“Qeiza. Wanita yang diinginkan Papi untuk menjadi menantunya, adalah asisten pribadiku, Qeiza Hikaru.”
Seketika mata Evelyn membulat mendengar kejujuran sang suami.
“Ternyata janda itu!” ucap Evelyn meremehkan.
Rasanya wanita itu ingin sekali tertawa terbahak-bahak. Pantas saja jika sang suami terlihat begitu frustasi. Karena sang mertua meminta suaminya itu untuk menikahi Qeiza.
Wanita berperawakan kecil itu sudah pasti tak bisa membangkitkan gairah Ivander. Evelyn tau persis wanita seperti apa yang menjadi impian sang suami. Itu tak lain adalah wanita dengan tubuh tinggi, dan memiliki dada membusung seperti dirinya.
Sementara Qeiza, jauh dari standar wanita impian Ivander. Wanita itu pendek, tinggi tubuhnya hanya 155 cm, beda sekali dengan Evelyn yang semampai dengan kaki jenjangnya. Tubuh Qeiza juga kurus dengan dadanya yang tak semontok Evelyn.
Evelyn sangat yakin, jika Ivander tak akan mungkin bisa jatuh cinta pada wanita seperti Qeiza.
“Ivan hanya butuh seorang anak. Setelah wanita itu memberinya anak, akan ku suruh Ivan untuk menceraikan janda itu. Selama ini, Ivan kan selalu menuruti keinginanku.” Begitulah pikir Evelyn. Wanita itu begitu sesumbar, kalau Qeiza tak akan mungkin bisa menyaingi dirinya dan merebut Ivander darinya. Evelyn sangat yakin, jika Ivander begitu mencintai dirinya. Tak kan ada yang bisa merebut Ivander darinya, terlebih itu adalah Qeiza.
Wanita itu tidak tau, jika sang suami sudah takluk pada pesona seorang Qeiza Hikaru.
“Kalau Kamu memang menginginkan hal itu, silakan. Aku tidak akan menghalangi,” ucap Evelyn. Tak pernah dibayangkan oleh Ivander, ternyata semudah itu meminta izin kepada Evelyn.
“Tapi, aku tidak mau jatah uang mingguanku berkurang karena dia!”
Ada rasa berdenyut di salah satu sudut hati Ivander. Semurah itu kah rasa cinta sang istri padanya? Wanita itu rela membagi sang suami, asal dua ratus juta dalam satu Minggu, tetap berada di genggamannya.
“Apa kamu benar-benar tidak ingin memiliki anak bersamaku, Ev?”
“Tidak! Selamanya aku tidak menginginkan seorang anak. Nikahilah janda itu. Berikan seorang cucu untuk Papimu yang kolot itu! Asal kalian tidak mengusik kesenanganku, aku bisa menerimanya!”
Kesenanganmu? Ternyata Papi dan Ivon benar. Kamu hanya memikirkan kesenanganmu. Tak pernahkah diriku berarti untukmu, Ev? Pernahkah sekali saja dalam hidupmu, Kamu memikirkan, apa aku sudah makan atau belum?
Masa liburan Ivander dan Evelyn sudah berakhir. Tapi, akhir dari perjalanan ini tak sesuai ingin Ivander. Alih-alih berhasil membujuk Evelyn untuk merubah sikapnya. Istrinya itu malah dengan ringan merelakan dirinya menjalin cinta dengan wanita lain, asal tak memengaruhi jumlah transfer ke rekeningnya.
Restu dari Evelyn sudah didapatnya. Kini Ivander hanya berharap, agar Qeiza mau membuka hati untuknya. Namun, kali ini Ivander tak mau begerak sendiri. Pria itu meminta bantuan dari Ivona dan Andreas.
“Jadi, Mas Ivan sudah menyatakan cinta pada Qei?”
Dengan malu-malu Ivander menganggukkan kepalanya. Tawa Andreas pun bergema di salah satu sudut rumahnya. “Akhirnya kamu berani jujur dengan perasaanmu sendiri! Besok, Papi akan langsung melamar Qeiza untukmu,” ucap Andreas. Di jawab anggukan antusias oleh Ivona. Namun, Ivander malah terlihat lesu.
“Kenapa Mas? Apa Mas tidak mau menikahi Qei secepatnya?”
“Andai bisa semudah itu. Andai Qei bisa luluh hanya dengan uang, seperti Ev. Ini pasti mudah. Qei tidak mau menjadi yang kedua. Dia tidak mau berbagi suami dengan siapapun,” jelas Ivander. Jelas saja Andreas terbahak-bahak.
“Mana ada wanita mau dimadu. Ceraikan Ev!”
“Atas dasar apa aku menceraikannya, Pi? Aku juga masih mencintai Ev. Bagaimanapun perangai Ev, aku tak mungkin menceraikannya, kecuali dia berselingkuh.”
Andreas melengos. Pria lanjut usia itu sudah sangat kecewa terhadap wanita yang mendampingi sang anak selama sepuluh tahun itu. Jelas sekali terlihat, jika Evelyn tidak mencintai Ivander, dan hanya menginginkan kemewahan dari anaknya itu.
“Kau serakah sekali ingin memiliki dua istri!” sungut Andreas.
“Masih berat bagiku untuk melepaskan Ev, Pi. Dia sudah hadir di hidupku selama dua belas tahun. Kami sudah menikah selama sepuluh tahun!”
“Hadir? Mas yakin kalau dia hadir? Bukan hanya singgah untuk beristirahat dan membutuhkan uang?! Kejadian di Paris, harusnya sudah bisa membuka mata Kamu, Mas! Dia lebih memilih tak kehilangan dua ratus juta seminggu, dibandingkan kehilangan Kamu!”
Ivander memijat pelipisnya. “Jika aku bisa melepaskan Ev begitu saja, aku tidak akan minta tolong pada kalian. Akan aku ceraikan Ev, lalu secepatnya melamar Qei. Aku masih mencintai Ev dan tidak ingin kehilangannya. Makanya aku meminta bantuan!”
***
“Kamu apa kabar, Qei?” tanya Ivander, setelah satu minggu mereka tak bertemu. Ingin rasanya Ivander membawa wanita itu ke dekapannya, memeluknya erat karena dia benar-benar sangat merindukan Qeiza. Tak ada satu hari pun dirinya tak memikirkan wanita itu, ketika di Paris.
“Baik, Pak. Ini ada beberapa dokumen dari proyek yang di Madura,” jawab Qeiza tanpa menatap wajah Ivander. Wanita itu hanya sibuk memberikan beberapa dokumen dan informasi yang dibutuhkan oleh Ivander.
“Kepala saya pusing, Qei. Kamu tunjuk saja, saya harus tanda tangan di mana? Kamu sudah urus semuanya kan? Atau ada yang harus saya tinjau ulang?”
“Dokumen-dokumen ini sebelumnya sudah Bapak periksa sebelum berangkat ke Paris. Ada beberapa yang perlu perbaikan dan sudah saya perbaiki. Kalau Bapak mau tinjau ulang tidak apa-apa. Karena tiga hari lagi, jadwal kita meeting ke Madura sekalian tinjau lokasi,” jelas Qeiza.
Ivander terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya, sembari membubuhkan tanda tangan di tempat yang ditunjuk oleh Qeiza.
“Saya percaya pekerjaan Kamu, Qei. Sekalian persiapkan segala sesuatu untuk ke Madura ya, Qei.” Qeiza mengangguk.
“Oh iya, Qei. Tetap pesan kamar dengan connecting door ya.”
Mendengar Ivander mengucapkan kamar dengan fasilitas connecting door, Qeiza menghela napas kasar. Rasanya dia enggan sekali untuk mengurusi Ivander kembali. Tapi, ketika mengingat itu adalah bagian dari pekerjaannya, dan sebentar lagi dirinya akan segera keluar dari perusahaan, mau tak mau Qeiza menuruti perintah itu.
“Iya Pak,” jawab Qeiza. “Oh iya, Pak, bagaimana dengan surat—”
“Qei, maaf. Kepala saya pusing sekali. Bisa biarkan saya istirahat sebentar. Kamu sudah boleh keluar,” lirih Ivander. Pria itu sebenarnya tak mau jika Qeiza mendesaknya untuk menyetujui rencana pengunduran diri wanita itu. Ivander tak tau, bagaimana cara menahan Qeiza agar tak pergi dari sisinya?
Sementara itu, Qeiza terlihat resah karena belum berhasil mendapatkan persetujuan di lembar surat pengunduran dirinya.
Selama tiga hari Qeiza berusaha membicarakan perihal surat pengunduran diri itu, namun Ivander seolah mengabaikannya. Pria itu bahkan tak pernah membiarkan Qeiza membicarakan hal itu lebih lanjut. Ivander selalu mengalihkan pembicaraan.
Bahkan saat mereka duduk berdampingan di pesawat, saat perjalanan bisnis ke Madura, Ivander terus menutup telinganya dengan headset dan mendengarkan musik. Ivander terus mengabaikan Qeiza dengan berbagai macam cara. Mendengarkan musik, tidur, sibuk dengan ponselnya. Semua dilakukan Ivander, agar Qeiza tak pernah bisa memintanya untuk menyetujui rencana pengunduran diri wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ndhe Nii
perlu diselidiki apakah eve berselingkuh atau tidak...karena selalu bepergian...
2022-11-04
2
Mei
mungkin Ivan gak mau pisah karena pelayanan Ev di ranjang 😳😝
2022-08-07
2
Mei
iya ih serakah
kanan kiri oke 😏
2022-08-07
2