Anak kecil berjenis kelamin laki laki, dengan umur yang kisaran nya sama atau seperantara dengan Jessica, kini dengan badan yang penuh akan bercak darah, dengan tusukan belati di pinggang nya sebagai muara dari segala darah yang ada di tubuh nya, saat ini tengah berada di pangkuan Jessica.
...■...
...■...
...■...
...■...
...■...
...■...
Jessica tentu masih kaget dengan yang dia lihat, jelas... Siapa juga yang akan nampak biasa-biasa saja, saat seseorang yang penuh akan bercak darah sedang berada dalam pangkuan, dan dalam kondisi yang terlihat sangat buruk.
"Bodoh amat sama situasi saat ini, yang terpenting sekarang adalah kondisi anak di depan Ku. " Batin Jessica yang di dalam kepala nya sedang terjadi perkelahian antara otak baik dan jahat, yang telah berusaha memikirkan situasi apa ini.
Jessica memang berbatin seperti itu, namun ketakutan nya tak dapat di usir dengan sangat mudah.
Jessica mengulur kan tangan nya yang kini tampak sangat gemetaran dan memegang lengan lelaki di pangkuan nya lalu angkat bicara
"H.. Hey... kamu... kamu belum mati kan ? kamu masih sadar kan ? Kalau Kamu tak bisa membuka mata, setidak nya pertahan kan kesadaran Mu. Jangan buat Aku panik, APALAGI MATI DI HADAPAN KU. " kata Jessica sambil menggoyangkan bahu anak lelaki di pangkuan nya, dengan intonasi yang di naikkan di ujung perjataan.
Dan Tak ada jawaban yang didapat oleh Jessica setelah mengutarakan yang ada di otak nya. Hanya suara nafas yang tidak teratur, wajah yang pucat, dan darah yang terus mengalir dari pinggang nya saja yang terlihat. Hal itu membuat Jessica tak bisa berpikir positif lagi, sehingga ikutan khawatir.
"Uggghh... Aku... Aku akan memapah Mu.. kebetulan tempat yang baru saja menjadi tempat kerja ku berada dalam beberapa langkah dari sini. " Ujar Jessica dan spontan langsung Memapah anak laki-laki itu. Jessica menggunakan seluruh kekuatan nya, dan berharap agar dia tidak tumbang, sehingga tidak akan menyebabkan Pendarahan yang lebih parah lagi dari saat ini.
Saat memapah anak lelaki itu, di pikiran Jessica hanya tentang jalan yang entah kenapa terasa sangat panjang, padahal tadi diri nya dapat tiba di tempat Dark Guild Shadow dalam beberapa menit saja.
Namun saat ini, Jalan nya terasa memanjang dan seperti tak memiliki ujung. Mungkin itu efek dari panik saja sih, karena bau darah yang Jessica hirup sedari tadi membuat nya merinding setiap detik nya.
Pikiran Jessica terlalu di penuhi dengan banyak hal, sehingga jangan kan melihat penampilan anak lelaki itu, untuk saat ini otak Jessica hanya dipenuhi dengan rasa khawatir dan takut bahwa anak ini dapat mati dalam kondisi di mana Dirinya terlibat.
Jessica pun tahu bahwa itu adalah anak laki-laki karena memiliki rambut yang pendek. Jessica tidak memperhatikan sama sekali wajahnya yang tampan atau tidak, warna rambutnya, dan pakaian yang dia kenakan.
Padahal kalau mau berpikir logis nya, pakaian yang dikenakan oleh bocah lelaki yang sedang di papah oleh Jessica ini, sangat mewah dan terbilang mahal. tapi Jessica belum sadar akan hal itu, sehingga hal ini yang akan menjadi sebuah kenyataan yang akan membuat dirinya syok nanti.
...*...
...*...
...*...
Beberapa saat kemudian....
"Hei.. Ini sudah lebih dari 30 menit, kenapa bocah ini belum bangun juga ? apakah Dia mati ? Oh ya Tuhan, jangan lagi... Jangan memberikan Aku fakta yang mengerikan. "
Dengan keringat dingin di wajah nya, Jessica sudah tak bisa berpikir dengan jernih lagi dan terus protes pada dokter yang merupakan dokter pribadi milik Guild ini.
"Hei Jessica.. Tenanglah, oke ?! Kamu masih anak anak, tak seharus nya Kamu berkata seperti itu pada Dokter Henzen yang sudah berumur. " Ujar seseorang yang berusaha menenangkan Jessica, yang padahal baru berumur 10 tahun.
"Tch.. Apakah Kamu sungguh pemimpin dari Dark Guild Shadow, Paman River ? Kenapa Kamu tidak mengerti perasaan Ku sama sekali ? Paman juga lihat kan bagaimana penampilan dan pakaian nya. Itu terlihat sangat mahal. " Sambung Jessi yang kini sudah berhadapan dengan River di samping tempat tidur.
"Pakaian nya memang terlihat mahal, lalu apa hubungan nya dengan saat ini Jessica ? " Kata River yang merasa semakin kesal di buat Jessica. Inilah alasan River tak mau menikah dan memiliki anak, karena pasti nya akan sangat merepotkan bagi dia.
"Astaga.. Ternyata Paman bukan hanya bodoh.. Tapi ternyata lebih bodoh lagi. " Ujar Jessica dengan tatapan datar dan merasa ibah pada River.
River pun langsung menarik kerah baju Jessica dan berkata dengan suara yang tak terkontrol. "MEMANG NYA HUBUNGAN DARI PERKATAAN MU TADI APA SIH ? JANGAN JADI GAK JELAS JUGA DONG. "
"Tch.. Tch.. Tch.. " Jessica pun balas mendecakkan lidah sebanyak 3 kali, dan ikut menarik kerah baju River degan kuat sambil menjawab dengan suara yang berada di intonasi tertinggi.
"KALAU PAKAIAN NYA TAMPAK SEPERTI ITU, BUKAN KAH DIA ANAK DARI SEORANG BANGSAWAN ? JIKA DIA MATI, MAKA BUKAN HANYA AKU, KITA SEMUA YANG BERADA DALAM DARK GUILD SHADOW PASTI AKAN TERKENA IMBAS NYA. SAMPAI SINI BELUM PAJAM JUGA ? HA ? AARRHHH, DASAR PAMAN JELEK ! " Cetus Jessica dengan gagah berani dan di sertai emosi yang tak terbendung.
Hal ini masuk akal, karena bisa saja plan kematian nya di majukan dan Jessica bisa mati karena bocah yang sedang terbaring di atas ranjang itu.
Diri nya yang terancam mati, tapi dengan berada di dalam lingkungan yang tak mengerti maksud nya dan tak bisa menganalisa situasi, membuat Jessica lepas kendali dan ikutan marah marah.
"KALIAN BERDUAA.. " Suara pria paruh bayah dengan aura mengerikan yang di rasakan oleh River dan Jessica pun langsung membuat otak River dan Jessica yang sedari tadi sedang berapi api akan emosi, sekarang langsung kembali normal dan langsung menciut di hadapan dokter Henzen yang tampak sedang marah saat ini.
"Aku tak peduli Anda adalah ketua dari Dark Guild Shadow atau merupakan si kecil genius yang memberikan ide yang membuat tiga gudang keju sudah habis terjual saat ini. Inti nya, jika Kalian berdua ingin berkelahi, silahkan lanjutkan di luar. Karena pasien butuh ketenangan, bukan keramaian kaya di pasar malam."
Ujar Dokter Henzen sambil membenarkan kaca mata nya. Seperti biasa nya, aura yang di pancarkan oleh orang tua yang sudah banyak pengalaman hidup, tak bisa di tepis oleh anak mudah seperti River apalagi Jessica.
"Ma.. Maaf Dokter... Ini hanya karena kesalahan saya yang kurang dewasa." Ujar River sambil menunduk sedikit.
Tak mau diri nya di marahi, Jessica pun hanya bisa berakting ketakutan. "Pa.. Paman Dokter.. Hiks.. Jessi salah.. Hiks... Jessi minta maaf.. Jessi gak bakal ngelakuin hal kaya gini lagi.. Hiks.. Jessi janji sama Paman Dokter... Hikss.. " Isak tangis Jessica sambil meremas ujung baju nya, dengan kaki yang tampak gemetaran.
Melihat Jessica yang pandai berakting seperti itu, membuat River tak bisa menyembunyikan ekspresi kaget nya di sertai dengan mulut yang menganga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments