setelah satu Minggu berlalu Daisy berada di rumah sakit,kini dia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, Rio yang sedang berada di luar kota, saat ini tidak tahu tentang hal itu.
Daisy, pulang berjalan meninggalkan ruangan rawat nya bersama dengan suster yang di tugaskan untuk mengurus segala keperluan Daisy, selama di rumah sakit, Rio , pria yang sangat baik, pria yang sedari kecil merasa sangat kesepian itu, dia begitu senang saat bersama dengan Daisy, dia menganggap Daisy, sudah seperti adik nya sendiri itulah kenapa, selama ini dia selalu over protective terhadap Daisy, yang notabene bukan lah siapa-siapa.
Daisy berjalan melewati lorong masih bersama dengan suster yang mengikuti langkah nya sedari tadi Daisy masih merasa sedikit lemas tapi dia ingin segera pulang, rencana nya dia akan bertemu dengan sahabat nya, besok mereka sudah lama tidak pernah bertemu.
Daisy tiba di depan lobi rumah sakit, tepat saat Rayendra datang bersama istri nya, Daisy sempat mematung sejenak tapi kemudian dia langsung pergi, dia sadar dirinya bukan siapa-siapa Rayendra lagi, apa lagi ada wanita yang saat ini tengah bergelayut manja di lengan kekar itu.
"Suster, sebaiknya Anda cukup di sini mengantar saya terimakasih karena selama ini sudah mau merawat saya, semoga tuhan membalas semua kebaikan suster"ucap Daisy.
"Sama-sama , Nona, biarkan saya mengantar anda hingga naik taksi"ucap suster tersebut.
"Tidak usah sus... saya sudah cukup merepotkan suster "ujar Daisy yang langsung berjalan membawa tas berukuran sedang berisi pakaian ganti milik nya yang dibelikan oleh Rio.
sampai di depan rumah sakit, Daisy sudah ditunggu oleh taksi pesanan nya tadi, dia langsung dibantu oleh sopir taksi memasukkan tas nya kesamping jok penumpang.
"Nona, anda hanya sendiri"ucap sopir tersebut.
"Iya pak, saya sudah tidak punya keluarga lagi jadi begini lah"ucap Daisy apa adanya.
"Maaf nona, saya tidak bermaksud untuk membuat anda sedih"ucap sopir taksi tersebut merasa bersalah.
"Hehehe... tengah saja pak, saya baik-baik saja"kata Daisy, sambil tersenyum.
Daisy pun berlalu pergi dengan taksi tersebut, menuju ke kediaman nya, dia hanya ingin pulang dan kembali mengistirahatkan tubuh dan pikiran nya.
setibanya di halaman rumah sopir taksi langsung membantu Daisy turun bahkan pria paruh baya itu, membawakan tas Daisy hingga di teras rumah, dia merasa iba dengan wanita muda yang seumuran dengan mendiang Putri nya itu, setelah sampai di teras Daisy pun mengucapkan terima kasih atas bantuan si bapak tadi yang tidak mau menerima bayaran bahkan namun Daisy memaksa si bapak sopir itu dengan alasan bahwa itu adalah bayaran untuk dia yang sudah menolong nya, untuk anak istrinya di rumah Daisy memaksa dan si bapak pun akhirnya mau menerima nya.
Daisy membuka pintu rumah nya, dia masuk sambil mengucapkan salam, wanita itu, berjalan menuju lantai dua dimana letak kamar nya berada.
sesampainya di depan pintu kamar, Daisy kembali mengucapkan salam, sambil berkata "Ayah bunda aku pulang"ucap Daisy, seakan kedua orang tua nya masih ada bersama dengan nya dirumah itu.
Daisy pun meneruskan langkah nya menuju ranjang dia langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang nya.
Matanya terpejam hatinya begitu terasa sakit, hingga akhirnya tangis pilu itupun pecah, Daisy menangis sesenggukan sambil memeluk erat bantal guling yang berada di hadapan nya.
