiara pergi mandi dan tidur.
Baru saja memejamkan matanya tiba-tiba ponselnya berdering, dalam hati Kiara ingin membunuh siapapun yang menelponnya saat ini. Ia menjawab telepon nya tanpa membuka mata.
"Ya halo" dengan suara sedikit malas.
"Halo Kiara," suara ini, Kiara sangat mengenal nya. Dalam sekejap Kiara langsung bangun dan menegakkan tubuhnya.
"Apa saya mengganggu istirahat mu ?" tanya seseorang diseberang telepon. Beliau adalah Pak Ruslam dosennya di Royal College.
"Tidak, tidak, kalau boleh tahu ada apa ya pak menelpon saya malam-malam begini ?" tanya Kiara kemudian.
"Oh bukan masalah besar, hanya saja saya dengar kamu sekarang ada di Kota S. Apa kamu bisa datang ke Kampus besok ?" tanya pak Ruslam.
"Tentu saja bisa, tapi untuk apa ya pak ?" tanya Kiara heran.
"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu, ini juga berkaitan dengan beasiswa mu," ujar Pak Ruslam, nada bicara nya tampak misterius.
"Baik pak."
Kiara terus berpikir, kira-kira siapa orang yang ingin menemui nya besok. Apakah beasiswa nya akan dicabut ?
Kiara tidak mau pusing memikirkan hal yang belum pasti, jadi ia memilih untuk melanjutkan tidur nya.
....
"Na, aku pergi dulu ya," ujar Kiara sambil berlari ke arah pintu.
"Hahhh... kemana kau pagi-pagi gini ?"
"Kampus."
"Hahh... tiba-tiba ?"
"Iya nih, semalam aku ditelpon pak Ruslam, katanya ada seseorang yang ingin bertemu dengan ku dan ini berkaitan dengan beasiswa ku."
"Apakah ada CEO muda yang kebetulan naksir kamu kemudian mau menjadikan mu seorang istri ?"
"Terlalu banyak menonton drama juga terlalu baik untuk kesehatan otak," ucap Kiara.
"Sudahlah aku pergi dulu," lanjut nya.
Ini masih jam 7 pagi, hanya butuh 1 jam perjalanan dari Apartemen Nana ke Royal College.
Sebelum berangkat, Kiara mampir ke perpustakaan di dekat perumahan Permata Indah untuk sekedar melihat-lihat.
Di perpustakaan, seseorang laki-laki tampan tengah duduk sambil memperhatikan seorang gadis yang tengah sibuk mencari buku. Pandangan nya selalu mengikuti setiap gerakan yang dibuat sang gadis.
Meskipun orang itu sudah menutupi wajahnya dengan masker dan topi tapi aura ketampanan nya sangat kuat. Sehingga menarik perhatian para pengunjung, beberapa gadis muda bahkan mendekati nya dengan malu-malu untuk sekedar berkenalan. Untuk beberapa saat ia kehilangan gadis yang sedang diamati nya.
"Hei, apa kau mengenalku ?" tanya gadis yang sedari tadi diperhatikan nya dan kini gadis tersebut berdiri dihadapannya.
"Tidak," jawabnya acuh.
"Kenapa aku merasa kamu terus memperhatikan ku sedari tadi ?"
"Apakah ini cara mu untuk mendekati ku ? Menggunakan trik seperti ini tidak akan berhasil padaku," ucap Sean percaya diri.
"Sepertinya aku pernah melihat mu, hanya saja — " gadis itu menatap sang pria dari atas sampai bawah, menilai penampilan sang pria yang tak lain adalah Sean.
"Selera fashion mu cukup unik ya, maksudku kemeja kotak-kotak ini, sepertinya sudah sedikit ketinggalan jaman. Seseorang yang ku lihat memiliki selera fashion yang lebih baik dari mu."
Sean membuka mulut, sudah siap dengan sumpah serapah nya untuk Kiara, orang yang sedari tadi di perhatikan nya. Namun Kiara sudah terlebih dahulu menyela.
"Sial aku terlalu asik melihat-lihat perpustakaan ini sampai lupa waktu, aku pergi dulu bye." Kiara berlari menuju pintu keluar, namun baru beberapa langkah ia berhenti dan menengok ke belakang.
"Lain kali kalau kita bertemu lagi, kuharap kau sudah kembali menjadi CEO muda yang keren. Penampilan ini tidak cocok untuk mu," ucapnya sebelum benar-benar pergi.
Sementara yang dikomentari masih tercengang dan mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
"Ini semakin menarik," gumamnya. Sudut bibirnya sedikit terangkat membentuk seringai.
Sesampainya di kampus Kiara langsung menuju ruangan Rektor. Disana sudah ada Pak Ruslam dan dua orang lain nya.
"Duduklah," ujar Pak Ruslam.
"Terimakasih," ujar Kiara sambil mengulas senyum.
"Kiara, perkenalkan ini adalah pak Zakri, salah satu komisaris di Royal College juga orang yang memberikan beasiswa kepada mu," ujar pak Ruslam memperkenalkan seorang pria paruh baya yang entah kenapa auranya mirip dengan CEO baru PT Binakarya.
Kiara menyapa pak Zakri dengan sopan dan memperkenalkan diri.
"Baiklah Kiara, tujuan saya mengundang kamu ke kampus adalah untuk membahas beberapa hal terkait beasiswa mu."
Pak Zakri menjelaskan secara detail tentang maksud dan tujuannya memanggil Kiara ke kampus.
Sebenarnya Kiara tidak memiliki kewajiban untuk datang langsung ke kampus kecuali ada hal-hal khusus yang mengharuskan nya datang. Karena dia sejak awal sudah memilih kelas online.
Sejak awal dia memilih berkuliah di Royal College, selain karena reputasinya yang bagus juga karena ia bisa bebas memilih kelas online maupun offline.
"Tapi Pak, waktu magang saya seharusnya masih 1 tahun lagi." Jawab Kiara.
"Bukan kah ini baik ? dengan begini kamu bisa lulus lebih cepat dan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjadi karyawan tetap di Sanjaya Grup," ujar pak Zakri dengan tenang.
"Tentu saja saya sangat berterimakasih atas kesempatan yang bapak berikan, tapi bukankah di dunia ini selalu menggunakan prinsip give and take ? Jadi apa yang harus saya berikan sebagai gantinya ?"
Pak Zakri mengangkat sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Namun entah kenapa itu justru terlihat menakutkan dimata Kiara.
"Aku memang tidak pernah salah menilai orang. Sesuai ekspektasi ku, kamu adalah orang yang pintar," ujarnya.
"Karena aku sudah memilih mu, tentu saja ada hal yang bisa kamu berikan kepadaku. Namun kamu tenang saja, ini juga bukan pertukaran yang merugikan untuk mu," lanjut nya.
"Sebelum nya maaf jika saya lancang, tapi menjadi seorang sekretaris sepertinya tidak sesuai dengan jurusan yang saya ambil."
"Apa kamu sedang meremehkan posisi seorang sekretaris ?" tanya pak Zakri.
"Tentu saja tidak, hanya saja —,"
"Seorang sekretaris yang baik adalah tangan kanan atasannya, jadi tentu saja ia harus paham tentang bisnis. Apa kamu masih merasa posisi ini tidak sesuai dengan jurusan mu ?" tanya pak Zakri.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments