"Okee..."
"Jadi ... " Kiara ingin menanyakan tentang Novel yang akan diadaptasi menjadi series, tapi ia sedikit ragu. Meskipun dari tadi pembicaraan mereka bisa dikatakan cukup lancar tapi bohong jika Kiara tidak gugup.
"Tidak usah sungkan, tujuan pertemuan kita memang untuk membahas mengenai salah satu karya anda yang berjudul Fatamorgana."
"Oh iya ngomong-ngomong kita belum berkenalan secara resmi, perkenalkan saya Indra. Seperti yang anda tahu, saya baru merintis karir saya sebagai sutradara sekaligus produser beberapa tahun yang lalu."
"Bapak terlalu merendah, Saya Cherry Blossom, hanya penulis amatir yang mencoba menuangkan isi pikiran dalam bentuk cerita," ujar Kiara.
Indra menatap Kiara seolah menunggu sesuatu yang lain.
"Tentu saja itu bukan nama asli, tapi saya tidak nyaman memberitahu nama asli saya kepada orang yang baru saya kenal."
"Aahh baiklah.. kalau begitu sebagai gantinya bisakah kamu memanggil ku Indra, kata Bapak terasa sedikit tua untuk aku yang masih cukup muda."
"Dan juga, bisakah kita berbicara santai saja ?" tanya Indra kemudian.
"Saya rasa itu sedikit tidak sopan, tapi baiklah. Ngomong-ngomong saya baru tahu kalau rasa percaya diri anda cukup tinggi juga ya."
Indra memberikan tatapan protes kepada Kiara.
"Ahhh maaf, saya — maksudnya aku belum terbiasa," ujar Kiara kemudian.
"Hahaha, sebenarnya tidak juga," ujar Indra.
Makanan mulai disajikan satu persatu, mereka pun mulai menikmati hidangan nya.
"Jadi ini burung dara special nya ?"
"Yapp... bagaimana menurutmu ?"
"Enak, dagingnya lembut, bumbunya juga meresap dengan baik, yang paling penting rasa pedasnya benar-benar menggugah selera," ujar Kiara antusias.
"Tapi aku sarankan kamu harus berhati-hati jika ingin mengajak pacarmu makan ini, ini bisa meningkatkan kemungkinan kamu ditinggalkan, mengingat lemaknya cukup yeaahhhh— kamu tahu kan ?" lanjut Kiara, keduanya pun tertawa.
"Baiklah mulai saat ini, kamu akan menjadi satu-satunya perempuan yang aku ajak kesini," jawab Indra dengan tulus, wajahnya dihiasi senyuman.
Fitur wajahnya yang tampan dan lembut, dengan kulit kuning kecoklatan yang seksi, benar-benar sulit ditolak oleh perempuan manapun. Kiara pun mengakui ketampanannya, namun hanya sebatas mengagumi dan tidak ada perasaan lebih.
"Apakah anda sedang merayuku ?" Tanya Kiara dengan nada sedikit menggoda.
"Apakah begitu kentara ?" tanya Indra.
Davira mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah mari kembali ke topik utama kita, jadi bagaimana ? apakah kamu memiliki syarat-syarat tertentu untuk Series Fatamorgana ?" lanjut Indra.
"Sepertinya tidak ada, hanya saja, aku berharap inti cerita dan pesannya tetap terjaga dan bisa tersampaikan dengan baik. Alih-alih dianggap syarat, ini lebih ke harapan aku saja."
"Mengenai syarat, kalau bisa aku ingin ikut serta dalam proses produksi," jawab Kiara terus terang.
Indra tidak langsung menjawab, biar bagaimanapun dia belum terlalu mengenal karakter Kiara atau yang dikenalnya sebagai Cherry blossom.
Bukan karena meragukan kemampuan Kiara, tapi ada beberapa hal yang harus dipertimbangkannya.
"Baiklah anda bisa memikirkan dan mendiskusikan hal ini dengan team anda terlebih dahulu. Hubungi saya jika anda sudah membuat keputusan," ujar Kiara kemudian.
"Karena hari sudah larut jadi saya pamit dulu," lanjutnya, ia lalu berdiri dan bejalan dengan anggun menuju pintu keluar.
Saat Kiara sedang menunggu Nana, tiba-tiba sebuah mobil Hyundai palisade warna hitam berhenti di depannya. Tidak lama kemudian seorang laki-laki keluar dari mobil, ternyata itu Indra.