"Aku tidak kuat jika harus seperti ini, tapi takdir tak bisa ku pungkiri semua sudah terjadi dan aku harus ikhlas menjalani nya, tolong aku tuhan, tolong kuat kan hati ini.
Daisy pun bangun dan pergi menuju kamar mandi, dia ingin membasuh wajah nya, kebetulan ini sudah masuk waktu sholat Maghrib dia langsung membersihkan diri sebelum berwudhu, dia segera menuntaskan kewajiban nya sebagai umat muslim.
Daisy kini tengah merapikan rambut nya sebelum ia turun untuk menyiapkan makan yang mungkin sebentar lagi tiba, dia duduk menunggu hingga beberapa detik akhirnya datang kurir pengantar makanan tersebut.
Daisy langsung mengambil dan memberikan tips untuk kurir tersebut.
Daisy buru-buru mengunci pintu rumah nya setelah itu dia langsung membuka kotak makanan tersebut.
setelah semu terhidang dia langsung memakan nya hingga tandas kebetulan dia membeli makanan itu dengan porsi kecil.
Daisy langsung bergegas menuju kamar nya sesampainya di kamar, dia duduk di atas ranjang bersandar di head board dasi membuka buku dia menulis kan sesuatu di sana, setelah itu dia kembali berbaring dan menyelimuti tubuh nya sendiri.
Daisy langsung terbang ke alam mimpi, sementara itu di kediaman Rayendra yang baru rumah mewah kado pernikahan yang diberikan oleh kedua orang tua nya saat ini dia tengah duduk di samping istrinya yang kini tengah sibuk dengan laptop nya.
Dinda, melirik kearah Rayendra, sambil tersenyum.
"Mas belum tidur??..."ucap Dinda.
"Aku belum ngantuk Din"jawab nya.
"Kenapa?..heumm bukan nya besok ada meeting penting"ucap Dinda lagi.
"Aku tidak tau Din, rasanya tidak ingin memejamkan mata, sebelum kamu tidur"ucap Rayendra.
"Baiklah aku selesai kan dulu semuanya, setelah itu kita tidur"ucap Dinda lembut.
Sungguh munafik, jika pria normal tidak pernah menyentuh wanita yang telah menjadi istri nya, Rayendra sendiri memang di jodohkan tapi dia tidak menolak Dinda, saat wanita itu menawarkan diri untuk berhubungan badan dengan nya, sejak malam pertama pertahanan Rayendra runtuh saat melihat kemolekan tubuh Dinda, saat itu.
Rayendra bahkan saat ini dengan setia menemani dan menunggui istrinya itu agar bisa tidur bersama.
Rayendra, saat ini sudah mulai terbiasa dengan Dinda, yang kini sudah resmi menjadi istri nya.
tidak ada lagi Daisy, terlintas di pikiran nya, bahkan dia juga tidak memikirkan Daisy, saat ia bertemu dengan nya tadi.
sementara itu Daisy, tengah tidur dengan lelap nya setelah menunaikan shalat.
hingga pagi menjelang, Daisy pagi-pagi sekali langsung bangun dan bersiap karena dia sempat menerima pesan dari Rio, untuk menemani nya, saat meeting penting di perusahaan nya pagi ini, sekitar pukul sembilan, dan saat ini sudah pukul tujuh, Daisy bahkan sudah sarapan pagi dan sudah rapi.
Daisy langsung berangkat dengan mobil nya yang sengaja Rio berikan sebagai kado untuk keberhasilan nya selama mendampingi pria itu.
sampai lah Daisy di depan lobi gedung itu dia langsung membawa mobil nya ke parkiran, setelah itu ia kembali lagi ke lobi gedung pencakar langit itu lalu masuk disana ternyata sudah ada Rio, yang menunggu nya sedari tadi.
"Kamu telat sepuluh menit, ngapain aja coba"ucap Rio, lirih.
