#6.

Melihat Jessica yang pandai berakting seperti itu, membuat River tak bisa menyembunyikan ekspresi kaget nya di sertai dengan mulut yang menganga.

"Astaga Jessica. Dokter hanya marah sama Riven si bodoh itu saja kok, tak ada maksud membuat Kamu merasa tertekan dan takut. Sekarang berenti nangis ya ? Kamu udah kaya cucu buat Dokter yang tak punya siapa siapa dalam hidup ini.." Bujuk Dokter Henzen sambil mengelus puncak kepala Jessica dengan wajah yang tampak sangat khawatir.

"Eemm..Jessi.. Jessi gak bakal nangis lagi.. Jessi nurut kok.." Jawab Jessica sambil menyeka air mata nya.

"APA ?? ANAK YANG TIDAK GEMENTAR SEDIKITPUN SAAT BERHADAPAN DENGAN ANAK BUAH KU YANG BERMULUT PEDAS DAN BERBADAN KEKAR, KINI SEDANG MENANGIS GEMETARAN ?! APAKAH ADA YANG SALAH DENGAN SUSUNAN RASA TAKUT NYA ? TIDAK.. TIDAK.. TIDAK.. BAHKAN JESSICA BISA MENUTUP MULUT ANAK BUAH KU DENGAN BEBERAPA KATA, DENGAN TATAPAN NYA YANG TAJAM WAKTU ITU, DIA DAPAT MEMBUAT ANAK BUAH KU BERGIDIK NGERI. LALU SEKARANG ? DIA SEDANG GEMETARAN ? LALU TAMPAK SANGAT LEMAH, LETIH,DAN TAK BERDAYA ? YA DEWA DEWI... SEBENAR NYA KALIAN MENCIPTAKAAN MAKHLUK YANG SEPERTI INI UNTUK APA ?! "

Batin River yang kian tak percaya dengan apa yang terjadi dan apa yang dia lihat. Lalu setelah Jessica sudah tak mengeluarkan suara tangis lagi, Dokter Henzen kembali memeriksa bocah lelaki yang saat ini berada di atas tempat tidur. Yang secara otomatis saat ini Dokter Henzen telah membelakangi Riven dan Jessica.

"Hehehe.. Dugaan Ku benar.. Ternyata Dokter Henzen lemah pada anak anak.." Bisik Jessica yang saat ini sudah berdiri di samping River dengan wajah yang tampak Lembab.

"Kamu.. Berakting kan tadi ?" Balas River yang bertanya dengan suara yang ikut di kecil kan.

"Bing.. Bong.. Jawaban Paman benar." Sambil memberikan dua jempol, Jessica seakan memberikan pujian pada River.

"Apa Kamu sungguh.. Anak usia 10 tahun ?" Tanya River dengan wajah yang mulai terlihat tidak baik.

"Apa Paman mau tahu ? " Tanya balik Jessica dengan Smirk di wajah nya.

"A...Aku.."

"Uuuggghhh.." Suara yang keluar karena menahan sakit, langsung menyita perhatian Jessica dan River. Hal itu juga membuat River tak bisa menyelesaikan perkataan nya.

"Nak Jessica, anak laki-laki ini sudah sadar. kamu bisa melihat nya agar kamu dapat percaya.'' Kata Dokter Henzen sambil melihat ke belakang.

Saat Dokter Henzen melihat ke belakang, Jessica dan River sudah tidak ada lagi di belakang nya. Karena mereka berdua sudah berada di samping kiri kanan dokter Henzen tanpa sepengetahuan nya. Pergerakan mereka berdua telah mendahului suruhan dokter. Mereka juga merasa tegang, karena jika saja bocah lelaki itu mati, tamat riwayat mereka.

Apalagi dengan Jessica yang mengetahui fakta bahwa diri nya akan mati jika saja melakukan sesuatu atau tindakan yang dapat membuat diri nya harus berhubungan dengan para tokoh yang ada di novel. Entah itu tokoh protagonis wanita, protagonis pria, pemeran figuran penting 1, 2, dan seterus nya.

"Hei... Kamu masih hidup kan ? Jika masih hidup, maka bangun lah dan pergi dari sini. Pakaian Mu tampak sangat mewah dan mahal, Kamu pasti anak bangsawan kan ? Jadi pergilah dan carilah dokter pribadi milik Mu. Karena Kami ini hanya orang susah, untuk makan saja sudah susah, tak mungkin Kamu mau menambah beban pada Kami kan ? Maka dari itu, sekarang lekaslah bangun dan pergi ke rumah Mu sendiri. Kamu juga pasti punya pengawal dan pelayan kan ? Maka temui lah mereka, Aku yakin Kamu dapat tiba di rumah Mu dalam hitungan menit. Jadi - Aaah.. Auuww... Auuww.. Sakit.. Sakit.. Siapa sih yang jewer telinga Aku ? Di kira Slime jadi gak bakal sakit apa ?" Ujar Jessica yang merasa marah karena bukan cuma satu, tapi ke dua kuping nya di jewer secara bersamaan.

Celoteh Jessica terlalu panjang lebar, sehingga membuat bocah lelaki itu yang baru bangun dan sedang bersandar di dipan yang terbuat dari kayu, hanya bisa menganga melihat dan mendengar Jessica. karena sudah tak tahan lagi, dokter Hansen dan River memutuskan untuk menjewer telinga Jessica secara bersamaan.

"Kalau kaya gini, yang ada bocah ini tambah sakit Jessica." Tegur River dengan kening yang sudah berkerut. Entah sudah sampai pada tingkat mana, River di buat pusing oleh Jessica.

"Nak Jessica. Kamu memang khawatir , tapi jangan kaya gini juga yaah. Karena perkataan Mu terdengar seperti Kamu tak suka degan kehadiran bocah lelaki ini, dan Kamu tampak menyesal telah menyelamatkan Nya. " Sambung Hanzen yang ikut memberi teguran pada Jessica.

"Ya jelas Aku tak suka dengan kehadiran bocah ini. Tampilan nya, tampak sangat Familiar Dokter. Seperti.. Pemeran protagonis Pria di novel ini.. Aarrhh sial, kenapa Aku menyelamat kan bocah yang bersimbah darah ini tadi ? Apakah jika Aku sadar lebih cepat, Aku dapat meninggalkan nya di tengah jalan ? Ya Dewaa.. " Batin Jessica yang merasa tersiksa setiap detik nya.

Otak nya memang menyuruh Jessica untuk tenang dan berpikir positif saja untuk saat ini, tapi hati kecil Jessica merasa bahwa, diri nya telah salah mengambil tindakan yang satu ini. feeling nya terasa begitu mutlak.

"Ka.. Kalian siapa ?! " Alhasil bocah yang baru saja terbangun, dan merasa bahwa diri nya menjadi penyebab ke tiga orang yang ada di hadapan nya sedang berkelahi angkat bicara.

"Tentu saja orang yang menolong Mu tadi. Aarhh, Dokter Henzen, Apakah bocah ini amnesia ? Atau punya kebiasaan yang dapat melupakan kejadian buruk yang menimpah nya ?" Jawab jessica yang sudah berhasil lepas dari jeweran River dan Henzen.

"Hal itu memang dapat terjadi. Tapi hasil diagnosa Ku tak mungkin salah. Anak ini tak mengalami trauma atau sejenis nya. " Jelas Dokter Henzen.

"Baguslah Kalau begitu." Ujar Jessica dan kembali menatap bocah beramput kuning keemasan yang saat ini sedang duduk dengan raut wajah yang sudah tak pucat lagi.

"Hei bocah, karena Dokter Henzen tak pernah salah dalam mendiagnosis, jadi sekarang pergilah dari sini. Aku dan yang lain nya tak akan menagih uang atau bahkan memalak Mu. Jadi, cepatlah pergi." Perintah Jessica dengan wajah serius nya.

"Aku akan pergi dari sini, tapi bisakah Kamu menyuruh Ku dengan bahasa yang sedikit halus ? Dan lagi.. Aku sudah berumur 11 tahun, melihat Kamu yang memanggil Ku bocah sedari tadi, tampak nya Kamu merasa diri sudah dewasa. Aku jadi penasaran dengan umur Mu. "

Dengan suara yang tampak angkuh, bocah berambut kuning keemasan itu balik bertanya pada Jessica.

"Kamu 11 tahun ?! Heh, sombong sekali.."

Ujar Jessica dengan smirk di wajah nya dan itu membuat bocah berambut kuning kaget.

" Aku sudah berusia 15 tahun, jadi bukan kah sudah jelas jika Aku berbicara seperti ini pada Mu kan, B.O.C.A.H." Jawab Jessica sambil mengeja kata BOCAH dengan berbagai tekanan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!