Hari demi hari Daisy, lewati dengan berbagai kegiatan, dia kini sudah memulai kuliah meski kampus itu bukanlah kampus bergengsi seperti yang dulu ia inginkan, tidak jauh dari tempat tinggal nya, Daisy kuliah iya mengambil jurusan manajemen bisnis.
Dia masih ingin berbisnis seperti cita-cita nya menjadi wanita karir seperti dulu.
Sementara itu kini Rayendra, jarang memberi kabar padanya dan bahkan tidak pernah datang seperti janji nya, ada rasa kecewa di hati Daisy, tapi apa? yang harus ia harapkan hubungan itu tidak jelas lagi pula ada wanita yang lebih pantas untuk Rayendra, seorang anak Milioner.
Daisy, langsung menepis pikiran nya itu dia baru kembali dari kampus.
Daisy, langsung masuk kedalam kamar dia menyimpan tas nya lalu pergi memasuki kamar mandi dan langsung mandi setelah itu keluar dari kamar mandi lalu mengenakan pakaian santai nya dan turun untuk membuat makan malam nya nanti.
Setelah setengah jam beraktifitas di dapur dia pun kembali ke ruang tengah dia membersihkan ruangan tersebut hingga bersih, sambil menunggu adzan Maghrib pun dia mencuci pakaian kotor dan memeriksa seluruh jendela dan mengunci nya.
Dia juga menyalakan lampu seperti biasa, karena hari sudah mulai berganti malam dia pun pergi kedalam kamar nya untuk menunaikan ibadah sholat Maghrib.
Saat dia hendak duduk di kursi meja makan, tiba-tiba dia mendengar suara mobil memasuki halaman rumahnya saat itu juga Daisy, langsung pergi untuk melihat siapa yang datang kerumahnya.
Daisy, tidak keluar rumah dia melihat dari jendela dari tirai putih itu terlihat seseorang yang selama ini ia rindukan, secara diam-diam di dalam hatinya.
"Rayendra"gumam nya lirih.
"Daisy sayang "ucap nya lembut sambil berdiri di depan pintu.
Krettt...
Bunyi pintu di buka oleh Daisy, saat itu juga Rayendra, langsung menghambur memeluk wanita yang sangat ia rindukan.
"Sayang apa kabar mu heumm"ucap Rayendra sambil mengecup bibir Daisy sekilas.
"Aku baik Bang! kok datang jam segini emang jam berapa dari sana nya"ucap Daisy, penasaran.
"Aku dari London, langsung kemari karena sudah sangat merindukan mu"ucap Rayendra.
"Pria itu memang berkata jujur, dan terjawab sudah berbagai pertanyaan yang selalu hadir di hati dan pikiran Daisy.
"Sayang bis bantu aku"Ucay Rayendra.
"Bantu apa? Abang! kalo Daisy bisa Daisy akan membantu Abang tapi jika tidak ya Daisy nggak bisa"ucap Daisy.
"Gak sudah ko sayang bantuin bawain barang-barang di mobil"ucap Rayendra.
"Baiklah"ucap Daisy.
Daisy, langsung mengikuti Rayendra yang saat ini membuka pintu bagasi mobil nya, lalu ia mengambil beberapa paper bag dan satu tas besar yang entah apa isi nya, tapi tas itu Rayendra ambil alih Rayendra juga membawa koper besar milik nya.
Setelah semua di bawa kedalam rumah, pria itu kembali untuk mengunci dan memasukkan mobil nya kedalam garasi rumah tersebut, meski rumah itu sederhana bagi Rayendra tapi di kampung itu rumah Daisy, adalah salah satu yang paling besar di antara rumah warga.
Apalagi setelah Rayendra, menyuruh tukang terbaik untuk merenovasi rumah tersebut hingga bisa dikatakan nyaman untuk nya dan Daisy, tak hanya itu ketua RT maupun RW, selalu datang untuk sekedar menyapa keduanya dulu.
Rayendra membawa koper ke dalam kamar pribadi nya, sementara Daisy menaruh barang-barang yang tadi ia bawakan di letakkan di depan pintu kamar Rayendra.
"Abang, ini barang-barang Abang aku taruh di sini ya.... setelah ini aku mau turun untuk memasak untuk Abang... Abang, ingin makan apa?"ucap Daisy.
"Sayang itu barang-barang mu dan tidak perlu masak yang lain nya lagi yang ada saja yang tadi kamu masak Yang."ucap Rayendra yang kini nongol di pintu kamar.
"Abang ingin minum apa?."ucap Daisy lagi.
"Sayang bukan nya di rumah ini ada bibi kemana dia, apa?pekerjaan nya tidak beres"ucap Rayendra bertanya.
"Tidak Abang.... semua pekerjaan nya baik-baik saja, tapi aku masih bisa melakukan semua itu sendiri, lagian aku sudah terbiasa dengan semua itu"ucap Daisy.
"Tapi apa? tidak terganggu kuliah mu"ucap Rayendra lagi.
"Insya Allah semua baik-baik saja dan sudah dua Minggu ini aku bekerja di toko sebrang jalan"jawab Daisy, yang langsung membuat Rayendra menatap tajam kearah Daisy.
"Sisy... apa uang yang aku berikan kurang hingga kamu kembali lagi bekerja"ucap Rayendra yang kini memegang kedua belah bahu nya Daisy.
"Tidak, Abang uang yang Abang berikan jauh lebih dari cukup, aku hanya tidak ingin terus bergantung pada orang lain... cukup sudah Abang sudah membantu ku menebus rumah ini mungkin akan butuh waktu lama untuk ku mengganti uang mu karena saat ini aku baru masuk kuliah"ujar wanita itu tidak memperdulikan tatapan mata Rayendra yang penuh kemarahan.
Rayendra tidak berkata-kata lagi dia langsung masuk dan membanting pintu, saat itu juga dia benar-benar marah kenapa? wanita itu selalu keras kepala, apa? yang sebenarnya ada di otak wanita itu.
Sementara Daisy, terdiam mematung sesaat tapi kemudian dia langsung turun ke bawah meninggalkan semua barang-barang nya yang dikatakan oleh Rayendra saat ini.
Daisy, duduk diam di kursi meja makan menunggu Rayendra untuk makan tapi pria itu tidak turun juga.
"Akhirnya Daisy mengerti bahwa Rayendra, tengah marah padanya, Daisy pun langsung bergegas menuju kamar nya dia tidak jadi makan karena tidak mungkin makan sendiri di saat Rayendra sedang marah.
Daisy membaringkan tubuhnya di atas ranjang nya, dia tidur menyamping tapi ternyata tidak sedikit pun rasa kantuknya datang, bahkan saat ini dia didera oleh rasa lapar yang membuat perut nya semakin sakit, karena sedari pagi dia belum makan nasi sedikit pun,siang tadi pun hanya makan bakso di kantin kampus.
Sementara itu di kamar lain, Rayendra tengah duduk termenung sesekali mengacak rambut nya frustasi setelah itu dia turun ke bawah tapi sebelum itu dia langsung membawa beberapa paper bag tadi yang masih tergeletak di lantai depan pintu kamar nya.
Rayendra, membawa itu hendak menuju kamar nya tapi saat melewati ruang tengah dia melirik ke arah meja makan yang tidak jauh dari sana ternyata terlihat makanan nya masih utuh, Rayendra langsung terburu-buru masuk kedalam kamar nya.
"Sisy buka pintu nya, aku tau kamu belum tidur"ucap Rayendra lantang.
Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut dan terpaksa Rayendra, masuk ke dalam kamar Daisy, tanpa ijin.
Rayendra pun melihat ke seluruh ruangan kamar Daisy, dia melihat Daisy, yang tidur meringkuk tanpa selimut di kamar yang temaram itu, Rayendra mendekat saat itu juga dilihat nya wanita itu langsung memalingkan wajahnya yang basah karena lelehan air mata.