"Sudah larut malam, tidak aman untuk seorang gadis bepergian sendiri di tempat asing. Mari aku antar."
"Terimakasih tapi sebentar lagi teman saya datang."
"Jam segini lagi macet-macetnya loh ini, kemungkinan teman kamu masih terjebak macet. Lagipula bahaya perempuan berdiri dipinggir jalan sendirian. Ayo masuk."
"Baik, terimakasih."
Kiara pun masuk ke mobil Indra dan duduk di kursi co pilot. Ia mengirim pesan ke Nana untuk tidak menjemputnya.
"Jadi kamu tinggal dimana ?"
"Sementara ini aku tinggal bersama temanku, di White Residence Apartment."
"Oke, aku mengerti."
Selama perjalanan tidak satupun diantara mereka yang membuka percakapan, keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing.
"Aku dengar ada banyak produser yang ingin mengadaptasi karya mu dan belum ada yang berhasil, apakah ada alasan khusus ?" Indra mencoba membuka percakapan.
"Tidak juga, hanya saja —,"
Davira tampak berpikir sebentar.
"aku juga tidak tahu," ucapnya kemudian.
"Apakah aku memiliki kesempatan itu ?"
"Bukankah kamu sudah mendapatkan nya ? Hanya perlu satu langkah untuk mengetahui hasil akhirnya bukan ?"
"hhahaa... Apakah kalau aku menolak persyaratan mu, kesepakatan kita juga akan gagal ?"
"Saya mau menemui anda, karena saya percaya anda berbeda. Apakah saya salah menilai anda ?" Kiara balik bertanya kepada Indra.
"Apakah permintaan ku terlalu sulit ?" lanjutnya.
"Hmmm tidak juga, jika kamu mau menjadi pacar ku. Bagaimana ?"
"Saya rasa anda tidak serius dengan apa yang anda katakan, jadi saya akan menganggap tidak mendengar apapun selain terkait kerjasama kita. Saya harap anda tidak mengecewakan saya."
Keduanya kembali diam dan suasana menjadi lebih canggung. Untungnya jarak dari Maple Cafe ke apartemen White Residence tidak terlalu jauh. Mereka tiba di apartemen tidak lama kemudian. Indra keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Kiara
"Terimakasih, tolong kabari saya jika anda sudah membuat keputusan," ujar Kiara.
"Anyway aku juga sangat menantikan kerjasama kita," lanjutnya.
"Baiklah, aku akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu." Kemudian Indra berbalik menuju pintu kemudi.
"Ngomong-ngomong mengenai tawaran ku yang tadi aku serius, jadi maaf aku sudah mengecewakan mu, tapi aku juga tidak menawarkan hal seperti itu kepada sembarang orang," lanjutnya sebelum masuk ke dalam mobil.
"Sangat disayangkan." Jawab Kiara seraya berbalik menuju pintu masuk.
"Yahhh.. Setidaknya kamu harus mempertimbangkan nya dulu."
Kiara tidak menjawab dan hanya melambaikan tangannya.
Sementara itu, Sean saat ini sedang berada di sebuah ruang rahasia yang dilengkapi dengan perangkat komputer. Jari-jarinya dengan lincah menari diatas keyboard, entah apa yang sedang dikerjakannya.
Tiba-tiba handphone nya bergetar 2 kali menandakan ada pesan yang masuk. Entah siapa yang memiliki keberanian begitu tinggi untuk mengganggunya.
Sean hanya meliriknya sebentar kemudian melanjutkan aktivitas nya.
Ryan yang kesal karena pesannya diabaikan pun memutuskan menelpon Sean.
"Apakah ada hal penting ?"
"Apa kau tidak penasaran dengan gambar yang aku kirimkan ?"
"Tidak."
Setelah itu Sean mengakhiri panggilan nya secara sepihak. Meskipun dia bilang tidak penasaran, tapi ia tetap membuka pesan dari Ryan.
Di dalamnya ada beberapa foto, diantaranya adalah foto saat Kiara keluar dari Maple cafe dan saat ia masuk ke mobil Indra, juga ada foto saat mereka tiba di apartemen.
Jika dilihat dari sudut lain, mungkin tidak ada yang spesial dari foto ini. Tapi dengan kemampuan Ryan, foto ini terlihat sangat intim dan romantis.
Sean mengangkat sudut bibirnya, membuat nya terlihat semakin tampan, dengan garis rahang nya yang tegas dan tatapan matanya yang tajam.
Sebuah tatapan meremehkan terlihat jelas di kedua matanya
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments