Hembusan angin kencang menerpa tubuh mungil Ryuzi, menusuk ke setiap pori-pori kulit gadis kecil itu.
Mien tidak mencari kayu bakar untuk penerangan ataupun untuk menghangatkan badan mereka, karena akan sangat rentan di ketahui oleh kelompok Hiroshi jika diri nya menyalakan perapian di tengah hutan.
Mien memeluk tubuh mungil Ryuzi yang menggigil karena kedinginan, mengelus rambut gadis itu agar segera tidur.
'' Mulai saat ini Bibi Mien orang tua mu, jangan takut Bi Mien akan melindungi mu dari segala hal yang akan membahayakan mu, '' ujar Mien.
Ryuzi mendongak menatap wajah Mien, dan kembali menenggelamkan wajah nya dalam tubuh Mien, tangan mungil nya mengeratkan pelukan pada tubuh pengasuh nya itu.
Mien kini menjadi pengganti Ibu untuk Ryuzi. Hanya dia satu-satu nya orang yang Ryuzi percaya saat ini.
Mata Ryuzi mulai berat, rasa kantuk menyergap hingga akhir nya ia pun tidur pulas di dalam dekapan Mien yang menyandarkan tubuh nya pada sebuah pohon besar di hutan itu.
Mien masih mencari-cari cara untuk bisa keluar dari hutan itu dengan selamat. Dia pun masih memikirkan harus kemana diri nya membawa Ryuzi pergi.
Ryuzi kini menjadi tanggung jawab nya, mengingat begitu banyak hutang budi Mien pada Uzumaki yang pernah beberapa kali menyelamatkan diri nya dari serangan musuh.
Dan sekarang ini saat nya untuk balas budi pada Uzumaki, dengan merawat dan membesarkan Ryuzi.
Kepulan asap di pemukiman sudah menipis, kobaran api pun hanya meninggalkan bara merah menyala di reruntuhan kayu bekas hunian penduduk.
Suasana di sana mulai senyap tak terdengar lagi para gerombolan Hiroshi, mereka seperti nya sudah meninggalkan tempat itu dan mungkin akan kembali lagi nanti untuk meratakan dan membangun kerajaan mereka.
Mien akan menggunakan kesempatan ini untuk keluar dari hutan. Dia teringat pada Sam sahabat nya yang tinggal di wilayah lain.
Untuk pergi ke tempat Sam dia perlu menyebrangi sebuah sungai besar. Ya, Mien akan mengajak Ryuzi tinggal di sana. Daerah itu sudah aman dan tak pernah ada penjajah masuk ke tempat itu, karena kerajaan kekuasaan mereka cukup kuat hingga pemberontak tak berani menyinggahinya.
Sebelum malam berganti, Mien segera membangunkan Ryuzi. Gadis kecil itu menguap, mata nya masih kantuk namun Mien harus segera membawa nya lari.
'' Ryuzi, kita pergi dari sini sebelum mereka menemukan kita, '' ucap Mien.
Ryuzi pun bangkit menuruti perkataan Mien. Mereka berdua berjalan ke arah utara, Mien tau betul kawasan hutan itu. Dia pernah beberapa kali menjadi tawanan penjajah dan kabur menyusuri hutan, hingga bertemu Uzumaki dan Hayumi menyelamatkan diri nya.
Mien mempercepat langkah nya seraya menarik lengan Ryuzi, mereka berlomba dengan waktu yang terus mengejar.
Langit masih terlihat gelap, mereka sudah keluar dari hutan, saat ini tepat di hadapan mereka terdapat sebuah sungai yang luas.
Mien mengedarkan pandangan nya mencari sebuah rakit untuk di jadikan kendaraan menyebrangi sungai itu.
Akhir nya Mien melihat sebuah perahu dayung kecil setidak nya cukup untuk diri nya dan Ryuzi.
'' Ayo kesini, kita naik perahu, '' ucap Mien seraya berlari kecil melepaskan kaitan perahu yang di ikat pada batang pohon .
Ryuzi mengikuti Mien, ia pun naik ke atas perahu walau hati nya merasa takut. Perlahan perahu pun melaju seiring dayung menghentak di permukaan air yang tenang.
Sembari mendayung mata Mien tak henti mengawasi sekeliling, memastikan tak ada seorang pun yang melihat mereka pergi.
Seiring berjalan nya waktu, sang surya pun mulai muncul di ufuk timur. Cahaya nya merebak ke seluruh permukaan air yang jernih.
Mien dan Ryuzi berada di pertengahan sungai, di kanan dan kiri hanya terdapat rawa-rawa yang lembab.
Rasa takut Ryuzi mulai hilang perlahan, saat ini dia mulai terbiasa berada di atas perahu kecil. Satu hal yang membuat diri nya tertarik, tatkala gerombolan ikan terlihat tak jauh dari diri nya berada.
Mien menatap mata Ryuzi yang sipit, wajah nya yang polos dan lugu.
' Kasihan Ryuzi, masih kecil sudah yatim piatu. Aku pastikan kamu akan selalu bahagia dengan ku, ' janji Mien dalam hati nya yang merasa iba melihat Ryuzi.
Dari kejauhan Ryuzi dan Mien melihat sebuah desa di tepian sungai. Mereka sebentar lagi sampai. Mien bersemangat menadayung perahu agar mereka segera sampai ke tempat tujuan.
Mien menepikan perahu lalu mengikat tali perahu ke sebuah kayu yang tertancap di pinggiran sungai.
Ryuzi pun segera turun, menggenggam lengan Mien. Mereka berjalan menyusuri pemukiman penduduk yang tengah di sibukan oleh rutinitas di pagi hari.
Mien berharap Sam masih tinggal di rumah lama nya yang tak jauh dari sungai tadi. Jika tidak entah kemana ia akan membawa Ryuzi sedang diri nya sendiri pun tak punya tempat tinggal. Sepanjang perjalanan Mien terus berfikir keras hingga tak memperhatikan sekitar.
Tak jauh dari sana Sam memperhatikan mereka. Memastikan bahwa wanita yang membawa gadis kecil itu adalah Mien sahabat lama nya.
Saat Mien dan Ryuzi mulai dekat, ia pun segera menghampiri.
'' Mien ? '' seru Sam seraya mendekat ke arah wanita itu.
'' Sam, '' Mien mulai lega setelah mengetahui Sam masih tinggal di daerah ini.
'' Siapa gadis kecil ini ? Kamu sudah menikah ? '' Tanya Sam beruntun.
Mien menoleh ke kanan dan kiri, khawatir ada yang mendengar percakapan mereka.
Sam yang menangkap gelagat aneh Mien pun mulai mengerti, ia segera mengajak Mien masuk ke rumah nya yang hanya tinggal beberapa langkah lagi dari sana.
Mien dan Ryuzi pun kini sudah ada di dalam rumah sederhana milik Sam. Rumah dari kayu yang sempit, hanya ada satu kamar dan satu ruangan saja.
Sam menutup pintu rapat-rapat, ia pun segera duduk di kursi kayu bersama Mien dan Ryuzi.
'' Ini Ryuzi, anak dari tuan Uzumaki dan nona Hayumi. Semalam gerombolan Hiroshi menyerang tempat kami dan membunuh para penduduk termasuk tuan Uzumaki dan nona Hayumi. '' Mien baru menjawab pertanyaan Sam tadi, setelah keadaan benar-benar aman.
Sam hanya mengangguk mendengar penjelasan Mien, ia sendiri belum pernah bertemu dengan Uzumaki ataupun Hayumi tapi ia tau jika Mien sahabat nya bekerja di sana.
Mien pernah mengunjungi rumah Sam beberapa tahun lalu dan menceritakan bahwa diri nya bekerja di rumah pasutri itu.
'' Saat ini aku tak tau harus pergi kemana, tak aman untuk Ryuzi jika tetap berada di sana apalagi tempat tinggal nya pun sudah di bakar habis. Hiroshi pasti akan kembali kesana, ia pasti akan membawa para pengikut nya dan membangun pemukiman di tempat itu. '' Jelas Mien menatap lekat Sam yang saat ini membawa poci kecil dan dua cangkir kayu.
'' Kalian tinggal di sini saja, tapi hanya ada satu kamar di sini, itu pun kalau kau tak keberatan Mien. '' Sam menuangkan air ke tiap cangkir lalu menyodorkan satu cangkir pada Ryuzi yang terlihat kehausan, berkali-kali Ryuzi nampak menelan saliva nya tatkala melihat kucuran air dari poci, seakan dia tengah melihat makanan yang lezat.
Sam pun kini iba melihat Ryuzi, sama hal nya dengan Mien. Ryuzi menghabiskan air itu hingga tandas, ia tersenyum manis menatap Sam. Membuat laki-laki berambut gimbal itu tersentuh hati nya.
'' Tentu kami tidak keberatan, yang penting punya tempat berteduh. Kau tidak apa-apa kami tinggal di sini? '' Mien ingin meyakinkan tawaran Sam.
'' Tentu saja tidak, dengan senang hati aku terima gadis kecil ini tinggal dengan ku. Kau tak usah khawatir, aku sudah bekerja sebagai kuli angkut di pasar jadi masalah makan biar aku yang tanggung. Hanya saja.. '' Sam menghentikan kalimat nya.
'' Masalah pekerjaan rumah biar aku yang kerjakan, sebagai imbalan. '' Mien sepertinya tau apa yang akan di katakan Sam hingga membuat pria itu terkekeh. Ryuzi pun ikut tersenyum walau dia tak mengerti pembahasan kedua orang dewasa itu. Yang pasti Ryuzi tau kalau ditempat itu tak ada lagi tangis dan kekerasan seperti semalam.
Sam mengelus helaian rambut panjang Ryuzi yang di kuncir, dia gemas juga kasihan pada gadis malang itu. Kepolosan Ryuzi membuat Sam bisa merasakan kepedihan yang tersembunyi di balik keluguan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ali B.U
next
2022-09-23
2
Rini Antika
semangat kak, aku mampir lagi..💪💪
2022-07-22
1
Namgildaero
Makasih 😍
2022-07-16
2