"Yang...kamu menangis"ucap Rayendra lembut, pria itu merasa kan perasaan yang aneh saat melihat wanita itu menangis.
"Tidak, mungkin hanya mimpi"ucap Daisy, sambil mengusap air mata nya kasar.
"Kamu tidak bisa berbohong ayo turun kita makan"ucap Rayendra lembut sambil membantu Daisy, bangun.
.......................
Setelah selesai makan malam bersama, Rayendra, mengajak Daisy, untuk bicara.
"Yang... apa?aku boleh bertanya"ucap Ray.
"Tanyakan saja, jika mampu aku jawab tapi jika tidak ya... mau bagaimana?"ucap Daisy.
"Apa? kamu sudah siap untuk menikah"ucap Rayendra.
"Ma maksud nya a apa?"ucap gadis itu begitu tergagap setelah mendengar kata menikah.
"Aku butuh pendamping Sisy! apa lagi saat ini kuliah ku sudah hampir selesai...aku harus fokus bekerja! dan aku ingin ada yang menyambut ku, saat aku pulang kerja nanti, ditambah lagi Daddy ingin aku segera memiliki cucu setelah aku menikah"ucap Rayendra.
"Abang jika kamu sudah ingin menikah menikah lah, aku tidak akan pernah melarang, dan aku bisa mundur perlahan"ucap Daisy.
"Yang! apa? yang kamu pikirkan, tentu saja aku hanya ingin menikah dengan mu"ucap Rayendra tegas.
"Tidak , aku belum siap untuk mendampingi mu..saat ini aku belum pantas untuk itu, mungkin setelah aku hidup mapan nanti, aku baru bisa mendampingi mu... tapi tidak untuk saat ini, aku tidak pantas untuk mu... tapi jika Abang tidak bisa menunggu ku, aku ikhlas"ucap Daisy.
Lagi-lagi, Rayendra mengepalkan tangannya.
Rayendra, tidak habis pikir apa?sebenarnya yang wanita itu ingin kan, uang dia bisa berikan kuliah pun tidak akan pernah ia larang tapi wanita itu masih tetap enggan untuk menjalani hidup dengan nya.
Malam semakin larut mereka masih duduk di ruangan yang sama, tapi kali ini mereka masih saling bungkam tidak ada seorang pun yang kembali membuka obrolan saat ini.
Akhirnya Rayendra, kembali membuka obrolan.
"Jika aku menikah dengan wanita yang waktu itu apa? menurut mu itu akan lebih baik"ucap Rayendra, sengaja menguji Daisy kembali.
"Aku tidak tau tapi jika Abang yang menginginkannya itu lebih baik, apa lagi dia lebih dewasa dan sangat cantik, dia begitu sempurna aku yakin Abang! akan sangat bahagia"ucap Daisy, sambil menatap kearah lain.
"Baiklah.... besok aku akan langsung kembali, ke sana mungkin aku akan melamar nya, dan mungkin aku akan langsung menikah dengan nya saat itu juga.
"Itu lebih baik"ucap Daisy, yang langsung beranjak pergi"Abang aku ke kamar duluan, sebelum naik ke atas tolong matikan lampu nya"ucap Daisy, tanpa menoleh.
"Daisy! apa?... tidak ada sedikit pun rasa cinta itu untuk ku"ucap Rayendra yang kini ikut berdiri dan berjalan menghampiri Daisy, tapi saat akan mendekat Daisy, kembali berjalan sambil berkata.
"Abang tau jawabannya... tapi Abang pura-pura menutup mata saat ini "ucap Daisy, yang langsung berjalan cepat meninggalkan Rayendra yang kini langsung berlari mengejar Daisy, yang berulang kali mencoba menepis tangan Rayendra.
Rayendra, langsung memeluk Daisy dari belakang dan begitu erat dia tidak ingin kehilangan wanita itu.
Jangan pernah meninggalkan ku...atau menyerah untuk menjadi pendamping hidup ku.. meski semua itu mengharuskan mu untuk menjadi istri kedua ku"ucap Rayendra yang langsung membuat Daisy menatap penuh kecewa.
"Aku akan keluar mulai besok dan pergi dari rumah ini aku akan kembali mencari kerja hingga aku bisa kembali memiliki rumah, ya mungkin rumah ini sudah tidak bisa aku miliki lagi, tapi setidaknya aku tau orang yang membeli rumah ini adalah orang baik"ucap Daisy, sambil tersenyum dipaksakan.
"Sisy! jangan pernah lakukan itu, atau aku akan mengurung mu di sini"ucap Rayendra .
"Abang! aku tidak pantas untuk tinggal di sini, setelah kamu menikah maka rumah ini adalah hak istri Abang"ucap Daisy.
"Sisy! aku tidak akan pernah memaafkan mu jika kamu melakukan itu"ucap Rayendra tegas pria itu langsung beranjak pergi.
Daisy, terus berjalan menuju kamar nya, dia langsung menutup pintu kamar nya dia langsung terduduk di lantai dengan lutut sebagai tumpuan kepala nya.
Setelah puas menangis, Daisy mulai membereskan barang-barang nya hanya dua koper besar, dan pigura foto keluarga nya.
Daisy, langsung berdiri dan menyeret koper besar itu menuju pintu keluar, tapi saat hendak membuka pintu tiba-tiba seseorang menarik lengan nya saat itu juga pria itu mengangkat tubuh itu membawa nya ke dalam kamar pribadi nya.
Sesampainya di sana Rayendra melempar Daisy, keatas ranjang itu, Rayendra melotot tajam ke arah Daisy.
Daisy hanya diam tak sedikit pun ia bicara atau pun menatap wajah Rayendra, yang sudah memerah saat ini.
Rayendra, duduk terdiam di sofa, menatap tajam kearah Daisy.
"Abang ijinkan aku untuk pergi"ucap Daisy.
"Apa! untuk apa? kamu pergi !"ucap Rayendra membentak Daisy keras.
"Aku tidak ingin tinggal di sini lagi jika kamu sudah akan menikah dengan nya, apa? kata orang jika aku tetap tinggal di sini.
"Heeuh! apa? kamu pikir itu adalah alasan atau sengaja ingin menghindari ku, kamu itu tunangan ku... Daisy, dan wajar bila kamu tinggal di rumah mu ini, aku menebus rumah ini hanya untuk mu...bukan untuk wanita lain"ucap nya terhenti sejenak"Aku bisa membelikan wanita manapun yang nantinya akan menjadi istri ku...tak perlu memikirkan uang, aku masih memiliki banyak uang untuk membahagiakan seratus wanita sekalipun"ucap Rayendra.
Rayendra menyombongkan diri.
Sementara Daisy, hanya menundukkan kepalanya dia tidak bisa berdebat dengan pria yang kini begitu terlihat sombong.
"Aku belum bisa menggantikan uang mu, saat ini aku akan pergi ke Hongkong seperti rencana ku dulu"ucap Daisy.
"Baiklah pergi saja pergi sana, dan jangan pernah kembali lagi, aku juga akan membakar rumah ini agar kamu bisa tenang dan tidak perlu repot-repot mengganti uang ku"ucap Rayendra.
"Tidak, tolong jangan lakukan itu berapa pun akan aku bayar, setelah aku kembali dari sana aku mohon jangan bakar rumah ini satu-satunya harta yang aku punya walaupun saat ini rumah ini menjadi milik mu, tapi kelak akan aku kembalikan uang mu itu"ucap Daisy.
"Bayar dengan tubuh mu, bagaimana! apa?kamu bisa, heuhhhhh apa? kamu bisa"ucap Rayendra.
"Maaf aku tak bisa, aku tidak ingin melakukan itu"ucap Daisy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments