Indra melirik gadis disebelah nya kemudian mengusap kepalanya dengan lembut.
"Kenapa ?" Tanyanya dengan suara lembut.
"Hanya tidak suka."
"Kau menyukainya ?" lanjutnya.
"Lumayan,, gadis ini cukup menarik." jawab Indra sambil menatap kearah pintu masuk, meskipun orang yang dituju sudah menghilang sedari tadi.
"Kenapa tidak langsung menyetujui persyaratannya ? kau tak perlu menghiraukan ku."
"Maura," Tegur Indra dengan suara yang lembut namun penuh penekanan.
"Iya iya aku tahu, tapi dia hanya penulis pemula yang kebetulan sedang naik daun." Jawab Maura sambil menundukkan kepalanya.
"Jika kau terus begini, lupakan saja tentang menjadi penulis skenario terbaik. Kau harus belajar bersabar Maura, lagipula nantinya kamu akan bekerjasama dengan nya jadi kamu harus belajar menjaga sikap mu," ujar Indra yang mulai lelah menghadapi gadis disampingnya.
Sudah cukup sedari tadi ia tidak memberi wajah didepan kliennya dan sekarang ia mulai merajuk. Inilah alasan indra jarang bekerjasama dengan penulis perempuan. Ia bahkan tidak pernah ikut dalam seleksi aktris drama ataupun filmnya. Karena gadis ini pasti akan berulah.
"Tapi —, ah sudahlah kau tidak akan mengerti." gadis itu melenggang pergi tanpa menunggu Indra. Sementara yang ditinggal hanya bisa menghela nafas lelah, kemudian berjalan menuju kasir untuk membayar.
"Meskipun dia termasuk baru di dunia sastra, tapi kemampuan nya sangat bagus. Jika dia memulai lebih awal mungkin namanya sudah lebih besar dari sekarang."
"Mau sebagus apapun jika dia tidak menyetujui kontrak kerjasama nya juga percuma,"
"Dia akan menyetujui nya, jadi kamu tenang saja." Ucapnya setelah masuk ke dalam mobil.
"Kenapa kamu begitu yakin ?" Maura mengubah posisi duduknya menghadap Indra.
"Bukankah aku sudah bertemu dengannya dua kali ? ini berarti dia juga ingin bekerjasama dengan ku. Apa kamu pikir sebelumnya tidak ada produser atau sutradara yang mencoba bekerjasama dengan nya ?"
"Apa hubungannya ? bukankah ia bersedia bertemu kita karena karirmu lagi naik daun ?"
"Ini semakin memperkuat alasan ia harus menyetujui nya. Tapi selain itu ia sangat idealis terhadap setiap karyanya. Kamu hanya perlu bekerja sama dengan baik dengan nya," Jelas Indra panjang lebar.
"Jadi, sejak awal kak Indra sudah memutuskan untuk memasukkan nya ke dalam team produksi ?" tanya Maura kesal.
Indra hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Sudahlah jangan terlalu banyak berfikir, lebih baik sekarang kamu istirahat, aku akan mengantarmu pulang," ujar Indra .
Indra kembali fokus pada jalanan yang tidak terlalu ramai.
"Aku ingin pulang ke Mansion, aku rindu sama mama Diah. Bolehkan ?"
"Baiklah kita pulang ke Mansion Rahardja."
Setelah keluar dari kafe Kiara pergi menuju Pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari sana. Ia berencana membeli beberapa perabotan dan furniture untuk mengisi rumah barunya yang masih kosong.
"Apakah bisa langsung dikirim hari ini ?" tanya Kiara kepada pegawai toko yang ada disana.
"Sebentar saya tanyakan dulu." Pegawai toko itu kemudian menghubungi atasannya menggunakan walkie talkie. Kiara pun menunggu dengan sabar.
"Maaf nona, mau diantar kemana ya ?" tanya pegawai toko tersebut.
"Oh maaf saya barusan sedang melihat-lihat beberapa furniture. Ke perumahan Permata Indah didepan sana." jawab Kiara.
"Baiklah, tinggalkan alamat rumah anda disini," ujar petugas toko sambil menyerahkan sebuah kertas berisi form alamat rumah.
Kiara pun memberikan apa yang diminta oleh pegawai perempuan tersebut. Kemudian melanjutkan memilih beberapa furniture dan perabotan yang diperlukan.
Setelah selesai ia langsung menyelesaikan pembayaran dan lanjut membeli beberapa bahan makanan dan camilan untuk dibawa pulang. Sebelum kembali ke rumah, Kiara menghubungi Nana untuk membawakan barang-barang nya ke rumah barunya.
"Kenapa buru-buru banget sih pindahan nya ?" Gerutu Nana sambil meletakkan beberapa barang yang dibawanya. Sementara yang ditanya tidak menjawab karena saat ini matanya sedang fokus menatap rumah seberang.
Tak lama kemudian seorang pria yang mengendarai sepeda berhenti didepan rumah tersebut. Sepertinya itu adalah pria yang dilihatnya di perpustakaan pagi tadi, wajah nya tidak terlihat jelas karena tertutup hoodie. Tapi Kiara hafal dengan postur tubuhnya.
"Ck, dia tidak pantas dengan gaya seperti itu." gumamnya.
"Hahhh kenapa ? kau berbicara dengan ku ?" tanya Nana.
"Tidak." Jawab Kiara seraya berjalan kearah Nana. Tidak lama kemudian sebuah bel berbunyi.
"Coba kamu bukakan pintu, seperti nya orang yang mengantar barang sudah datang."
"Baiklah."
.....
Sudah satu minggu Kiara tinggal disana tapi tetangga depan rumah nya tidak pernah terlihat lagi sejak hari pertama ia pindah. Kiara juga tidak terlalu memikirkannya.
Ia membuka laptopnya untuk menulis bab baru untuk Novel terbarunya tapi ia tidak memiliki ide apapun. Pada akhirnya laptop nya hanya dibiarkan terbuka begitu saja, tiba-tiba ia teringat kalau ia harus memberikan jawaban mengenai kerjasama nya dengan Indra.
Kiara mengirimkan surel ke Indra dan langsung menerima balasan darinya.
Ia cukup terkejut dengan balasan dari Indra yang mengatakan bahwa dirinya bisa bergabung dengan team produksi.
"Terimakasih atas kepercayaan nya." Ucap Indra setelah selesai menandatangani kontrak.
"Sama-sama, terimakasih juga karena sudah mengizinkan saya bergabung dengan team produksi," balas kiara, sebuah senyuman manis terlukis di wajahnya.
"Dia tidak ikut hari ini ?" Lanjutnya.
"Maksudmu Maura ? Dia ada kuliah pagi jadi tidak ikut. Oh ya, ngomong-ngomong soal Maura, sifatnya memang masih sedikit kekanakan jadi harap di maklumi. Kedepannya kalian akan bekerjasama selama proses pengerjaan film ini, aku harap kalian bisa akur."
"Kita lihat saja nanti. Kalau begitu saya permisi dulu, ngomong-ngomong kalian cukup serasi."
Indra hanya membalas dengan senyuman, ia bukannya tidak mengerti perasaan Maura, tapi ia sudah menganggap gadis itu sebagai adiknya sendiri.
"We got it." Kiara mengirimkan pesan kepada Nana. Ia menatap langit sambil memejamkan matanya wajahnya dipenuhi senyuman.
Sudah lama sejak terakhir kali ia tersenyum bahagia seperti ini, benar-benar senyum bahagia bukan senyum untuk memalsukan kesedihan nya, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau hari ini akan datang padanya.
Meskipun ia tahu betul, bahwa pencapaiannya hari ini tidak ada apa-apa nya, jika dibandingkan adiknya. Setidaknya itulah yang selama ini dilihat orang lain dan orangtuanya.
"Sangat cantik," Ucap Ryan yang sedari tadi menatap mengawasi Kiara dari kejauhan bersama dengan Sean.
Sementara objek yang dituju tidak menyadari kalau sekarang ada dua pria tampan yang tengah menatapnya dari kejauhan.
"Apa mulutmu bisu jika tidak berbicara ?"
"Tentu tidak, tapi keindahan didepan mata sangat disayangkan jika hanya dikagumi dari kejauhan. Haruskah aku datang dan menyatakan cinta ?" Ucapnya sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Bagaimana hasil penyelidikan mu ?"
"Dasar tidak asik," balasnya sambil mencibir.
"Seperti dugaanmu, pak tua itu akan menempatkan nya di Sky Grup untuk membantu putra tercintanya. Tapi sepertinya gadis itu sedikit bersitegang dengan Ayahmu walaupun pada akhirnya mereka berhasil mencapai kesepakatan. Yah kau tahu tidak ada yang bisa mengalahkan uang."
"Oh iya, beliau juga mengundangnya ke pesta ulang tahunnya."
"Ternyata memang benar dugaanku, kalau begitu kita harus menyiapkan hadiah spesial untuk ulang tahunnya. Bagaimana kalau ku bawakan menantu ?"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Cherry blossom
Sean, hati-hati sama hati .
2023-01-12
0