Valencia menyelesaikan makan malam di restoran Leano dengan cepat. Dia terlihat puas setelah keluar dari restoran yang memang menyediakan makanan paling lezat. Valencia menyingkirkan sejenak beban pikiran yang memenuhi kepala. Sebenarnya, berbagai pertanyaan merasuki otak hingga mengganggu fokus Valencia karena dia merasa aneh sekali terhadap dunia yang saat ini tengah dia jalani.
"Mau seberapa kali pun aku memikirkannya ini sangat aneh. Mengapa banyak portal yang bermunculan semenjak aku mati? Bahkan makhluk sihir berkeliaran mengacau di pemukiman rakyat. Lalu hari ini ada sihir hitam yang mencoba mengganggu rakyat Alegra. Aku harus mencari tahunya karena ini berhubungan langsung denganku. Aku yakin meteor yang jatuh pada hari kematianku bukanlah meteor biasa. Yang artinya, aku mati karena dibunuh oleh seseorang," gumam Valencia.
Valencia berdiri di tepi balkon seraya menikmati udara malam, matanya tidak bisa terpejam sedikit pun seusai dugaan tak berdasar mengusik alam pikirannya. Sesekali Valencia melayangkan pikiran pada memori saat dia masih berada di benua Mihovil. Benua yang penuh dengan sihir serta beragam ancaman yang dilalui setiap hari. Sedangkan di sini Valencia hanya melawan manusia yang menyebalkan, tidak lebih dari itu.
"Sean, tidak bisakah aku singgah sebentar ke benua Mihovil? Aku penasaran dengan kondisi di sana. Sejujurnya aku ingin tahu alasan kenapa mereka menutup diri dari dunia luar."
Sean menghembuskan napas kasar, entah harus berapa kali lagi dia memberi peringatan kepada Valencia perihal keinginannya mengunjungi benua Mihovil.
"Tidak boleh, kalau kau ke sana itu sama saja dengan bunuh diri. Kau hanya mengantar kehancuranmu saja ke tempat itu," jawab Sean.
"Lalu tidak adakah cara lain untukku bisa mengetahui kondisi di dalam sana? Setidaknya aku tahu bagaimana kini kehidupan di benua Mihovil," tutur Valencia.
"Tidak ada cara lain selain berkunjung langsung ke sana, lebih baik kau selesaikan tugasmu di dunia ini terlebih dahulu. Kau bisa keluar masuk benua Mihovil sesukamu nanti jika kau berhasil menjadi seorang dewi."
Valencia memutar bola mata malas, sekarang dia hanya punya niat untuk melenyapkan keluarga ini serta membunuh siapa saja yang mengusiknya. Akan tetapi, dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa dia harus berbuat baik demi menebus dosanya. Gadis itu hampir tidak bisa menahan diri lagi atas penghinaan yang selalu dia terima setiap waktu.
"Hei, bisakah aku mengganti wadah? Aku tidak bisa menjadi Valencia. Gadis ini terlalu banyak beban, selain itu di sekitarnya banyak orang gila. Lebih baik dia mati saja daripada hidup di dunia yang dipenuhi kesengsaraan," ucap Valencia.
"Kau mengatakan orang lain gila tapi kau sendiri bahkan lebih gila. Kalau kau mau mengganti wadah, itu bisa saja. Namun, kau juga harus melewati kematian, sama seperti wadah sebelumnya. Apabila kau mati bersama wadah ini, maka jiwamu di wadah itu bisa ditarik keluar lalu dibawa berkelana kembali seperti dahulunya," papar Sean.
Valencia menyunggingkan senyum puas, dia memang harus mati di wadah tersebut jika ingin mengganti wadah baru. Hal itu sudah sering terjadi ketika dia tidak cocok dengan wadah barunya. Valencia hanya perlu mengulangi hal yang sama lagi supaya dia dapat keluar dari wadah anak yang hidup di dalam kesengsaraan.
"Bagus! Dengan begitu aku bisa memilih wadah yang lebih pantas. Jadi, aku bisa melakukan penebusan dosa lebih cepat lalu aku pun menjadi seorang dewi yang tidak akan pernah mati," gumam Valencia melirik ke arah bulan sabit yang bersinar begitu indahnya.
"Tapi kau tidak boleh sampai bunuh diri, kau harus mati dengan cara yang alami," ujar Sean melunturkan pikiran bunuh diri yang hampir terlintas di kepala Valencia.
"Mati dengan cara alami? Bagaimana kalau aku dibunuh?"
"Ya, itu tidak masalah, yang penting jangan sampai bunuh diri."
***
Di sisi lain pada waktu yang bersamaan, Leano singgah di sebuah mansion yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Mansion tersebut adalah tempat di mana Sammy, si dokter jenius tinggal. Leano mengunjungi Sammy untuk menanyakan kondisi khusus yang baru saja dia alami seusai bersentuhan dengan Valencia. Perasaannya terasa sangat aneh, dia tidak yakin dengan apa yang menimpanya.
"Sammy, apa kau sedang sibuk?" tanya Leano memasuki ruang kerja Sammy.
Di dalam ruangan yang dipenuhi bau obat, duduk seorang lelaki tampan berambut merah serta mata perak yang tajam bagaikan pedang. Jas dokter berwarna putih masih melekat di tubuhnya, meski sekarang sudah larut malam dia masih berkutat dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya.
"Ah, Leano, ada apa kau datang berkunjung di tengah malam seperti ini?" tanya Sammy menyingkirkan sejenak pekerjaannya.
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, ini tentang alergiku."
Ekspresi Leano berubah serius, Sammy terpaksa bangkit dari meja kerja dan menyuruh Leano duduk di atas sofa.
"Alergimu? Ada apa lagi dengan alergimu?" tanya Sammy penasaran.
"Ini sangat aneh, ada satu orang wanita yang membuat alergiku tidak bereaksi sama sekali. Aku sudah mencoba menyentuhnya berulang kali, tapi alergiku tak ada reaksi sedikit pun."
Sammy tiba-tiba menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang disampaikan Leano.
"Siapa wanita itu? Apakah dia seorang bangsawan?" Sammy mulai menyelidikinya secara serius.
"Dia seorang bangsawan tersohor, siapa pun di kekaisaran ini pasti kenal dengan gadis itu."
"Benarkah? Siapa dia? Tolong beri tahu aku."
Leano nampak setengah hati ingin memberi tahu Valencia kepada Sammy.
"Gadis itu adalah Valencia Allerick, Nona bangsawan yang sedang hangat diberitakan akhir-akhir ini," jawab Leano.
"Hah? Siapa kau bilang? Valencia Allerick?" Sammy membatu, siapa sangka jika gadis bangsawan itu adalah Valencia.
Selama ini dia tidak pernah tertarik pada Valencia, begitu pula sebaliknya. Sekarang nama Valencia sedikit mengganggunya dan membuat jiwa dokter gilanya menggebu-gebu.
"Mungkin kau sulit untuk percaya, tapi ini adalah kenyataannya. Lalu hal yang mengejutkan lagi, dia mahir menggunakan pedang. Teknik berpedangnya memang terlihat berbeda, tapi apa kau tahu? Ketika dia mengayunkan pedang, dia tersenyum seperti orang gila darah."
Leano mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, senyuman yang ditunjukkan Valencia ialah senyuman seperti orang yang sudah lama berada di medan perang serta senyum yang terbiasa membunuh lawan. Hal tersebut membuat Leano merinding, seumur hidupnya baru kali ini dia menyaksikan senyum gila darah seperti iblis memangsa manusia.
"Ini sangat aneh, dari mana dia belajar ilmu pedang? Bagaimana ceritanya kau bisa diselamatkan oleh Nona Valencia? Bukankah kau sendiri juga pandai mengayunkan pedang?"
Leano pun menceritakan secara detail kejadian yang menimpanya ketika hendak kembali ke kediamannya. Kejadian ini akan menjadi topik utama untuk dilaporkan kepada Kaisar dan Permaisuri. Bagaimana pun keberadaan makhluk yang tidak mereka ketahui merupakan hal yang patut mereka waspadai.
"Begitu ternyata, tapi kepandaian Nona Valencia dalam mengayunkan pedang menjadi satu pertanyaan besar. Dia bahkan membasmi makhluk yang sulit untuk dihadapi. Aku sedikit penasaran dengannya, haruskah aku temui dia lain kali? Sejujurnya aku menempatkan rasa ingin tahu yang tinggi kepadanya sekarang."
"Temui saja, tapi kau harus berhati-hati karena dia akan memukulimu kalau kau berani macam-macam."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Yuli Yanti
💐💐
2023-04-03
0
Yuli Yanti
💐💐
2023-04-03
0