Andreas yang tengah berada di ruang kerjanya, kembali teringat akan sosok seorang gadis yang mirip dengan sang istri. Dalam hati, dia mengucap syukur, karena membeli buah-buahan dari pedagang yang berjualan di pinggir jalan. Jika tidak membeli buah di sana, dirinya pasti tak akan bertemu dengan wanita itu.
“Bukan hanya wajahnya yang mirip. Kebaikan hatinya juga sama. Apakah dia titisanmu, Sayang?” ucap Andreas, sembari menatap foto seorang wanita yang telah meninggalkannya. 20 tahun berlalu sejak kematian sang istri. Namun, pria tua itu masih belum bisa melupakan senyum manis sang istri. Andreas sangat mencintai istrinya.
“Qeiza Hikaru,” gumamnya. Lagi, dirinya teringat akan wanita muda yang begitu mirip dengan sang istri. Andreas terlihat menghubungi seseorang.
“Minta kepada HRD, data diri seorang wanita yang mengikuti psikotes hari ini. Seorang pelamar wanita bernama Qeiza Hikaru!”
Tak berapa lama, seluruh berkas milik Qeiza pun, berada di tangan Andreas. “Janda?”
Seulas senyum tercetak di wajah Andreas. CEO Bratajaya Corporation itu, dengan segera meminta HRD untuk menghubungi Qeiza.
“Saya akan mewawancarainya secara langsung. Besok, pukul 10:00 WIB!” titah Andreas.
Sementara itu, di salah satu rumah di sudut Ibu Kota, Qeiza yang tengah bermain dengan sang anak, terperangah dengan apa yang barusan didengarnya.
“Apa perusahan besar memang selalu begitu ya? Cepat sekali hasil psikotes keluar?”
“Kenapa Qei?” tanya sang ibu. Melati heran, melihat anaknya yang tengah bergumam dengan pandangan kosong. Melati bahkan harus menepuk pundak sang anak, agar Qeiza sadar dari lamunannya.
“Kenapa Bu?”
“Kamu yang kenapa? Habis terima telepon kok bengong?!”
Pandangan Qeiza pun beralih, menatap ponsel pintar yang ada di genggamannya.
“Ini, Bu, Qeiza dinyatakan lulus tes tahap pertama. Besok pagi diminta untuk wawancara. Aneh banget kan, Bu?”
“Kok aneh? Bukannya bagus? Itu artinya kamu lolos tes kan?”
“Qei baru selesai tes tadi siang, Bu. Dan sore ini sudah dapat hasilnya. Bukannya itu terlalu cepat ya Bu?”
“Mungkin mereka benar-benar butuh karyawan baru, Qei. Harusnya kamu bersyukur, bukan malah bengong seperti itu!”
Qeiza mengangguk. Senyuman pun terukir jelas di wajahnya. Ibunya benar. Dia harusnya bersyukur karena berhasil lulus tes tahap pertama itu. Besok, dia harus memberikan performa yang terbaik. Dia harus bisa menyakinkan pihak perusahaan agar diterima bekerja di sana.
Bratajaya Corporation. Awalnya Qeiza ragu untuk mengajukan lamaran ke perusahaan itu. Itu adalah salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Kecil kemungkinannya dia diterima bekerja di sana. Namun, karena desakan ekonomi, Qeiza harus mengambil setiap kesempatan yang ada, walau kesempatan itu sangat kecil sekalipun. Tapi, siapa yang menyangka jika dia lulus tes tahap pertama?
Dan, keesokan paginya, berbekal doa ibu dan anaknya, Qeiza melangkahkan kaki dengan penuh semangat menuju gedung Bratajaya Corporation. Wanita itu terlihat sedikit gugup. Terlebih belum ada pelamar lain yang hadir di sana. Ataukan memang tidak ada pelamar lain, selain dirinya?
Karena saat dirinya dipanggil masuk ke dalam sebuah ruangan interview, tak ada orang lain di ruang tunggu itu selain dirinya. Apa hanya dia yang diterima dari puluhan orang yang mengikuti tes kemarin?
Qeiza semakin heran saat melihat seorang pria lanjut usia duduk di dalam ruangan itu. Pria tua yang kemarin ditolongnya itu, kini tersenyum lebar padanya.
“Silakan duduk, Qei.”
Qeiza pun duduk di hadapan pria lanjut usia itu. Ada seorang wanita juga di ruangan itu, duduk persis di samping pria yang kemarin di tolongnya.
“Hari ini saya yang akan mewawancarai Kamu. Nama saya Andreas. Andreas Bratajaya.”
“Andreas, Andreas Brata ... Tunggu, tunggu, Andreas Bratajaya? Andreas Bratajaya pemilik Bratajaya Corporation? Bapak tua yang aku tolong kemarin, salah satu orang terkaya di Indonesia? Tidak, tidak, itu tidak mungkin. Tidak mungkin seorang konglomerat membeli buah di pinggir jalan. Iya, itu pasti tidak mungkin. Pasti aku salah mendengar namanya!”
Saat Qeiza sibuk dengan pikirannya sendiri, Andreas malah menatap janda beranak satu itu dengan senyum merekah. Dia tau, Qeiza pasti sedikit terkejut ketika mendengar namanya.
“Ibu Qeiza,” panggil manajer HRD. Namun, Qeiza masih sibuk dengan lamunannya. “Ibu Qeiza!” Dengan sedikit bentakan, akhirnya Qeiza tersadar, jika dia masih berada di ruang interview, untuk proses wawancara kerja.
“I-iya Bu,” jawabnya gugup.
“Pak Andreas meminta anda untuk memperkenalkan diri.”
Qeiza mengangguk. Wanita itu kemudian memerkenalkan dirinya. Bahkan statusnya sebagai seorang janda beranak satu.
Netra Andreas tak lekang menatap Qeiza. Seperti inikah maminya dulu berjuang untuk menghidupi keluarga?
“Qeiza, saya sudah mendengar resume kamu yang dulu juga pernah bekerja di bidang yang sama, yaitu administrasi. Tapi, saya tidak akan menawari posisi itu.”
Qeiza masih berusaha untuk mencerna setiap kalimat yang terlontar dari bibir Andreas. Dirinya mengirimkan lamaran pekerjaan sebagai staff administrasi. Dan perusahaan ini memanggilnya untuk melakukan wawancara, tapi bukan untuk posisi yang dilamarnya?
Apa mungkin dirinya hanya diterima sebagai office girl? Tapi jika gajinya masih sesuai standard upah minimun, baginya tak masalah. Dirinya bisa bekerja dari pagi hingga sore, dan malam bisa mengadon kue untuk dijual.
Begitulah benak Qeiza.
Namun, semua dugaan Qeiza salah. Karena Andreas menawarkan sebuah pekerjaan yang tak pernah diduganya. Sekretaris pribadi CEO. Dengan gaji 20 juta rupiah per bulan.
“Ja-jadi, Bapak benar-benar Andreas Bratajaya? Pemilik sekaligus CEO Bratajaya Corporation?”
Andreas tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Qeiza. Wanita muda dihadapannya ini, bukan hanya baik, tapi ternyata juga lugu.
“Penandatanganan kontrak kerja, silakan kamu lakukan bersama Bu Indri. Setelah itu, pulanglah, istirahat. Besok pagi, datang ke ruangan saya. Kita akan mulai bekerjasama.”
Andreas pergi begitu saja, meninggalkan Qeiza dengan segudang pertanyaan di kepalanya.
Sepulangnya Qeiza dari Bratajaya Corporation, wanita itu menghampiri sebuah pusat perbelanjaan. Membeli beberapa pakaian bekerja yang layak. Mulai besok, dirinya adalah sekretaris pribadi CEO. Walaupun masih belum terlalu memercayai hal itu sepenuhnya, tapi, karena sudah menandatangani kontrak kerja, mau tak mau Qeiza harus percaya. Dirinya harus tampil memukau agar tak membuat malu CEO. Bukankah seorang sekretaris pribadi akan ikut kemanapun CEO pergi?
Menguras isi tabungan yang seharusnya digunakan untuk membayar cicilan rumah, Qeiza berbelanja beberapa stel pakaian kerja dan sepasang sepatu.
“Kamu borong?” tanya Melati, saat melihat Qeiza pulang dengan banyak kantongan belanja di tangannya.
“Iya, Bu. Qeiza tadi sudah tanda tangan kontrak kerja. Jadi, Qei membeli beberapa pakaian untuk kerja, sepatu dan ... ini, ada ayam goreng crispy,” ucap Qeiza. Wanita itu meletakkan barang-barang yang baru saja dibelinya.
“Qiana ... Mama bawa ayam goreng crispy kesukaan Qiana nih. Ada hadiah mainannya juga,” panggil Qeiza.
Qiana yang tengah bermain di kamar pun, berlari menghampiri sang ibu. “Mama beyik ayam goyeng?” tanya gadis kecil itu. Qeiza tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Nanti, kalau mama sudah terima gaji, kita bermain di playground ya. Nanti, Qia boleh makan ayam goreng crispy yang buaanyak. Boleh beli mainan yang Qia suka juga!”
“Hoyeeee,” ucap Qiana girang. Gadis kecil itu berjingkrak sembari bertepuk tangan.
“Tapi, nanti, setiap hari mama akan pergi bekerja. Qia di rumah berdua saja dengan nenek, tidak apa-apa, ya?”
“Iya, Mama,” ucap Qiana.
Qeiza dan Melati menatap nanar pada gadis kecil di hadapan mereka. Andai ayah sang gadis tak dipanggil yang maha kuasa, tentu Qeiza akan terus membersamai sang anak 24 jam penuh. Namun, takdir berkata lain. Di usia sekecil itu, Qiana harus kehilangan kasih sayang dari sang ayah yang telah berpulang. Dan, kini perhatian ibunya juga harus terbagi dengan pekerjaan.
Tapi, mereka wajib bersyukur karena dengan mudah Qeiza mendapatkan pekerjaan untuk menyambung hidup mereka secara layak.
“Baju-baju yang kamu beli bagus-bagus semua Qei. harganya mahal ya?”
“Iya Bu. Qei malu kalau pakai baju-baju kerja Qei yang lama. Lagian tidak pantas dengan posisi Qei yang sekarang.”
“Bukannya pekerjaan kamu sama saja seperti dulu? Staff administrasi?”
Qeiza menggelengkan kepalanya. Wanita beranak satu itu, menunjukkan kontrak kerja yang tadi pagi ditandatanganinya kepada sang ibu.
Mata Melati seketika membulat, saat melihat deretan angka nol pada lembar kontrak kerja itu.
“Ya ampun Qei, mimpi apa kita semalam?! Kamu mendapatkan pekerjaan sebagus ini, dengan gaji sebesar ini!”
Melati memeluk sang anak dengan haru. Tak pernah dibayangkan olehnya, jika anak semata wayangnya bisa mendapatkan pekerjaan yang sangat baik. Padahal kemarin, mereka masih kebingungan untuk membayar cicilan rumah. Tapi sekarang, dengan gaji Qeiza yang begitu besar, akan sangat cepat bagi mereka untuk melunasi rumah yang mereka tempati ini.
“Bekerjalah dengan baik Qei. Mendapatkan kesempatan bekerja dengan gaji sebesar ini, tidak datang dua kali.”
Qeiza mengangguk dengan yakin. Tentu saja dirinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Qeiza berjanji pada dirinya sendiri, untuk bekerja dengan sangat baik.
Demi masa depan Qiana—putri semata wayangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Dewa Rana
bahasanya rapi Thor
2024-12-19
0
Indah permata
beruntung qeiza
2022-08-06
2
Sri
🤗
2022-08-05
1