“Pak Ivan tidak salah.Jadi, Bapak tidak perlu meminta maaf. Saya malah berterima kasih karena Pak Ivan datang menolong saya.”
Mendengar ucapan Qeiza, Ivander seketika membawa wanita itu dalam dekapannya.
“Harusnya, aku tak meninggalkan Kamu di sana, sendirian. Harusnya, aku ikut mendengarkan pembacaan MoU itu seperti biasanya,” lirih Ivander. Rasa bersalah yang menghantui, membuat Ivander tanpa sadar mendekap Qeiza dengan erat. Di kecupnya lama pucuk kepala Qeiza, hingga wanita itu menutup matanya dan membalas pelukan Ivander.
Tak bisa dipungkiri, Ivander membuat Qeiza merasa nyaman. Kehadiran pria itu juga membuat Qeiza merasa aman, merasa terlindungi.
Krucuuuk....!
Seketika Ivander melepaskan dekapannya dan menatap Qeiza sembari mengulum senyuman. Wanita yang dicintainya ini, ternyata sangat lapar, pikirnya.
“Aku pesankan makan malam, ya. Kamu mau makan apa?” tanya pria itu lembut.
“Terserah Bapak saja,” jawab Qeiza, sembari tertunduk malu karena perutnya bergemuruh tanpa tau situasi.
“Qei, bisakah kamu memanggilku dengan sebutan, Mas?” pinta Ivander sekali lagi. Qeiza bergeming.
“Sa-saya, saya ...—”
“Yasudah, lupakan. Kita pesan makanan dulu. Takutnya, cacing di perut Kamu keburu mengamuk!”
“Iiih ...,” rengek Qeiza manja, sembari memukul lembut dada Ivander. Seketika Ivander menangkap tangan Qeiza, hingga membuat wanita itu menaikkan pandangannya.
Dengan mata yang saling tatap, Ivander mengecup kepalan tangan yang baru saja menepuk dadanya itu.
“Aku sungguh-sungguh mencintai Kamu,” ucap Ivander.
Lagi-lagi pria itu berhasil membuat Qeiza merona. Andai saja pria itu tak beristri, bisa dipastikan, Qeiza akan langsung masuk dalam dekapannya dan membalas pernyataan cinta itu.
“Kamu istirahatlah dulu. Aku pesankan makanan. Kalau makanan sudah datang, aku akan memanggilmu,” ucap Ivander, yang dijawab dengan anggukan kecil oleh Qeiza.
Jika kalian mengharapkan Ivander dan Qeiza akan mengulang adegan kemarin malam, kalian salah besar. Karena saat ini, Ivander dan Qeiza hanya menikmati makan malam itu dengan tenang. Hanya ada suara selain denting sendok yang beradu. Mereka saling diam. Dan Qeiza kembali ke kamarnya, sesaat setelah makan.
***
Harusnya, pagi ini, Qeiza dan ivander kembali ke Ibu Kota. Namun, karena kasus yang menimpa Qeiza telah di proses, wanita itu dimintai keterangan dari pihak kepolisian. Ivander dan Qeiza menambah jadwal menginap mereka di Madura, hingga tiga hari ke depan.
Sebenarnya Ivander bisa saja hanya menambah jadwal menginap hanya satu malam saja. Karena polisi hanya membutuhkan keterangan Qeiza untuk sehari saja. Namun, sengaja pria itu menambah jadwal menginap selama tiga malam. Karena Ivander ingin menikmati liburan bersama Qeiza.
Awalnya wanita itu menolak. Tapi melihat Ivander begitu memohon padanya, akhirnya Qeiza menyetujuinya.
Pagi ini, tepat pukul 05:00 WIB, Ivander dan Qeiza bertolak menuju Gili Labak. Mereka harus menempuh perjalanan dengan menaiki kapal selama satu setengah jam.
Qeiza terpukau saat dalam perjalanan, mereka disambut oleh matahari pagi yang muncul perlahan dari balik lautan luas. Sementara Ivander tersenyum sumringah saat melihat binar bahagia di wajah wanita itu. Jika orang-orang sibuk menyiapkan kamera untuk mengabadikan pemandangan sunrise di tengah lautan. Ivander sibuk mengabadikan Qeiza yang tengah mengagumi keindahan matahari terbit.
Setelah satu setengah jam melakukan perjalanan laut, Ivander dan Qeiza berjalan kaki mengelilingi Gili Labak yang hanya seluas lima hektar itu. Mendatangi beberapa sudut eksotik yang terdapat di Gili labak. Tak lupa mengabadikan momen mereka di sana. Berulangkali Ivander meminta bantuan seseorang untuk mengambil potretnya bersama Qeiza.
Setelah menikmati keindahan bawah laut saat snorkeling, kini Ivander dan Qeiza tengah menikmati ikan bakar sembari menatap matahari terbenam.
“Maaf ya Qei, karena akhir pekan, jadi penginapan di sini full booked semua. Hanya tersisa satu kamar,” ucap Ivander, saat mereka selesai menyantap makan malam.
“Tapi Kamu tenang saja. Kasurnya ada dua kok. Kita tidak tidur di ranjang yang sama.” Qeiza hanya bisa menghela napas berat. Karena hari sudah larut dan tak ada kapal yang kembali menyebrang ke Sumenep, mau tak mau, Qeiza menginap di kamar yang sama dengan Ivander.
Dan kini, Qeiza tidur dengan memunggungi Ivander. Sementara pria itu terus memerhatikan punggung Qeiza sembari tersenyum. Ivander bahkan menghayal, jika dirinya saat ini telah resmi menjadi suami Qeiza, pasti wanita yang tengah memunggunginya itu akan langsung disergapnya.
Malam ini, Qeiza dan Ivander sama-sama tak bisa terlelap. Berada di kamar yang sama, membuat jantung kedua insan itu berdetak tak karuan.
Qeiza membalik badannya hingga kini dirinya bisa menatap Ivander. Sementara pria itu seketika memejamkan matanya—berpura-pura tengah tertidur.
Qeiza menatap lekat, pada pria yang kini hanya berjarak satu meter darinya itu. Menatap matanya yang terpejam, hidungnya yang tinggi, dan bibirnya ... Qeiza tak mampu berpaling saat menatap bibir pria itu. Bibir yang sudah membuatnya terbuai. Bibir yang sudah melahap bibir merah muda miliknya.
“Kenapa kamu harus memiliki istri, Pak?” lirih wanita itu. Qeiza pun terlelap setelahnya. Sementara Ivander, pria yang tadinya berpura-pura terlelap itu ternyata sudah benar-benar terlelap.
Dan sepasang anak manusia yang sepertinya saling mencinta itu, kembali menyebrang ke Sumenep keesokan harinya. Ivander dan Qeiza bahkan langsung bertolak ke Ibu Kota setelahnya.
Sementara itu, dengan kasus pelecehan yang dilakukannya, perusahaan Kevin tak menerima biaya ganti rugi pemutusan kerja sama dari Bratajaya Corporation. Pria hidung belang itu malah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara dan denda sebesar tiga ratus juta rupiah.
Ivander benar-benar membuktikan omongannya. Pria itu menghancurkan perusahaan milik Kevin hingga berkeping-keping. Semua perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan milik Kevin, berbondong-bondong menarik kerjasama mereka, lalu beralih ke Bratajaya Corporation.
Hanya dalam tempo satu bulan, perusahan yang masih berskala menengah itu, dinyatakan bangkrut. Seluruh asetnya telah terjual.
Andreas yang tau mengenai kasus pelecehan seksual terhadap Qeiza, merasa sangat senang dengan sikap yang diambil oleh Ivander. Melihat bagaimana Ivander menghancurkan Kevin, membuatnya bertambah yakin jika sang putra begitu mencintai Qeiza. Itu berarti anak sulungnya itu bisa menjaga dan membahagiakan Qeiza.
Itu juga berarti bahwa cinta Ivander terhadap Evelyn—istrinya— mulai memudar, dan akhirnya bisa dengan mudah melepaskan wanita yang tidak pernah memberikan cinta yang tulus pada anaknya itu.
***
Sejak kejadian di Madura, Qeiza tak lagi membicarakan perihal pengunduran diri. Apa yang diperbuat oleh Ivander, membuat Qeiza merasa tak enak hati jika harus mengundurkan diri.
Terlebih selama dua bulan terakhir, Ivander selalu menemani Qeiza bolak-balik ke Madura untuk menghadiri sidang tuntutan kepada Kevin.
Sementara Evelyn, merasa heran terhadap sang suami yang sering pergi keluar kota dalam dua bulan ini.
“Perasaan, sekarang Kamu sering sekali dinas keluar kota?!”
“Aku pikir Kamu tidak menyadari jika aku belakangan sering ke Madura!” Evelyn hanya menghela napas kasar, mendengar ucapan Ivander yang cukup ketus saat itu.
Bagaimana Ivander tak berucap ketus pada istrinya itu? Jika setelah dua bulan barulah Evelyn menyadari hal itu. Padahal dalam satu bulan pertama dirinya sudah tiga kali bolak-balik Jakarta-Madura.
“Bukankah aku sudah pernah kirim pesan, kalau aku menemani Qeiza ke persidangan kasus pelecehan sewaktu meeting di Madura?”
“Kamu yakin berada di pihak yang benar? Bisa saja Qeiza itu menggoda klien kalian. Dia kan janda. Haus akan belaian, pasti!” cebik Evelyn.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Dewa Rana
proses sidang itu cukup lama loh Thor, masak hukumannya langsung jatuh
2024-12-19
0
Sri
malah nuduh2 sembarangan
2022-08-05
3
Lin
lanjut Thor
2022-08-05
3