"Apakah kalian belum menemukan siapa orang yang mengalahkan monster bunga raksasa itu?"
Seorang pria paruh baya bersurai pirang tengah duduk di singgasana istana kekaisaran. Di hadapannya berdiri beberapa orang kesatria yang menangani portal tingkat tinggi kemarin. Pria itu adalah Kaisar Abraham Alegra, dengan kata lain dia merupakan pemimpin Kekaisaran Alegra.
"Mohon maafkan kami, Yang Mulia, kami belum menemukan keberadaan orang itu," jawab seorang kesatria.
Saat ini kekaisaran dilanda keributan akibat seseorang yang misterius membantu para kesatria. Mereka tidak menemukan jejak keberadaan Valencia. Abraham tidak mempermasalahkan soal cherry seribu tahun yang menghilang, tapi dia merasa berutang budi kepada orang yang menyelamatkan kesatrianya dari serangan bunga liofill.
"Kita berutang budi padanya, jika bukan karena dia mungkin bunga itu akan memakan lebih banyak korban jiwa. Lalu bagaimana kondisi Komandan Reibert? Apa dia sudah siuman?" tanya Abraham sekali lagi.
"Komandan baru saja siuman, tapi ada yang aneh dari beliau. Komandan mengatakan kalau racun dingin yang terkontaminasi di tubuhnya telah lenyap sepenuhnya," jelas kesatria itu.
Kedua pupil hitam Abraham membulat sempurna, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
"Apa? Racun dinginnya lenyap? Apa mungkin itu juga perbuatan dari penyelamat?"
"Sepertinya begitu, Yang Mulia, bahkan Dokter Sammy sendiri telah memastikan dengan baik bahwa tidak ada lagi racun dingin di tubuh Komandan. Saya tidak tahu kemampuan sejenis apa yang dimiliki oleh orang itu, tapi dia bisa menyembuhkan penyakit Komandan, itu artinya dia bukan orang biasa."
Abraham menghembuskan napas berat, orang yang dia cari saat ini mungkin butuh waktu lama menemukannya. Abraham tidak punya maksud tersembunyi sedikit pun, dia murni ingin mengucapkan terima kasih.
"Baiklah, kalian lanjutkan lagi pencariannya, jangan lewatkan satu pun petunjuk penting mengenai keberadaannya."
Para kesatria keluar dari ruang singgasana, sedangkan Abraham beranjak menuju istana kediamannya untuk menemui sang Permaisuri. Dia masih saja penasaran terhadap orang yang mengalahkan bunga liofill, tapi sayangnya Valencia tidak meninggalkan satu pun petunjuk tentang dirinya sehingga Abraham terpaksa harus menemukannya sendiri tanpa adanya petunjuk pasti.
"Astaga, ada apa dengan wajahmu itu? Kenapa kau tampak sangat kelelahan?" tanya Linita — Permaisuri Alegra.
Ekspresi Abraham berubah sumringah secara halus, dia menghambur ke pelukan Linita. Wanita bersurai ungu gelap itu sepenuhnya memahami apa yang sedang membuat hati sang suami gundah.
"Linita, aku sangat penasaran tapi juga bingung siapa orang yang membantu kesatria kita dalam penaklukkan portal sebelumnya," tutur Abraham diiringi suara yang manja.
Abraham ketika bersama Linita memang sering berperilaku selayaknya anak muda. Seluruh orang di kekaisaran tahu betapa dalamnya cinta Abraham terhadap Linita.
"Ya sudahlah, yang penting orang itu sudah menyelamatkan kita, biarkan saja dia muncul dengan sendirinya. Lagi pula berkat dia sekarang Reibert bebas dari racun dingin yang membelenggu dirinya."
Abraham terdiam, tidak ada gunanya dia terus memikirkan si penyelamat yang tidak jelas identitasnya.
"Oh, kau sudah tahu tentang kondisi Reibert? Syukurlah, aku juga merasa lega anak itu berhasil melewati masa tersulit dalam hidupnya."
Linita menggerakkan jemarinya, dia memberi isyarat para pelayan menghidangkan teh yang baru untuk menemani obrolan mereka.
"Kira-kira siapa yang menyelamatkan Reibert? Jika dia seorang perempuan maka aku berharap dia bisa menikahi Reibert, tapi jika dia seorang laki-laki maka aku harap dia dapat menjadi kesatria istana," ujar Linita.
"Ya, aku juga berharap demikian, mari kita membicarakan yang lain. Aku juga mendengar Valencia membuat keributan besar di kediamannya. Aku tidak menyangka akhirnya gadis itu mampu melawan Ayahnya sendiri," kata Abraham.
"Valencia cukup tertekan tinggal bersama orang tua yang tidak menyayanginya. Adikku, Helen, aku tidak tahu mengapa dia bisa membenci darah dagingnya sendiri. Sepertinya dia telah dibutakan oleh cinta dan kekuasaan."
Ya, Helen adalah Adik kandung Linita, secara tidak langsung Valencia merupakan keponakan Permaisuri. Selama ini Linita telah berbuat banyak demi melindungi Valencia dari Helen, tapi tetap saja segala daya upayanya tak kunjung bisa mengubah sifat Helen.
"Tidak heran, Grand Duke Allerick hanyalah seorang sampah yang membawa selingkuhan serta anak haramnya ke dalam kediamannya. Apabila Valencia membunuhnya nanti, aku akan mencari cara melindungi Valencia dari hukum. Gadis kecil itu butuh perlindungan dari orang seperti kita."
Baik Abraham maupun Linita, mereka berdua menyayangi Valencia secara tulus. Tidak salah jika mereka digadang-gadangkan sebagai pemimpin terbaik Alegra sepanjang masa.
"Pemikiran kita sama, aku juga akan melindungi Valencia jika dia membunuh Helen nanti. Jadi, bagaimana kalau kita mengundang Valencia ke istana? Sebelum dia kembali ke akademi, sebaiknya kita berbincang sedikit dengannya," ucap Linita bersemangat.
"Baiklah, terserah padamu saja."
***
Pada malam harinya di kediaman Grand Duke Allerick, Valencia baru mengetahui tentang ketiga pelayan yang sebelumnya berurusan dengannya tidak diberi hukuman dan dibiarkan begitu saja berkeliaran di mansion. Valencia merasa tidak terima dengan hal tersebut, dia butuh yang namanya keadilan. Padahal dia adalah anak kandung, tapi diperlakukan layaknya sampah tak berguna.
"Mereka yang mengusik hidupku harus berakhir tragis, aku tidak akan membiarkan mereka hidup lepas dari tanggung jawab. Hukum tetap harus berjalan, selalu ada sebab dan akibat, jadi jangan salahkan aku bila kalian menemui kematian lebih cepat."
Tanpa sepengetahuan Sean, Valencia mengirim kutukan paling menyakitkan ke masing-masing tiga pelayan yang mencari masalah dengannya. Valencia meniup telapak tangannya seusai merapalkan mantra berbahaya. Setelahnya, dia hanya perlu menunggu sampai dirinya mendapat kabar kematian dari ketiga pelayan tersebut.
"Nikmatilah rasa sakitnya lalu berjalanlah menuju neraka. Aku hanya memberi pelajaran bagi manusia yang tidak kenal takut dengan karma. Dan juga maafkan aku, Sean, sepertinya aku masih suka menyiksa manusia."
Di malam itu juga, ketiga pelayan memekik kesakitan di sekujur tubuh mereka. Banyak rekan mereka yang terbangun akibat suara pekikan yang bergema di kediaman. Mereka mengeluh sakit di ulu hati, sensasi panas menyelimuti tubuh mereka. Seorang dokter keluarga datang memeriksa kondisi mereka tapi sayangnya tidak ditemukan apa penyakit yang sedang mereka derita.
Tidak lama berselang, kulit badan mereka melepuh, cairan bening keluar dari sela tubuh mereka yang terluka. Adarian dan Helen turut menyaksikan apa yang mereka rasakan. Lalu di ambang pintu, Valencia berdiri sembari tersenyum ke arah ketiga pelayan yang sedang sekarat.
"Kalian akan segera mati," ucap Valencia teramat pelan.
Rupanya ketiga pelayan itu memperhatikan Valencia, mereka membaca gerakan mulut gadis itu. Bola mata mereka membulat sempurna, bibir mereka bergetar ingin mengatakan sesuatu tapi sayangnya mereka tidak punya kekuatan untuk melakukannya. Sampai pada akhirnya, mereka menghembuskan napas terakhir dan mati dalam kondisi yang mengenaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Faizah Faizah
bapaknya Valen juga wajib d santet juga
2025-01-28
0
Tri Wahyuanta
coba siksa pake penyakit aja, biar kapok
2025-01-16
0
aneh Ni orang tua
2025-01-22
0