"Aku nongkrong dulu di club malam"ujar Daisy, sambil sedikit meledek Rio.
"Kau ini belum juga berubah"ucap Rio, sambil mengusap puncak kepala Daisy yang sudah berdandan sedari pagi.
"Bos...!! rusak tau mahal nih "ucap Daisy sambil menatap sebal pada Rio.
"Salon mana nanti aku ganti"ucap Rio.
"Beneran nih boleh dong creambath sekalian sudah lama tidak perawatan"ucap Daisy, sambil memainkan mata genit nya,sontak Rio tertawa terbahak-bahak hingga semua orang yang ada di sana melirik ke arah mereka.
"Kau tidak pandai menggoda pria, jadi jangan berlaga genit najis tau gak lihat nya juga"ucap Rio, yang kini memegangi perutnya yang terasa sangat menggelitik.
"Gitu amat sih"ucap Daisy, sambil melenggang pergi menuju pintu lift.
"Apa??... Aku salah ya perasaan hingga sekarang belum ada yang melamar mu"ucap Rio lagi.
"Saya belum jadi orang sukses bos, mana ada pria yang mau sama wanita miskin dan pengangguran macam saya"ucap Daisy.
ucapan itu didengar oleh seseorang yang kini sama-sama menunggu lift yang sama dengan kedua nya.
Deg....
perkataan gadis itu seketika menyadarkan dirinya, seakan ia menikah dengan pilihan nya saat ini bahkan dia teringat dengan perkataan gadis itu yang berkata bahwa mereka terlalu jauh berbeda.
"Siapa bilang begitu, contoh nya aku juga menikah dengan pengangguran, dan itulah istri yang aku cari, karena percuma saja cari uang siang malam jika tidak ada yang menggunakan nya, kamu juga menggunakan itu bukan"ucap Rio, sedikit menghibur perasaan Daisy yang gundah.
pintu lift pun terbuka dan pria yang berdiri tadi bersama dengan wanita lain mereka langsung masuk kedalam lift tersebut hingga Daisy menghentikan langkahnya dan berbalik keluar sementara Rio, tidak bisa mencegah hal itu.
🌹💖💖💖🌹
mereka bertiga pergi dengan lift khusus Presdir, sementara Daisy beralih ke lift, karyawan hingga sampai di lantai teratas dia bermaksud untuk masuk ke ruang Rio, ruangan Rio dan Rayendra bersebelahan hingga tanpa sengaja Daisy, yang tidak tau dia malah masuk kedalam ruangan milik Rayendra, Daisy langsung berbalik ketika melihat dua insan tengah bercumbu mesra di meja ke kebesaran milik Rayendra.
Daisy, langsung berlari ke luar, betapa sakit rasanya hati Daisy saat ini, dia tidak menyangka bahwa ternyata pria yang selalu berkata bahwa ia cinta mati terhadap Daisy, saat ini tengah bercumbu mesra, bahkan dia tidak pernah perduli dengan sekitar nya.
Daisy bersandar di dinding lorong Air mata nya jatuh tak tertahankan lagi, walaupun Daisy, sudah berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri agar tidak menangis dan memperlihatkan rasa sakit nya.
tiba-tiba sebuah tangan kekar, mengelus puncak kepala nya, dan berbisik lirih di samping nya"Jangan buang-buang air mata berharga mu, untuk pria pengecut seperti nya, Air mata mu terlalu berharga untuk itu.
Daisy langsung mengusap air mata nya dia langsung memeluk Rio, hanya dialah yang peduli pada nya selama ini, Daisy, masih membenamkan wajahnya di dada bidang Rio, sambil terisak pelan .
"Kenapa??.. harus, sesakit ini, kenapa??.. kemarin aku tidak mati saja,agar aku tidak perlu lagi merasakan ini"ucap nya lirih.
"Semua sudah ada yang mengatur, kita cukup berusaha dan jika pun usaha kita gagal dan gagal lagi kita bisa berdoa dan minta pada yang di atas.
Rio, berjalan sambil merangkul pundak Daisy menuju ruangan nya, sesampainya di dalam sana Rio memberikan segelas air putih pada Daisy.
"Daisy, sebaiknya kamu istirahat saja, tidak usah kuatir dengan urusan pekerjaan aku akan menangani nya sendiri"ucap Rio.
"Tidak bos, aku tidak akan duduk santai di sini, aku bisa bekerja saat ini juga , setidaknya aku masih bisa berguna untuk orang baik seperti mu agar hidup ku tak sia-sia"ucap Aruna.
Daisy langsung bergegas menuju pintu ruang istirahat milik Rio, dan langsung membasuh wajah lalu menggunakan make up kembali, meski makeup sederhana dan tipis, tapi itu sangat menonjolkan kelebihan kecantikan alami yang selalu terpancar dari wajah nya selama ini.
hanya butuh beberapa menit, Daisy sudah keluar dari ruangan tersebut,kini wajah nya sudah terlihat sangat segar dan cantik Rio langsung tersenyum dan merangkul bahunya.
sesampainya di rumah meeting saat itu Rio, menjadi pusat perhatian bagaimana tidak, Rio,kini menggandeng wanita cantik bersama nya.
seluruh mata melotot tidak percaya, Rio bahkan menarik kursi yang ada disana....... Daisy pun langsung duduk di sana.
Rayendra yang kini menatap lekat kearah mereka, dia mengeratkan tangan nya di bawah meja, Daisy tidak menoleh sedikit pun selama meeting itu berjalan padahal mereka saling berhadapan.
Daisy terlihat sangat serius saat bekerja, bahkan semu peserta meeting tadi Daisy tampil memukau hingga membuat semua orang ter tenggun kearah nya sedari tadi.
Daisy langsung duduk di samping Rio dia merapihkan maprapih kan map yang kini berada di hadapan nya.
sementara itu Rayendra hanya bisa tersenyum tanpa tau artinya.
Daisy hanya menatap ke arah ponsel nya saat ini dia tengah mengirim pesan pada seseorang untuk bertemu Daisy.
sementara itu Rio sudah seperti seorang pria yang pergi bekerja bersama dengan istrinya, sesekali pria itu akan menoleh atau pun berbalik.
Daisy kembali serius setelah meeting itu hampir elesai.setelah meeting usai Daisy langsung bergegas pergi dari kantor tersebut dia tidak ingin melihat Rayendra lagi,meski itu tidak sengaja.
Daisy pergi dengan mobilnya, tanpa dia sadari ada yang mengikuti nya dari belakang Daisy benar-benar ingin pergi, jauh saat ini.
sementara itu orang yang sedari tadi mengikuti nya dia benar-benar tidak habis pikir pada wanita itu setelah lelah dari bekerja dia malah pergi jauh entah akan kemana.
Daisy tiba di sebuah cafe tempat ia dulu sering menunggu sahabat nya, dan tidak menunggu lama seseorang datang bersama dengan kekasih nya.
terlihat Daisy juga tersenyum manis pada pria itu yang entah siapa namanya yang pasti senyuman itu membuat seseorang yang sedari tadi mengikuti nya, merasa terbakar cemburu.
Daisy, pun terlihat berbincang dengan kedua nya, Daisy bahkan tidak menghiraukan lagi pria yang sedari tadi terlihat memperhatikan nya Daisy pun terlihat menikmati makan yang tadi ia pesan.
sementara penguntit itu saat ini tengah berada di belakang meja yang kini mereka tempati, sambil sesekali mengeratkan genggaman tangan nya, karena merasa sangat kesal saat Daisy akan pergi jauh ke kampung halaman ayahnya saat ini.
ingin sekali rasanya Rayendra, menarik nya kedalam pelukan,agar gadis itu tidak pergi jauh lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments