Pagi ini, begitu Ivander tiba di kantor, Qeiza langsung mengikuti pria itu hingga ke ruang kerja CEO. Ivander begitu sumringah saat mengetahui jika Qeiza berjalan di belakangnya. Karena itu adalah hal yang selalu dilakukan oleh Qeiza setiap harinya.
Biasanya, Qeiza akan memakaikan dasi untuknya, begitu Ivander meletakkan tas kerjanya di meja. Tapi, kali ini Qeiza menyerahkan sebuah amplop padanya.
“Ini surat pengunduran saya, Pak,” ucap Qeiza, sebelum pria itu menanyakannya.
“Qei ...”
“Saya juga sudah mengirimkan perihal pengunduran diri saya di portal kepegawaian. Mohon Bapak periksa dan setujui agar tiga puluh hari ke depan, saya sudah tidak lagi bekerja di sini!”
“Saya tidak akan mengabulkan pengunduran diri Kamu, Qei. Kalau Kamu menolak saya untuk menjadi suami Kamu, saya akan berusaha untuk menerimanya. Saya tau, kalau saya tak pantas untuk Kamu. Tapi, tolong tetap berada di sisi saya, Qei. Saya tidak bisa tanpa Kamu.”
Tak mau menanggapi permohonan Ivander, gegas Qeiza melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu. Sementara Ivander, sibuk memikirkan cara untuk menahan Qeiza.
Namun, jika Qeiza tak bisa didapatkannya, haruskan dia memohon sekali lagi, agar Evelyn lebih peduli padanya? Mungkin saja saat Evelyn mulai merubah sikapnya, rasa cinta terhadap wanita itu, perlahan bisa kembali. Hingga akhirnya dia bisa melupakan Qeiza.
Ivander mengusap kasar wajahnya. Daripada mengharapkan Qeiza yang jelas-jelas menolak, bukankah lebih baik untuk memupuk kembali rasa cinta terhadap istri yang telah menemani selama satu dekade?
Setelah hampir satu jam memikirkan tindakan apa yang akan dilakukannya, Ivander akhirnya memutuskan untuk memperbaiki hubungan dengan Evelyn yang semakin jauh. Pria itu pun meminta Qeiza untuk ke ruang kerjanya. Awalnya Qeiza menolak, tapi dengan nada yang dibuat sedatar mungkin, Ivander berhasil membuat Qeiza percaya jika yang akan dibicarakan oleh pria itu adalah seputar pekerjaan.
“Pastikan setelah meeting hari Senin, saya tidak punya angenda lain untuk satu minggu ke depan. Saya akan mengajukan cuti selama satu Minggu. Pekerjaan yang membutuhkan tanda tangan dan persetujuan saya, kalau bisa, Kamu berikan pada saya sebelum hari Senin.”
“Bapak mau ambil cuti block leave?”
“Iya. Perihal pengunduran diri Kamu, akan saya pikirkan setelah liburan saya usai. Kamu jangan khawatir.”
***
Evelyn merasa sangat gembira karena Ivander mengajaknya berlibur. Sudah sejak dua bulan lalu Evelyn mengajak sang suami berlibur. Namun, dengan alasan pekerjaan yang sedang menggunung, Ivander tak mengabulkannya. Evelyn pun tak melayani kebutuhan biologis Ivander sejak itu.
Paris adalah kota yang menjadi pilihan Evelyn untuk menghabiskan waktu berliburnya bersama sang suami. Evelyn memesan beberapa set lingerie seksi untuk memanjakan sang suami di sana.
Begitupun dengan Qeiza, janda beranak satu itu sibuk menindaklanjuti semua berkas pekerjaan yang nantinya membutuhkan validasi Ivander sebagai CEO Bratajaya Corporation.
“Tolong segera diselesaikan ya, soalnya Pak Ivan akan mengambil cuti block leave hari Senin,” ucap Qeiza pada tim sekretaris CEO.
Bahkan Qeiza juga sibuk mencari penerbangan, memersiapkan visa dan passport untuk Ivander dan istrinya.
“Ini semua berkas yang diperlukan untuk penerbangan Pak Ivan dan istri, besok lusa,” ucap Qeiza.
“Terima kasih, Qei. Maaf ya, karena Kamu harus mengantarkan semua ini ke rumah saya. Padahal harusnya Kamu libur hari ini.”
“Tidak apa-apa Pak. Ini kan memang pekerjaan saya,” jawab Qeiza.
“Mau minum apa, Qei?”
“Jangan repot-repot, Pak. Saya langsung pulang saja. Soalnya di depan ada ibu dan anak saya. Ka—”
Belum sempat Qeiza menyelesaikan ucapannya, Ivander sudah bergegas ke teras rumahnya, menemui Melati dan Qiana.
“Ibu, ayo masuk dulu. Masa duduk di luar. Biar dibuatkan minum sama si Mbok.”
“Pak, tidak perlu repot-repot begitu. Kami juga buru-buru mau ajak Qiana bermain di playground. Sudah janji sama Mba Ivon," jelas Qeiza. Tapi Ivander tak memedulikan ucapan wanita itu. Ivander malah membawa Qiana dalam gendongannya. Di bawanya anak itu hingga ke ruang keluarga.
Ivander langsung menyalakan televisi dan memutar film cartoon. “Qia suka cartoon apa? Doraemon? Spongebob? Upin dan Ipin?”
“Upin dan Ipin!” seru Qiana. Gegas Ivander memutar cartoon yang menjadi pilihan Qiana. Pria itu juga menyiapkan segelas susu hangat dan biskuit cokelat untuk Qiana.
“Saya ganti pakaian dulu, ya, Bu. Nanti saya antar untuk bertemu Ivon.”
Qeiza terlihat serba salah dengan kondisi saat ini. Ingin rasanya dia segera beranjak dari rumah itu. Namun, Qeiza merasa tak enak hati, karena Ivander sudah menyuguhkan minuman dan beberapa camilan. Selain itu, anaknya juga tengah menikmati tontonannya.
“Qiana masih masih ingin nonton cartoon, atau kita langsung berangkat ke playground?” tanya Ivander yang sudah membawa Qiana dalam pangkuannya. Gadis kecil yang sebentar lagi berusia lima tahun itu, terlihat nyaman sekali berada di pangkuan Ivander. Gadis kecil itu ingin menonton cartoon sebentar lagi. Ivander pun mengabulkan keinginan itu.
Ah, andai Qeiza menerima lamarannya, Ivander pasti akan senang sekali jika Qiana menjadi anaknya. Mendapatkan istri sekaligus anak, sungguh paket lengkap.
“Yuk kita berangkat,” ajak Ivander, saat cartoon yang sedari tadi ditonton oleh Qiana mengakhiri tayangannya.
Qiana pun berteriak riang saat Ivander kembali membawa gadis kecil itu dalam gendongannya. Qeiza terpaku melihat kedekatan Ivander dengan anaknya. Ivander dan Qiana memang sudah biasa saling sapa melalui panggilan video, setiap dirinya dan Ivander melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Ini adalah kali pertama bagi pria paruh baya itu berinteraksi dengan anaknya secara langsung, tapi Qiana terlihat sudah begitu menyukai Ivander.
Gadis kecil itu seolah kembali menemukan kembali kasih sayang seorang ayah yang mendadak hilang dari hidupnya.
“Qei, kamu mau terus berdiri di sana?!”
Qeiza tersadar dan menghampiri Ivander. Wanita itu meminta Qiana berpindah ke dalam gendongannya. Namun, Ivander tak memedulikan hal itu. Dengan santai Ivander berlalu dari hadapan Qeiza.
“Pak, bukannya Bu Ev ada di rumah? Saya merasa tidak enak jika Bapak mengantarkan kami. Biar saya dan keluarga saya pergi naik taksi.”
“Dia masih tidur, Qei. Dia baru terbangun siang nanti. Biarkan saya merasa menjadi seorang ayah sebentar saja. saya pinjam anakmu, tiga jam saja.”
Mau tak mau, Qeiza membiarkan Ivander menggendong anaknya, dan mengantarkan mereka bertemu dengan Ivona.
“Bapak tidak kembali ke rumah? Bagaimana kalau Bu Ev mencari Bapak. Saya tidak mau kalau Bu Ev menjadi salah paham terhadap saya,” ucap Qeiza, saat melihat Ivander hendak ikut masuk ke area playground.
“Saya tau pukul berapa istri saya bangun tidur, Qei. Setidaknya saya masih punya waktu satu jam untuk bermain bersama Qiana dan kedua keponakan saya.”
“Pak, Saya ha—”
“Sudah lah, Qei. Biarkan saja Mas Ivan di sini. Sekarang kita ke salon saja,” ucap Ivona. Kedua wanita itu pun meninggalkan area taman bermain, menuju salon langganan mereka.
“Qei, Mas Ivan itu kesepian. Dia sebenarnya ingin punya anak," ungkap Ivona, saat kedua wanita itu baru saja memulai perawatan tubuh mereka.
“Ya ... Mudah-mudahan sepulang dari Paris, Bu Ev segera mengandung,” jawab Qeiza.
Ivona tertawa kecil mendengar ucapan Qeiza. Adik Ivander itu pun menjelaskan perihal sang kakak ipar yang tak ingin memiliki anak. Qeiza terbelalak mendengarnya.
Apa karena itu, Ivander memintanya menjadi seorang istri? Untuk bisa memiliki keturunan, setelah itu akan mencampakkan dirinya?
“Kenapa tidak mengadopsi anak saja, jika tubuh melar dijadikan alasan untuk tak memiliki anak?
Lagi, Ivona tertawa mendengar ucapan Qeiza. “Dia itu tidak mau mengurusi apapun. Mas Ivan yang memberikan kemewahan saja tidak diurusnya. Bagaimana dengan anak orang lain yang akan mereka adopsi?”
Entah apa yang ada di pikiran Qeiza. Wanita itu tak memberikan reaksi apapun terhadap ucapan Ivona.
“Qei, apa kamu tidak mempunyai rencana untuk menikah lagi? Qiana sepertinya merindukan sosok ayah.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Dewa Rana
disini saya setuju dg pelakor 😃
2024-12-19
0
Mei
hayo Qei, nikah lagi
Rebut aja rebut. Jadi pelakornya Evelyn mah, halal 😝
2022-08-07
3
Mei
duit kali, dipinjem 😝
2022-08-07
2