"Tok tok tok."
"Hei putri tidur, bangunlah !"
Demi apapun Kiara sangat ingin membunuh orang yang ada diluar pintu kamarnya itu. Tidak cukup mengganggu ketenangannya semalam, sekarang pagi-pagi buta sudah berisik sekali.
Mau tidak mau Kiara pun bangun dari tempat tidur, toh ia tidak akan bisa tidur lagi jika sudah terbangun sekali. Kiara membuka pintu dan menatap tajam orang didepannya, seolah tatapan nya bisa membunuh orang tersebut.
"Hei,,, kau tidak memakai bra ?" What the hell !! sepertinya Sean ini belum cukup hanya dengan membangunkan singa yang sedang tertidur.
Kemarahan Kiara benar-benar telah mencapai puncak.
Kiara tidak menjawab pertanyaan Sean dan berbalik kedalam kamar, sementara Sean masih tercengang dengan apa yang barusan dilihat nya. Ekspresi nya saat ini benar-benar terlihat seperti orang bodoh.
Beberapa saat kemudian Kiara kembali dengan seember air yang langsung mendarat di kepala Sean.
"Hyaaa....!!! Apa yang kau lakukan ??" Tanya Sean yang kesal karena diguyur air dingin dipagi buta.
"Membersihkan otakmu yang kotor itu."
"Hei... jangan salahkan aku, kau sendiri yang keluar tidak ..... awwww." Belum selesai bicara kepala Sean sudah di sambut ember yang baru saja dipakai Kiara untuk menyiram nya.
Baru saja ingin membuka mulutnya untuk memprotes Kiara, tapi Kiara sudah berkacak pinggang sambil menatap tajam kearah Sean.
"Sudahlah, cepat ganti bajumu, jangan lupa pakai — ."
Kiara langsung membanting pintu sebelum Sean menyelesaikan perkataannya.
Beberapa menit kemudian Kiara keluar dengan jumsuit warna kuning tanpa lengan. Sejujurnya Kiara cukup takjub melihat pakaian alm. ibu Sean yang sangat modis dan sesuai dengan seleranya. Jika tidak diberitahu sebelumnya, ia akan mengira semua baju ini disiapkan khusus untuk nya oleh Sean.
"Mau kemana kita ?"
"Ikut saja, kau akan tahu ketika sampai." Jawab sean sambil menutup pintu.
"Kenapa tidak pakai jaket ? cuaca disini cukup dingin dipagi hari." lanjutnya melihat Kiara hanya menggunakan jumsuit tanpa lengan.
"Tidak masalah, ini cukup menyegarkan."
"Tetap saja kau bisa terkena flu jika begini." Sean melepaskan jaketnya dan memberikan nya pada Kiara.
"Terimakasih."
Mereka tiba ditempat tujuan setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 10 menit. Kiara keluar dari mobil dan melihat pemandangan sekitar. Ini adalah sebuah bukit, ia pun berlari menuju ke puncak bukit dengan gembira.
Sean hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Kiara yang menggemaskan.
"Heiii pelan-pelan," tegur Sean sambil menyusul dibelakang Kiara.
"Cepatlah Sean, kita harus sampai puncak sebelum matahari terbit."
"Baiklah tadi siapa yang sudah menyiram ku dengan air dan sekarang menjadi tidak sabaran ingin melihat matahari terbit."
"Itu karena matamu aja yang jelalatan. huhhh...."
"Baiklah itu salahku,,, perhatikan langkah mu."
"Woaaahhhh.... its wonderful." Kiara berdecak kagum melihat pemandangan dari atas bukit.
"Bagaimana ? Kau menyukainya ?"
"Sangat... Pemandangannya luar biasa, udaranya juga sangat bersih."
*Cekrek*
"Kau memotret ku ?" Tanya Kiara mendengar suara kamera dibelakangnya.
"Aku memotret matahari, dan kau menghalanginya."
"Ckkk... bilang saja jika ingin memotret ku, aku tidak keberatan."
"Baiklah, lihat kemari."
Kiara menoleh ke arah sean dan menunjukkan senyum manisnya.
"Mau foto bersama ?" Kiara berjalan menghampiri Sean.
"Aku tidak suka difoto."
"Ckkk... pasangan mana yang tidak memiliki foto bersama ? Begini masih mengatakan untuk bersikap senatural mungkin agar tidak ketahuan." Kiara memanyunkan bibirnya berpura-pura marah. Ia berbalik meninggalkan sean, sementara tangannya diam-diam mengeluarkan handphone dari sakunya.
"Sean !!!"
Mendengar namanya dipanggil, Sean yang sedang melihat foto kiara di Hpnya pun menatap kearah kiara. Masih ada sisa senyum di bibirnya.
"Cekrek.... Yesss ..." Kiara bersorak bahagia karena berhasil mendapatkan foto Sean.
Ia lupa jika semua ini hanyalah sandiwara yang bisa berakhir kapan saja.
Mereka pun pulang setelah matahari semakin tinggi dan cuaca menjadi lebih hangat.
....
"Apa yang kau lakukan ? kenapa tidak memakai sendal ?"
"Membuat sarapan untuk mu karena kau sudah menghiburku." Kiara menyerahkan semangkuk bubur dan segelas susu kepada Sean.
"Aku tidak suka bubur."
"Coba saja dulu, kalau memang benar-benar tidak suka, maka makan saja sedikit. Anggap saja kau sedang menghibur kekasih mu ini."
"Ckk... Sebenarnya kau ini niat berterimakasih atau tidak... tidak ada ketulusannya sama sekali."
"Kata siapa tidak tulus ? aku sangat tulus, kau saja yang pilih-pilih makanan."
"Baiklah aku yang salah. Cepat habiskan sarapan mu sebentar lagi kita pulang."
"Huffttt.... Padahal aku masih ingin disini."
"Kalau begitu aku saja yang pulang, kau baik-baik tinggal disini."
"Kau pikir hanya kau saja yang punya kesibukan ? aku juga cukup sibuk."
"Astaga.... ini gara-gara kau mengajakku kesini. Aku jadi lupa kalau aku memiliki janji dengan Indra untuk casting pemeran film kita." Pekik Kiara begitu teringat bahwa seharusnya kemarin ia pergi studio Indra untuk melihat proses audisi.
"Bukankah hari ini hanya pemilihan pemain pendukung saja ? kenapa begitu panik."
"Setiap peran dalam suatu cerita itu sama pentingnya, tentu saja aku harus melihat semua proses nya. Aku tidak mau ada kesalahan untuk drama ini."
"Kalau begitu besok aku akan meminta mereka untuk mengulang proses audisi nya."
"Mana bisa begitu, meskipun kau ini kaya juga tidak bisa seenaknya. Biar bagaimanapun mereka juga pasti punya kesibukan masing-masing."
"Tentu saja bisa, bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau drama ini harus sempurna ? Tentu saja sebagai investor aku juga menginginkan hal yang sama."
"Tunggu dulu, apa kau bilang ? Kau adalah investor film ini ? Jangan bilang kalau kau juga mengenal Indra dan semua ini adalah rencana mu ?"
"Aku memang mengenalnya dan berinvestasi pada film ini karena mu, tapi mengenai kerjasama kalian, itu tidak ada hubungannya dengan mu," jawab Sean apa adanya.
"Aku tidak percaya perkataan mu."
"Tidak masalah, lagi pula percaya atau tidak, kau akan tetap menikah dengan ku."
Begitu mendengar kata pernikahan, sebuah pemikiran muncul di kepala Kiara. Lagipula sejak awal hubungan mereka hanyalah sebuah kerjasama, kenapa dia tidak memanfaatkannya saja ?
"Ngomong-ngomong kapan kita akan menikah ?" tanya Kiara kemudian. Nada suaranya berubah menjadi sedikit lembut.
"Kenapa ? sudah tidak marah padaku ?"
"Tidak juga, aku masih marah tapi itu juga tidak ada gunanya. Bukankah kau sendiri yang mengatakan nya, kalau pada akhirnya kita tetap akan menikah ? Jadi untuk apa aku capek-capek bertengkar dengan mu ?" Kiara berhenti sebentar untuk mengamati ekspresi wajah Sean.
"Hanya saja, ada satu hal yang sepertinya harus merepotkan mu sebelum kita menikah," lanjut nya
"Katakan."
"Bisakah kau datang ke rumah ku dan meminta restu kepada orang tua ku ?"
"Heiii... kau tahu kan kalau pernikahan kita hanya sandiwara."
Kiara menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan kesedihan diwajahnya. Jujur saja sebenarnya ia sudah lupa kalau hubungan mereka hanya sebatas sandiwara.
"Tentu saja tidak,, Siapa juga yang mau menikah dengan manusia es yang cabul seperti mu. kau pikir aku mau menjadi kekasih palsu mu tanpa alasan ?"
"Baiklah kita bahas ini nanti setelah sampai di rumah. Sekarang cepat mandi dan bersiap-siap, aku ada meeting jam 10 pagi ini."
Mereka kembali ke kota setelah membersihkan diri dan memastikan rumah kembali bersih seperti semula.
Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara. Sean fokus pada jalanan di depannya sementara Kiara memilih tidur karena semalam ia hanya tidur sebentar.
"Kita sudah sampai." Ucap Sean ketika mereka tiba di rumah.
"Kiara kita sudah sampai, kau tidak turun ?" Ucapnya lagi mengingat tidak ada jawaban dari gadis disebelahnya. Sementara orang yang dituju masih terlelap di alam mimpi.
"Ckkk.... dasar putri tidur." Sean turun dari mobil dan membuka pintu penumpang, lagipula ia tidak mungkin meninggalkan Kiara di mobil begitu saja. Jadi ia hanya bisa membawa gadis itu ke rumahnya.
Sean merebahkan Kiara di sofa, ia memandangi wajahnya yang tampak tenang sebentar sebelum sebuah suara menginterupsinya.
"Sean,, waaaahhh..." Ryan datang disaat yang tidak tepat dan langsung mendapat tatapan tajam dari Sean.
"Kita bicara di ruang kerja ku." ucap Sean tanpa menatap kearah sahabatnya itu.
...****************...
...Yang jomblo tolong minggir dulu, termasuk author yang udah baper duluan sama act of service nya Sean....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments